Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Moms tentu tahu bahwa air ketuban merupakan salah satu faktor yang penting untuk tumbuh kembang janin di dalam kandungan. Pasalnya, air ketuban memiliki fungsi untuk melindungi janin dari guncangan dan infeksi, membantu menjaga suhu dalam rahim, mencegah, hingga membantu sistem pernapasan dan pencernaan janin.
Air ketuban sendiri memiliki warna jenih kekuningan dan mulai terbentuk kurang lebih 12 hari setelah terjadinya proses pembuahan. Volumenya di dalam kantong ketuban pun akan berubah setiap pertambahan usia kehamilan. Pada usia 12 minggu jumlahnya sekitar 60 ml, di usia kandungan 16 minggu sekitar 175 ml, dan di usia kehamilan 34-38 minggu sebanyak 400-1.200 ml.
Baca juga: Bisa Bahayakan Janin, Ini Penyebab Air Ketuban Berwarna Keruh
Penyebab air ketuban berkurang
Faktanya, air ketuban memang akan berkurang saat kehamilan memasuki usia 36 minggu. Kondisi ini tergolong wajar terjadi karena tubuh Moms sedang bersiap untuk proses kelahiran bayi. Namun, ada juga penyebab lain dari berkurangnya air ketuban yang tidak normal dan perlu Anda waspadai berikut ini.
1. Masalah pada bayi
Air ketuban yang berkurang atau kering bisa disebabkan oleh janin mengalami masalah medis tertentu. Kondisi tersebut di antaranya kelainan pada organ ginjal, jantung, kemih, atau kelainan kromosom. Jika terjadi masalah tersebut, maka janin akan sulit dan bahkan tidak mengeluarkan urine. Hal ini bisa diketahui setelah dilakukan pemeriksaan USG.
2. Masalah pada plasenta
Masalah kesehatan seperti diabetes atau penyakit lupus yang dialami ibu hamil akan membatasi pemberian nutrisi dan saluran darah pada janin. Kondisi tersebut membuat janin jarang mengeluarkan urine sehingga volume air ketuban pun bisa berkurang.
3. Mengonsumsi obat tertentu
Ibu hamil dilarang untuk mengonsumsi obat-obatan secara sembarang. Pasalnya, ada beberapa obat yang memberikan efek samping, salah satunya adalah berkurangnya air ketuban.
4. Ketuban pecah dini
Umumnya ketuban akan pecah menjelang waktu persalinan. Namun, kondisi ini bisa terjadi sebelum waktunya yang ditandai dengan keluarnya cairan berwarna bening dari vagina. Segera konsultasikan ke dokter untuk penanganan medis yang tepat sehingga akan bisa menurunkan risiko infeksi.
5. Penyebab lain
Selain kondisi di atas, air ketuban juga bisa berkurang karena terjadinya hipoksia kronis, dehidrasi, dan usia kehamilan yang melebihi batas atau usia kehamilan mencapai 40 minggu.
Ciri-ciri air ketuban berkurang
Kondisi air ketuban berkurang yang tidak segera ditangani bisa meningkatkan risiko terjadinya oligohidramnion atau kondisi jumlah air ketuban sangat sedikit. Gangguan ini bisa menyebabkan janin tidak berkembang dengan baik hingga berakibat pada kematian janin di dalam rahim.
Air ketuban yang berkurang dapat diketahui dari pemeriksaan angka AFI (amniotic fluid index) yang kadar normalnya berada di rentang 5-25 cm. Jika di bawah 5 cm, ini artinya lebih rendah daripada seharusnya.
Cara satu lagi adalah dengan maximum vertical pocket (MPV), yaitu pengukuran area terdalam rahim untuk mengecek ketinggian cairan. Bumil akan didiagnosis mengalami oligohidramnion jika tingginya kurang dari 2 cm. Kondisi ini bisa dilihat dari ciri-ciri yang perlu Moms perhatikan berikut ini.
- Ukuran rahim yang lebih kecil daripada usia kehamilan
- Kenaikan berat badan bumil terlalu sedikit
- Janin mengalami detak jantung yang melemah
- Tekanan darah bumil tidak stabil
- Saat USG tampak air ketuban makin sedikit
- Aktivitas janin berkurang secara signifikan
- Keluar cairan dari vagina.
Berbagai kondisi ini akan tampak lebih jelas saat Anda melakukan pemeriksaan dengan dokter kandungan. Jadi, akan lebih baik jika Moms segera berkonsultasi dengan dokter agar mendapatkan penanganan yang tepat sehingga tidak mengganggu tumbuh kembang janin. Pastikan juga Anda mencukupi cairan tubuh dengan memperbanyak minum serta beristirahat untuk melancarkan aliran darah ke plasenta. (M&B/Vonia Lucky/SW/Foto: Tirachardz/Freepik)