TOODLER

Flu Singapura atau HFMD? Waspadai Gejalanya pada Anak ya, Moms!


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Setelah hepatitis akut misterius, dunia kesehatan juga sempat dihebohkan dengan naiknya kasus flu Singapura atau dalam istilah medis disebut hand foot mouth disease (HFMD). Walau jarang menyebabkan kematian, namun HFMD tetap harus diwaspadai karena sangat menular dan banyak menyerang balita.

Apa saja gejala HFMD? Benarkah bisa sembuh dengan sendirinya? Apa saja pantangannya? Untuk menjawab berbagai pertanyaan mengenai HFMD atau flu Singapura, M&B telah bertanya pada dr. Messia Paramita, Sp.A, M.Sc – Dokter Spesialis Anak dari RS EMC Sentul. Simak penjelasan dr. Messia yuk, Moms!

Apa itu flu Singapura?

Sebenarnya kurang tepat kalau disebut flu Singapura, karena penyebabnya bukan virus influenza dan awal terjadinya bukan di Singapura (hanya saja pernah merebak di Singapura dan gejalanya mirip infeksi influenza).

Penyakit ini lebih tepat disebut HFMD atau hand foot mouth disease. HFMD sudah ada sejak tahun 1950-an dan pernah merebak di beberapa negara, seperti Amerika Serikat dan Bulgaria, di tahun 1970-an merebak juga di China dan Taiwan, sedangkan di Asia Pasifik merebaknya di tahun 1995 hingga 2000-an. Penyebab HFMD adalah virus golongan enterovirus, ada 2 jenis yang paling sering menyebabkan HFMD: Coxsackievirus dan HEV (human enterovirus).

Apa saja gejalanya?

Awalnya anak akan demam tapi tidak terlalu tinggi. Dua hari kemudian jadi batuk, enggak mau makan, kalau makan mungkin dimuntahin, dan muncul luka (ulkus) seperti sariawan di sekitar mulut. Luka ini paling sering di mulut area dalam dekat tenggorokan. Inilah yang membuat anak sulit menelan, responsnya nyeri dan batuk.

Setelah luka mulai muncul di mulut, dalam 1-2 hari kemudian umumnya muncul bintik-bintik di tangan, kaki, dan badan. Bintik yang menjadi luka atau ulkus ini normalnya hanya ada di telapak tangan, telapak kaki, dan mulut. Namun bisa juga menyebar ke badan, bokong, dan bahkan dahi.

Bagaimana membedakan sariawan biasa dengan luka HFMD? Kalau sariawan biasanya adanya di area depan, baik di gusi, lidah, atau bibir. Sedangkan kalau HFMD seringnya ada di area belakang dan lidah belakang (tapi bisa juga menyebar ke area depan). Luka atau ulkus sariawan warnanya putih, sedangkan luka HFMD warnanya merah mirip jerawat atau jendol cacar air.

Bagaimana penularannya?

Penularannya berawal dari anak menggaruk luka atau ulkus HFMD yang terasa gatal, virusnya pun menempel ke jari-jari yang dipakai menggaruk. Virus ini kemudian menyebar ke segala benda atau tubuh teman yang ia sentuh. Penyebaran virus juga bisa dari droplet, misalnya ketika anak batuk atau berbagai alat makan dengan orang lain.

Selain itu, HFMD ini juga bisa bertahan 6-8 minggu di saluran pencernaan anak dan feses (kotoran) anak. Jadi mungkin anak tersebut sudah sehat, sudah sembuh dari HFMD, tetapi virusnya masih tersisa di saluran pencernaan. Maka menjaga kebersihan dan memastikan segalanya higienis tuh penting banget.

Siapa yang rentan HFMD?

Menurut penelitian, golongan yang paling sering terkena HFMD adalah anak di bawah 10 tahun, dan angka paling tingginya adalah anak di bawah 5 tahun. Kenapa orang tuanya enggak kena HFMD? Mungkin sebenarnya orang tuanya HFMD juga, tetapi karena daya tahan tubuhnya sudah lebih baik, maka mungkin gejalanya hanya badan hangat terus sembuh, deh. Sedangkan di anak gejalanya bisa semua keluar plus rewel karena tidak nyaman.

Anak HFMD, orang tua harus apa?

Orang tua perlu ingat kalau penyebab HFMD adalah virus, sehingga ini bersifat self-limiting disease atau penyakit yang bisa sembuh dengan sendirinya. Walau begitu, Moms dan Dads tetap harus mewaspadai keluhan-keluhan yang muncul, terutama keluhan sulit menelan makanan dan minuman. Kalau keluhan ini dibiarkan, anak bisa dehidrasi karena malas minum dan bisa kurang gizi karena sulit mengunyah dan menelan makanan.

Kapan anak harus ke dokter? Segera ke dokter ketika demam tidak terkontrol, anak semakin rewel, anak semakin sulit menelan makanan dan minuman. Dokter mungkin akan memberikan obat-obatan untuk mengurangi keluhan, karena tidak ada pengobatan spesifik untuk menyembuhkan HFMD.

Perlu diingat, HFMD tidak membutuhkan antibiotik ya Moms, karena antibiotik hanya untuk mengatasi penyakit yang disebabkan bakteri, bukan virus. Yuk, jadi orang tua yang lebih bijak antibiotik! (M&B/Tiffany Warrantyasri/SW/Foto: Freepik)