FAMILY & LIFESTYLE

Waspadai Gagal Ginjal Kronik, Penderitanya Mesti Jalani Dialisis Seumur Hidup


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Ginjal merupakan organ tubuh yang sangat penting perannya buat manusia. Ginjal berfungsi untuk menyaring darah dan cairan lainnya. Selama proses ini, ginjal akan membuang toksin dan sisa metabolisme tubuh melalui urine. Selain itu, ginjal juga menjaga keseimbangan elektrolit dan cairan tubuh dan membuat hormon yang mengatur tekanan darah.

Gangguan yang dialami ginjal bisa menyebabkan masalah pada kemampuan dan kekuatan tubuh. Jenis gangguan fungsi ginjal terbagi menjadi dua, yaitu gangguan ginjal akut dan penyakit ginjal kronik.

“Gangguan ginjal akut atau mendadak itu bisa terjadi dalam hitungan jam ataupun hari dan umumnya setelah pulih bisa menjadi normal atau mendekati normal. Sedangkan penyakit ginjal kronik berlangsung sudah lama, lebih dari 3 bulan fungsi ginjalnya turun seiring berjalannya waktu, dan kalau tidak diobati bisa masuk ke dalam gagal ginjal,” ujar Dr. dr. Aida Lydia SpPD-KGH selaku Ketua Umum Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) dalam media diskusi secara daring.

Masih jadi masalah serius

Gagal ginjal sendiri masih menjadi masalah serius yang perlu ditanggulangi di Indonesia, di mana tingkat kejadian gagal ginjal kronik meningkat dari 0,2% pada 2013 menjadi 0,38% pada 2018, seperti tercantum dalam data RISKESDAS 2018.

Angka kejadian sebesar 0,38% dibandingkan jumlah penduduk Indonesia yang sebanyak 252.124.458 jiwa pada 2018, maka terdapat 713.783 jiwa yang menderita gagal ginjal kronik di Indonesia dan sangat memerlukan terapi, salah satunya adalah dialisis.

Seperti yang diketahui, pasien gagal ginjal kronik harus melakukan dialisis seumur hidup secara rutin. Oleh sebab itu, penyakit ini menjadi salah satu penyakit yang diutamakan penyelesaiannya oleh Kemenkes RI.

Gagal ginjal sendiri termasuk dalam pengelompokan katastropik pada program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola oleh BPJS Kesehatan, yang berarti penyakit ini memerlukan perawatan medis jangka panjang dan menguras biaya tinggi. Program bantuan layanan kesehatan untuk pasiennya sangat dibutuhkan sehingga bisa menurunkan angka kejadian dan kematian akibat penyakit ini.

Perlu menerima rujukan tepat waktu

Jika Moms memiliki keluarga yang merupakan pasien penyakit ginjal kronik, maka ia sebaiknya menerima rujukan yang tepat waktu. Rujukan tepat waktu bisa dengan melakukan deteksi dini terhadap gangguan ginjal kronik sehingga bisa dilakukan pencegahan lebih awal dan tidak jatuh ke penyakit gagal ginjal.

Hal ini dilakukan demi keberlangsungan kesehatan serta biaya yang akan dikeluarkan. “Kalau terlambat (ditangani), akan ada dampak dari segi biaya dan segi keberlangsungan kesehatan pasien,” kata dr. Aida.

Dokter Aida mengungkapkan bahwa mayoritas pasien tidak mengalami keluhan saat tanda-tanda gangguan ginjal datang. Gejala biasanya muncul saat fungsi ginjal sudah menurun. Meskipun begitu, ada juga yang mengalami gejala ringan.

Gejala ringan yang umumnya terjadi adalah pembengkakan di kaki, meningkatnya tekanan darah, mengalami sesak napas, dan mudah merasa lelah. Namun, pasien juga bisa mengalami gangguan kesadaran atau kejang.

Dokter Aida mengatakan bahwa saat ini masih banyak pasien gagal ginjal kronik di Indonesia yang datang terlambat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, sehingga ini bisa berdampak pada kesehatan dan juga biaya yang harus dikeluarkan.

Yang juga penting untuk diingat, prosedur untuk mengobati penyakit ginjal hanya bisa dilakukan di fasilitas kesehatan. Karena itu, sebaiknya kita melakukan deteksi dini ke fasilitas yang memadai untuk mencegah komplikasi penyakit ginjal di kemudian hari. (M&B/SW/Foto: Sewcream/Freepik)