TOODLER

Anak Laki-laki VS Perempuan (2)


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Sejak dulu, orangtua sering berdebat mengenai jenis kelamin yang lebih sulit dibesarkan. Laki-laki atau perempuan? Sebenarnya, bagaimana perbedaan membesarkan anak laki-laki dan perempuan? Dan orangtua yang memiliki jenis kelamin mana yang memiliki tantangan lebih besar?

Membesarkan Anak Laki-Laki
Apa saja yang membuat seorang anak laki-laki dicap lebih sulit untuk dibesarkan?

1. Sangat Agresif Secara Fisik
Banyak ibu yang memiliki anak laki-laki pasti setuju bahwa mereka cenderung sangat aktif dan agresif secara fisik. Camilla, ibu dari Sofia, 5, dan Damian, 3, berbagi cerita, “Saya memasang alat pengaman pada tiap perabotan rumah saat Sofia mulai merangkak. Namun, saya baru benar-benar mengerti kegunaan dari alat-alat ini setelah Damian mulai aktif bergerak. Ia suka sekali memanjat meja, kursi, bahkan lemari buku dan terjun bebas dari atasnya.” Para peneliti menyebutkan bahwa hormon testosteron dalam otak laki-laki cenderung membuat perilaku menjadi lebih 'kasar' dan agresif. Untuk mengakali rumah Anda menjadi seperti kapal pecah karena keaktifannya, sering-seringlah mengajak SI Kecil bermain di taman atau tempat terbuka. Jika rumah Anda memiliki halaman yang cukup luas, pertimbangkan untuk melengkapinya dengan permainan-permainan outdoor untuk SI Kecil. Anda juga dapat membimbing keaktifan ini pada sesuatu yang lebih positif, seperti olahraga.

2. Sulit Berkomunikasi & Mengekspresikan Perasaan
Tidak hanya lebih lama berbicara dibandingkan perempuan, anak laki-laki pun memiliki perbendaharaan kata yang lebih terbatas sehingga mereka kesulitan untuk mengekspresikan perasaan, terutama secara verbal. Untuk mengakalinya, jangan ragu untuk bertanya secara detail padanya. Contoh, ketika ia baru pulang sekolah dan Anda ingin mengetahui kesehariannya, jangan menyerah jika ia hanya menjawab, “Baik-baik saja”, cobalah untuk bertanya lebih spesifik, seperti, "Lagu apa saja yang kalian nyanyikan di sekolah tadi?" atau "Apakah kamu sempat bermain dengan teman-teman?"

3. Disiplin Sulit Diterapkan
Menurut Leonard Sax, M.D., penulis buku Boys Adrift, sejak lahir, perempuan cenderung lebih tertarik pada warna dan tekstur (seperti wajah manusia), sedangkan laki-laki lebih memerhatikan gerakan, seperti ban mobil yang berputar. Inilah yang menyebabkan perempuan banyak bereksplorasi dengan wajah manusia sehingga mereka lebih pandai membaca sinyal-sinyal non verbal, seperti ekspresi dan nada bicara. Berbeda dengan anak laki-laki, mereka sulit untuk menginterpretasikan sinyal-sinyal non verbal tersebut dan lebih tertarik pada aksi atau tindakan. Selain itu, sejak lahir, kemampuan pendengaran anak laki-laki berada di bawah kemampuan anak perempuan. Pendengaran anak perempuan lebih sensitif karena pusat bahasa dalam otaknya berkembang lebih cepat. Ini berarti anak perempuan memiliki respons yang lebih baik jika Anda menerapkan disiplin lewat kata-kata, seperti “Jangan lakukan itu!” atau “Tidak boleh berkata kasar”. Sedangkan anak laki-laki lebih mudah memahami disiplin melalui aksi atau tindakan. Ya, mungkin memang Anda harus menerapkan strategi time out saat Si Jagoan Cilik menolak untuk berhenti bermain.

Gaya Asuh Yang Tepat
Baik laki-laki maupun perempuan, membesarkan anak adalah hal yang sulit dan membutuhkan kerja keras. Kathleen Crowley-Long, PhD., profesor psikologi dari College of Saint Rose di Albany, New York, berkata, “Dari pengamatan saya, karakter seorang anak dipengaruhi oleh kecerdasan emosi sejak lahir dan bagaimana pola asuh orang tuanya. Gender hanya memberikan sedikit pengaruh.” Memang tidak bisa disamaratakan bahwa semua anak laki-laki agresif dan perempuan tidak. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari, banyak ditemukan tipikal perilaku laki-laki juga ada dalam diri anak perempuan, dan begitu pula sebaliknya.

Seberapa besar kesulitan yang Anda hadapi saat membesarkan Si Kecil sangat bergantung pada gaya asuh Anda sendiri. Kunci menjadi orangtua yang sukses adalah, apapun jenis kelamin Si Kecil, sesuaikan kepribadian Si Kecil dengan pola asuh Anda. Jika Si Kecil adalah anak yang sensitif, Anda tidak bisa menggunakan emosi negatif saat mengasuhnya. Cobalah menggunakan cara-cara yang lebih lembut. Sebagai orang tua, Anda juga harus mengetahui bahwa setiap karakter negatif yang Anda temukan dalam diri Si Kecil, dapat diarahkan menjadi sesuatu yang positif. Jika Si Kecil adalah seorang bos cilik yang suka mengatur, Anda bisa membimbingnya menjadi pemimpin yang baik kelak. Salah satu caranya adalah dengan mengenalkan batasan-batasan apa dan siapa yang boleh ia atur dan yang tidak. (OCH/ Dok. M&B UK)

Baca tantangan membesarkan anak perempuan di sini.