Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Moms, Anda mungkin sempat mendengar berita yang viral tentang seorang anak tewas tertabrak truk di Bogor beberapa waktu lalu. Meski supir truk kini menjadi tersangka kasus kecelakaan lalu lintas tersebut, peristiwa ini sesungguhnya dipicu oleh ulah sekelompok anak yang mengikuti challenge Malaikat Maut.
Tren melakukan challenge Malaikat Maut sesungguhnya sudah cukup lama terjadi, setidaknya sejak 2021. Dalam tantangan ini, seseorang ditantang untuk mengadang truk yang tengah melaju di jalan raya secara tiba-tiba. Aksi ini akan direkam lalu diunggah ke media sosial.
Semakin tipis risiko tertabrak, semakin banyak teman yang menyoraki aksi orang yang melakukan tantangan ini. Pastinya, sang pelaku akan semakin dipuji karena keberaniannya menantang maut.
Ironisnya, bukan hanya orang dewasa yang melakukan tantangan ini. Tak sedikit remaja atau anak di bawah umur yang ikut serta dalam aksi berbahaya tersebut.
Sudah beberapa kali aksi menantang maut ini menimbulkan korban jiwa. Pada Juli 2021, seorang anak berusia 13 tahun di Bekasi tewas terlindas truk saat melakukan challenge Malaikat Maut. Nasib serupa juga dialami dua orang anak usia 14 dan 18 tahun pada Juni 2022. Kemudian satu remaja tewas di Soreang, Bandung, dan satu lagi meninggal dunia saat melakukan tantangan tersebut.
Selain merugikan diri sendiri, challenge Malaikat Maut tentunya juga bisa merugikan orang lain. Dalam sejumlah kasus, supir truk ikut menjadi tersangka dalam kasus ini, walau sesungguhnya aksi konyol ini dimulai oleh anak-anak.
Apa penyebabnya?
Sesungguhnya, apa yang menyebabkan anak-anak nekat melakukan aksi berbahaya ini? Moms tentunya sudah mulai menyadari bahwa anak-anak masa kini hidup di era digital. Keberadaan media sosial seakan menjadi bagian penting dari keseharian anak-anak, terutama mereka yang sudah memasuki fase praremaja dan remaja.
Media sosial menjadi salah satu sarana untuk menunjukkan eksistensi mereka. Sedangkan caranya menunjukkan eksistensi tersebut adalah dengan memamerkan keberanian dalam menantang maut, lalu mengunggahnya ke media sosial agar dilihat oleh teman-teman atau bahkan bisa viral.
“Secara psikologis, anak remaja sedang mencari identitas diri, sehingga mereka akan mencari tempat atau lahan guna memperlihatkan eksistensinya. Nah, kalau ada challenge seperti itu, maka hal itu akan menjadi lahan mereka untuk menunjukkan eksistensi,” ungkap psikolog Rose Mini Agoes Salim seperti dilansir dari Kompas.com.
Salurkan ke kegiatan positif
Pada dasarnya, anak praremaja dan remaja memang sangat membutuhkan pengakuan dari lingkungan. Mereka butuh menunjukkan eksistensi agar dianggap populer dan bukan dianggap sebagai anak yang kurang gaul.
Namun sebagai orang tua, sesungguhnya Moms tetap bisa membantu anak tetap eksis. Caranya adalah dengan mencari kelebihan atau nilai plus anak dan membantunya untuk menyalurkan di jalur yang tepat.
Misalnya, anak suka bernyanyi, Moms bisa mendaftarkannya kursus vokal. Atau buat Si Kecil yang aktif, Anda bisa menyalurkannya ke kegiatan olahraga yang disukai.
Dengan melakukan hal yang disukai tapi di jalur yang benar, anak jadi bisa menunjukkan eksistensinya. Alhasil, ia akan lebih percaya diri saat bergaul dengan teman-teman di lingkungan rumah maupun sekolah.
Pengawasan dan komunikasi
Selain menyalurkan keinginan anak untuk eksis melalui jalur yang tepat, Moms juga perlu melalukan pengawasan terhadap anak. Anda perlu mencari tahu siapa saja teman-teman dekat mereka dan apa kegiatan mereka sehari-hari.
Jika Anda merasa anak tergabung pada kelompok pergaulan yang kurang sehat, jangan ragu untuk mengajaknya bicara dari hati ke hati. Satu hal yang perlu diingat, anak praremaja maupun remaja kerap memiliki sikap rebel atau suka membangkang.
Apabila Moms langsung menegurnya secara keras atau bahkan cenderung mempermalukannya di hadapan teman-teman, maka ada kemungkinan besar ia justru akan melakukan hal yang bertentangan dengan perintah Anda.
Oleh sebab itu, bicaralah pada anak dengan baik dan di suasana yang baik pula, misalnya pilih waktu saat anak dalam mood yang baik, guna membicarakan hal-hal yang mungkin merisaukan Anda sebagai orang tua.
Mendekatkan diri kepada anak serta membuka komunikasi yang baik dengannya bisa menjadi salah satu cara untuk menghindarkan dia dari kelakuan konyol seperti melakukan challenge Malaikat Maut. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Foto: Freepik)