BUMP TO BIRTH

Awas, Ini Risikonya Jika Ibu Hamil Malas Periksa Kehamilan


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Saat hamil, Anda sebaiknya rutin memeriksakan kehamilan. Meskipun begitu, masih banyak ibu hamil yang enggan memeriksakan kandungannya secara rutin ke dokter ataupun bidan.

Padahal, masa kehamilan merupakan salah satu periode paling penting pada 1.000 hari pertama kehidupan Si Kecil. Selama masa kehamilan, asupan gizi serta kesehatan bumil akan menentukan kondisi bayi saat lahir. Karena itu, Moms perlu memastikan kondisi janin dalam keadaan sehat dengan rutin melakukan pemeriksaan kehamilan atau yang biasa disebut antenatal care (ANC).

Antenatal care merupakan pemeriksaan kehamilan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada ibu hamil secara optimal, hingga mampu menghadapi masa persalinan, nifas, menghadapi persiapan pemberian ASI secara eksklusif, serta kembalinya kesehatan alat reproduksi dengan wajar.

Berdasarkan rekomendasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pemeriksaan kehamilan normal minimal 6 kali dengan rincian 2 kali pada awal trimester 1, 1 kali pada trimester 2, dan 3 kali pada trimester 3. Minimal 2 kali diperiksa oleh dokter saat kunjungan pertama pada trimester 1 dan saat kunjungan ke-5 di trimester 3. Rutin memeriksakan kehamilan bisa membantu menurunkan risiko kematian ibu dan kematian bayi.

Pemeriksaan kehamilan bisa dilakukan di puskesmas, klinik, atau rumah sakit. Pemeriksaan ANC pada ibu hamil bisa dilakukan oleh tenaga kesehatan, seperti bidan, perawat, dokter umum, maupun dokter spesialis obstetri dan ginekologi (dokter kandungan).

Tujuan antenatal care

Secara umum, pemeriksaan kehamilan atau antenatal care memiliki tujuan sebagai berikut:

  • Memantau kemajuan proses kehamilan demi memastikan kesehatan pada ibu serta tumbuh kembang bayi yang ada dalam kandungannya
  • Mengetahui jika ada komplikasi kehamilan yang mungkin terjadi saat kehamilan sejak dini, termasuk adanya riwayat penyakit dan tindak pembedahan
  • Meningkatkan serta mempertahankan kesehatan ibu dan bayi yang berada dalam kandungan
  • Mempersiapkan proses persalinan sehingga bisa melahirkan bayi dengan selamat serta meminimalkan trauma yang mungkin terjadi pada saat persalinan
  • Menurunkan jumlah kematian dan angka kesakitan pada ibu
  • Mempersiapkan peran ibu dan keluarga untuk menerima kelahiran anak agar mengalami tumbuh kembang dengan optimal
  • Mempersiapkan ibu untuk melewati masa nifas dengan baik serta bisa memberikan ASI eksklusif pada bayinya.

Risiko yang dihadapi ibu hamil jika tak melakukan antenatal care

Pada dasarnya, tujuan melakukan antenatal care adalah untuk kebaikan ibu dan bayinya. Sayangnya, tak sedikit Moms yang merasa enggan untuk memeriksakan kehamilannya karena berbagai alasan. Mengutip laman Kementerian Kesehatan RI, bumil yang tidak memeriksakan kehamilan berisiko menghadapi hal-hal berikut:

1. Tidak mendapat penanganan tepat pada tanda bahaya kehamilan

Mual dan muntah merupakan tanda yang wajar pada sebagian besar kehamilan, khususnya selama trimester pertama. Hanya saja, ada kasus bumil mengalami mual dan muntah yang berlebihan sehingga bisa mengakibatkan kekurangan gizi, dehidrasi, dan penurunan kesadaran.

Beberapa tanda bahaya kehamilan memerlukan tenaga kesehatan untuk mendeteksinya. Kurangnya pergerakan janin, misalnya, bisa menjadi tanda bayi mengalami kekurangan oksigen atau kekurangan gizi. Apabila Moms merasa gerakan bayi sangat sedikit atau di bawah sepuluh kali dalam 2 jam, maka segeralah berkonsultasi dengan dokter atau bidan.

2. Tidak mengetahui adanya komplikasi kehamilan

Riwayat penyakit Moms sebelum hamil bisa menjadi faktor penentu kondisi fisik Anda di masa kehamilan. Jika terjadi komplikasi kehamilan, bayi yang lahir bisa saja terlahir prematur atau lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

Kondisi lain yang berisiko membahayakan bayi maupun bumil saat melahirkan adalah preeklampsia, darah tinggi, asma, dan macam-macam penyakit bawaan. Komplikasi menambah risiko tidak hanya terhadap bumil pada saat persalinan, tapi juga bayinya.

3. Meningkatnya risiko kematian dan angka kesakitan pada ibu bersalin

Mengetahui kondisi fisik sejak awal hingga akhir kehamilan sangatlah penting. Di masa kehamilan, misalnya, mual dan muntah memang terdengar wajar terutama pada trimeseter pertama kehamilan. Namun Moms perlu tahu bahwa mual dan muntah yang berlebih bisa menyebabkan kekurangan gizi, dehidrasi, dan penurunan kesadaran.

Banyak pula faktor yang menentukan risiko keselamatan persalinan seperti berat badan dan usia. Persalinan pada ibu di bawah usia 20 tahun, misalnya, memiliki kontribusi dalam tingginya angka kematian neonatal, bayi, dan balita.

Jadi, jangan sampai malas atau enggan untuk memeriksakan kehamilan Anda ya, Moms, agar kondisi Anda dan bayi tetap sehat dan persalinan pun berjalan lancar. (Wieta Rachmatia/SW/Foto: Freepik)