BUMP TO BIRTH

Ini Alasan Ibu Hamil Tidak Mengalami Menstruasi


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Moms tentunya sudah tahu, berhentinya siklus menstruasi menjadi salah satu pertanda kehamilan bagi kebanyakan wanita. Penasaran kenapa ibu hamil tak lagi mengalami menstruasi atau haid?

Sebelum mencari tahu jawabannya, apakah Anda sudah mengetahui apa yang dimaksud dengan proses menstruasi? Seperti dilansir situs Halodoc, menstruasi adalah keluarnya darah dari vagina yang terjadi sebagai dampak dari siklus bulanan. Siklus yang menjadi bagian dari proses organ reproduksi wanita dalam mempersiapkan kehamilan ini berlangsung secara alami.

Organ reproduksi wanita akan mempersiapkan kehamilan setiap bulannya. Persiapan ini ditandai dengan terjadinya penebalan pada dinding rahim (endometrium) yang berisi pembuluh darah. Apabila kehamilan tidak terjadi, endometrium akan luruh dan keluar bersama darah melalui vagina. Keluarnya darah itulah yang disebut dengan menstruasi.

Saat Moms sedang hamil, artinya telah terjadi pembuahan dan menempelnya calon janin pada dinding rahim, sehingga dinding rahim tidak akan mengalami peluruhan kecuali jika terjadi keguguran.

Baca juga: Selain Hamil, Berikut Alasan Wanita Terlambat Menstruasi

Jika terjadi pembuahan atau kehamilan, maka lapisan yang kaya dengan kandungan darah akan dipertahankan guna mendukung pertumbuhan janin. Itulah alasan mengapa ibu yang tengah hamil tidak akan mengalami menstruasi.

Ibu hamil menstruasi?

Jawabannya, tidak bisa! Akan tetapi, ada kalanya bumil mengalami perdarahan dari vagina yang menyerupai darah menstruasi.

Jika Moms mengalami hal ini, maka Anda perlu waspada karena keluarnya darah saat hamil bisa mengindikasikan adanya masalah kesehatan, seperti:

1. Trimester pertama

  • Perdarahan implantasi, biasanya terjadi dalam 10-14 hari setelah pembuahan, jumlahnya tidak sedikit, muncul rasa nyeri, tapi hanya bertahan selama 1 hingga 2 hari saja. Kondisi ini tergolong wajar.
  • Keguguran atau hilangnya janin pada usia kurang dari 20 minggu. Perdarahan ini terjadi karena mukosa rahim (dinding rahim bagian dalam) mungkin rusak setelah keguguran.
  • Hamil anggur adalah massa abnormal yang tumbuh di dalam rahim setelah terjadi pembuahan. Nah, pada hamil anggur, hasil test pack Anda bisa saja positif. Hanya saja, tidak akan ditemukan janin apabila Anda melakukan tes USG.
  • Masalah pada leher rahim. Kondisi ini bisa disebabkan oleh adanya infeksi, peradangan, atau luka pada leher rahim.
  • Kehamilan ektopik, yaitu kehamilan yang terjadi di luar rahim. Kondisi ini terjadi ketika embrio berkembang di tempat lain, seperti di tuba falopi, rongga perut, ovarium, dan leher rahim.

2. Trimester kedua

  • IUFD (intrauterine fetal death), yaitu kondisi ketika janin mengalami kematian dalam kandungan setelah usia 20 minggu.
  • Plasenta previa, yaitu kondisi ketika plasenta menghalangi jalur vagina sehingga mengeluarkan darah dari vagina atau letak plasenta yang terlalu rendah.
  • Solusio plasenta, yaitu terlepasnya plasenta dari dinding rahim.
  • Ruptur uteri, atau kondisi dinding rahim robek karena sesuatu hal.
  • Perdarahan juga bisa terjadi setelah bumil melakukan hubungan seks.

3. Trimester ketiga

Perdarahan pada trimester ketiga bisa disebabkan oleh masalah pecah ketuban atau persalinan prematur. Perdarahan akibat pecah ketuban biasanya dibarengi dengan keluarnya lendir.

Apabila Moms mengalami perdarahan atau keluarnya darah dari vagina, apalagi dengan jumlah yang cukup banyak dan terjadi secara terus-menerus, maka Anda disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter. Bisa jadi Anda mengalami kondisi kesehatan yang serius sehingga harus segera cepat ditangani.

Baca juga: Ini yang Terjadi pada Menstruasi Pertama Setelah Melahirkan

(M&B/Wieta Rachmatia/SW/Foto: Freepik)