Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Dalam menjalani hubungan pernikahan, Moms dan Dads tentu pernah sesekali bertengkar. Namun, bukannya mencoba menyelesaikan masalah, entah Moms ataupun Dads, justru menolak untuk berbicara atau membahas masalah penyebab pertengkaran–sekarang ataupun nanti–dan mendiamkan pasangan.Hal ini dikenal dengan perilaku silent treatment.
Untuk lebih lengkapnya, M&B akan membahas mengenai apa itu silent treatment dalam sebuah hubungan. Mengapa orang melakukan silent treatment? Bagaimana perilaku silent treatment bisa memengaruhi hubungan? Dan, bagaimana menghadapi orang yang melakukan silent treatment?
Apa itu perilaku silent treatment?
Melansir laman Verywell Mind, silent treatment adalah sebuah perilaku di mana salah satu pasangan menolak untuk berbicara atau membahas masalah, dan mungkin juga tidak memedulikan kehadiran pasangannya. Biasanya, hal ini terjadi setelah adu argumen atau pertengkaran.
Perlu dipahami, menolak untuk berbicara berbeda dengan meminta menunda pembicaraan dan membahasnya nanti pada waktu yang lebih nyaman bagi kedua pasangan.
Dengan kata lain, perilaku silent treatment adalah tindakan sengaja untuk mengalihkan pembicaraan dan menunjukkan bahwa masalah tersebut tidak penting untuk dibahas. Dan ketika ini terjadi, pasangan yang menerima perilaku silent treatment harus bergulat dengan rasa marah, sakit hati, frustrasi, bingung, dan kekecewaan sendirian.
Alasan itulah yang membuat perilaku silent treatment dapat dikategorikan sebagai salah satu jenis kekerasan emosional terhadap pasangan dalam suatu hubungan menurut penelitian dalam jurnal Violence and Victims.
Mengapa orang melakukan silent treatment?
Dikutip dari laman Medical News Today, secara umum, orang melakukan perilaku silent treatment untuk beberapa alasan, termasuk:
- Penghindaraan (avoidance): Dalam banyak kasus, orang memilih untuk tetap diam karena tidak tahu harus berkata apa dan ingin menghindari konflik.
- Komunikasi (communication): Tidak sedikit orang yang menggunakan perilaku silent treatment untuk menunjukkan bahwa dirinya kesal, tetapi tidak tahu bagaimana mengungkapkannya dengan kata-kata.
- Hukuman (punishment): Ada juga orang yang melakukan silent treatment untuk menghukum orang lain atau untuk mengendalikan dan mengontrol orang lain.
Bagaimana silent treatment bisa memengaruhi suatu hubungan?
Perilaku silent treatment bukanlah tindakan yang baik dan sehat untuk menyelesaikan perselisihan dalam hubungan.Penelitian dalam jurnal Communication Monographsmenunjukkan bahwa silent treatment bisa menjadi penghambat dalam menyelesaikan konflik dan masalah pada suatu hubungan. Padahal, komunikasi yang jelas dan langsung adalah satu hal penting agar hubungan berjalan langgeng.
Ketika salah satu pasangan ingin membicarakan masalah dan mencoba menyelesaikan konflik, tetapi pasangan yang lain justru menarik diri dan menolak berbicara, hal tersebut dapat membuat masalah dalam hubungan yang seharusnya bisa segera terselesaikan menjadi berlarut-larut.
Ini juga bisa menimbulkan emosi negatif seperti kemarahan, frustrasi, sakit hati, bingung, tingkat harga diri rendah, dan kekecewaan bagi pasangan yang mendapat penolakan.
Akhirnya, masalah itu bisa menghancurkan hubungan dan menyebabkan perceraian. “Perilaku silent treatment bisa sangat merusak hubungan. Ini bisa mengurangi keintiman, mengurangi kepuasan hubungan, dan mengurangi kapasitas berkomunikasi dengan cara yang sehat dan bermakna,” kata Paul Schrodt, PhD, profesor ilmu komunikasi yang meninjau lebih dari 74 studi tentang relationship.
Bagaimana menghadapi orang yang melakukan silent treatment?
Menghadapi pasangan yang memilih melakukan silent treatment adalah hal yang sangat membuat frustrasi dan menyebalkan. Tetapi, ada beberapa cara yang dapat Anda coba lakukan untuk menghadapi pasangan yang memilih melakukan silent treatment, antara lain:
1. Lakukan pendekatan yang lembut
Cara pertama untuk menghadapi pasangan yang memilih silent treatment adalah dengan melakukan pendekatan lembut dan memulai percakapan.Dengan tenang, katakan kepada pasangan bahwa Anda memperhatikan bahwa ia tampak dingin dan Anda ingin memahami apa alasannya. Tekankan bahwa Anda ingin menyelesaikan apa yang membuat hubungan merenggang.
Sampaikan pula kepadanya bahwa apa yang ia lakukan itu menyakitkan dan membuat Anda merasa frustrasi dan bingung sendirian.Jika pasangan masih memerlukan waktu, beri ia pilihan untuk mengatur waktu yang tepat buat berbicara dan menyelesaikan masalah.
2. Akui perasaan pasangan Anda
Cara selanjutnya untuk menghadapi pasangan yang melakukan silent treatment adalah dengan memintanya berbagi perasaannya. hal itu akan membuat pasangan tahu bahwa perasaannya penting dan valid sekaligus bisa membuka jalan untuk memulai percakapan.
Namun, pada saat itu hindari bersikap defensif. Usahakan untuk tetap mendengarkan dan memahami perasaannya dengan sepenuh hati dan tetap tenang.
3. Meminta maaf untuk tindakan atau kata-kata yang mungkin menyinggung
Memang, Anda seharusnya tidak meminta maaf atau menyalahkan diri sendiri atas perilaku silent treatment dari pasangan. Namun, mungkin ia ingin mendengar kata permintaan maaf dari Anda yang mungkin secara tidak sadar telah mengatakan atau melakukan sesuatu yang melukai perasaannya.
4. Hindari tanggapan yang tidak perlu
Cobalah untuk tidak memperburuk situasi dengan memprovokasi dirinya untuk berbicara atau merespons dengan marah, karena hal ini bisa menciptakan lebih banyak konflik.
5. Minta bantuan konselor
Pertimbangkan untuk meminta bantuan konselor jika Moms dan Dads mengalami kesulitan berkomunikasi secara efektif. Seorang profesional dapat membantu Anda berdua untuk mengekspresikan perasaan dan berkomunikasi, sehingga bisa menyelesaikan konflik secara tuntas dan sehat. (M&B/Fariza Rahmadinna/SW/Foto: Tirachardz/Freepik)