FAMILY & LIFESTYLE

Polip Rahim, Kenali Gejala dan Efeknya bagi Kesuburan


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Polip merupakan sebuah jaringan abnormal dan bertangkai yang tumbuh di dalam tubuh. Jaringan abnormal ini bisa tumbuh di beberapa bagian tubuh, seperti hidung, usus, dan rahim.

Polip sendiri sering disalahartikan sebagai tumor berbahaya. Padahal, polip merupakan tumor jinak dan bukan sebuah kanker. Meskipun begitu, gangguan ini tetap harus diwaspadai karena berupa jaringan yang tumbuh secara abnormal. Tidak menutup kemungkinan keberadaannya dapat berkembang menjadi sesuatu yang ganas seperti kanker.

Dilansir dari laman Halodoc, ada dua jenis polip yang biasa terjadi, yaitu polip yang tergantung dari tangkai atau biasa disebut polip bertangkai dan polip berbentuk datar serta tumbuh langsung di jaringan di sekitarnya yang disebut sessile.

Mengenal polip rahim

Seperti disebutkan, polip bisa tumbuh di beberapa bagian tubuh, salah satunya rahim. Polip rahim adalah polip yang tumbuh dan menempel di lapisan dinding rahim (endometrium) dan bisa meluas hingga ke rongga rahim. Meski umumnya bersifat jinak, sebagian polip rahim juga bisa berkembang menjadi ganas. Jadi, Anda tetap harus waspada, Moms.

Perlu diketahui, polip rahim berbentuk bulat atau lonjong dengan ukuran mulai dari sebesar biji wijen hingga sebesar bola golf. Benjolan ini dapat bertangkai sehingga terlihat menggantung atau tumbuh melebar pada dinding rahim.

Polip rahim dapat tumbuh soliter (hanya satu), tetapi ada pula yang tumbuh banyak sekaligus. Umumnya, polip rahim dialami oleh wanita menjelang menopause. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan wanita yang berusia lebih muda juga mengalami gangguan kesehatan ini.

Penyebab polip rahim

Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti penyebab polip rahim. Namun, kondisi ini disinyalir berkaitan erat dengan perubahan kadar hormon estrogen.

Di sisi lain, ada sejumlah kondisi yang juga meningkatkan risiko munculnya polip rahim, yaitu:

  • Memasuki fase perimenopause dan menopause
  • Menderita obesitas
  • Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti tamoxifen
  • Menderita kelainan genetik yang diturunkan, seperti sindrom Lynch atau sindrom Cowden.

Gejala polip rahim

Jika polip yang muncul berukuran kecil atau hanya berjumlah satu, biasanya penderita tidak mengalami gejala apa pun. Jika ada gejala, maka bentuknya bisa bervariasi. Beberapa gejala yang mungkin muncul pada penderita polip rahim, antara lain:

  • Siklus menstruasi tidak teratur
  • Lama atau volume menstruasi berlebih (menorrhagia)
  • Perdarahan dari vagina di antara dua siklus menstruasi
  • Muncul flek dan perdarahan setelah menopause
  • Perdarahan setelah berhubungan intim
  • Sulit atau tidak bisa hamil (infertilitas).

Jika Moms mengalami salah satu atau beberapa gejala di atas, Anda disarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter atau rumah sakit. Meski sering kali bersifat jinak, ada beberapa jenis polip yang berbahaya dan harus segera mendapatkan penanganan.

Diagnosis dan pengobatan polip rahim

Melansir laman Alodokter, untuk mendiagnosis apakah seorang wanita menderita polip rahim, dokter akan menanyakan gejala yang dialami, riwayat penyakit, serta obat yang sedang dikonsumsi.

Dokter juga akan menanyakan hal-hal seputar menstruasi, seperti siklus, durasi, frekuensi, dan volumenya. Pertanyaan seputar kesulitan untuk hamil juga mungkin akan ditanyakan. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik lengkap. Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang, seperti USG transvaginal, histeroskopi, biopsi dinding rahim, kuretase, dan sonohisterografi.

Pada polip rahim yang tidak menimbulkan gejala atau yang berukuran kecil, biasanya tidak dilakukan pengobatan khusus. Meskipun begitu, pasien tetap dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan rutin untuk memantau kondisi dan perkembangannya.

Namun, jika polip rahim menimbulkan gangguan, dokter akan melakukan sejumlah penanganan untuk mengatasinya, seperti dengan pemberian obat-obatan, mengangkat polip rahim dengan cara histeroskopi atau kuretase, dan operasi untuk mengangkat rahim atau histerektomi.Polip rahim yang bisa berkembang menjadi kanker umumnya lebih sering terjadi pada wanita yang telah mengalami menopause.

Polip rahim juga bisa menimbulkan komplikasi berupa kemandulan atau infertilitas. Kondisi ini menyebabkan penderitanya sulit punya keturunan. Meskipun begitu, penelitian menyebutkan bahwa pengangkatan polip rahim bisa meningkatkan kemungkinan penderita untuk hamil kembali. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Foto: Freepik)