Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Buat ibu hamil, keluarnya darah dari vagina tentu menimbulkan kekhawatiran ya, apalagi jika pendarahan tersebut dialami saat kehamilan Anda sudah memasuki usia 9 bulan. Faktanya, 1 dari 10 ibu hamil di trimester akhir akan mengalami flek atau keluar bercak darah dari vagina. Umumnya ini terjadi usai berhubungan seks atau menjalani pemeriksaan internal oleh dokter.
Pada beberapa kasus, kondisi ini bukanlah sesuatu yang membahayakan sehingga Anda tidak perlu khawatir, Moms. Namun, pada beberapa kasus yang lain, keluarnya darah juga bisa menandakan adanya gangguan serius pada kehamilan Anda.
Melansir Livestrong, pendarahan yang terjadi pada usia kehamilan 9 bulan bisa disebabkan oleh beberapa hal, mulai dari perubahan normal yang terjadi saat tubuh Anda bersiap untuk proses persalinan hingga adanya gangguan yang berpotensi mengancam jiwa yang memerlukan penanganan medis segera.
Mendekati akhir kehamilan, leher rahim akan menipis dan menjadi lebih rileks sebagai proses persiapan untuk persalinan. Nah, ketika hal tersebut terjadi, sering kali ada flek atau bercak darah keluar. Ini merupakan tanda normal dari persalinan yang akan datang dan biasanya dialami pada 2-3 minggu sebelum persalinan dimulai.
Meskipun begitu, ada juga kondisi pendarahan yang perlu mendapat perhatian dan mesti diwaspadai, terutama jika volume darah yang keluar lumayan banyak. Ini beberapa kondisi yang jadi penyebabnya, Moms.
1. Solusio plasenta
Selama kehamilan, plasenta berkembang di dalam rahim dan memberikan nutrisi kepada janin melalui tali pusat. Pada kasus solusio plasenta, sebagian plasenta terlepas dari dinding rahim. Hal ini sering menyebabkan pendarahan vagina. Namun dalam beberapa kasus, gumpalan darah terbentuk di antara plasenta dan dinding rahim, sehingga tidak ada perdarahan yang terlihat.
Selain keluarnya darah, gejala lain dari solusio plasenta termasuk sakit perut, sakit punggung, dan munculnya kontraksi. Ini merupakan kondisi yang berpotensi serius yang dapat membuat bayi kekurangan oksigen dan nutrisi serta bisa menyebabkan pendarahan hebat pada ibu hamil. Solusio plasenta dapat terjadi akibat trauma perut karena jatuh atau kecelakaan.
2. Plasenta previa
Plasenta previa merupakan kondisi plasenta yang menutupi jalan lahir atau serviks, baik menutupi sebagian maupun seluruhnya. Faktor risikonya meliputi hamil di usia tua, pernah melahirkan sebelumnya, pernah melakukan operasi caesar atau aborsi, dan kebiasaan merokok.
Selain pendarahan hebat, gejala plasenta previa adalah kram pada perut. Darah yang dikeluarkan umumnya berwarna merah cerah, serta keluar secara tiba-tiba dan tidak terduga. Plasenta previa dapat menjadi keadaan darurat yang mengancam jiwa ibu dan bayi.
3. Ruptur uteri
Dalam kasus yang jarang terjadi, robeknya dinding rahim, yang dikenal dengan istilah ruptur uteri, juga bisa menjadi penyebab pendarahan vagina di masa akhir kehamilan. Gejalanya meliputi perut terasa sakit, kelainan detak jantung bayi, dan volume darah yang rendah pada ibu hamil. Ruptur uteri merupakan kondisi darurat medis yang berpotensi mengancam jiwa, sehingga harus mendapatkan penanganan medis segera.
Baca juga: Keluar Darah saat Hamil Muda, Kenali 6 Penyebabnya, Moms!
Bumil sebaiknya lakukan ini saat muncul pendarahan
Ibu hamil yang mengalami keluar darah dari vagina dianjurkan untuk langsung menghubungi dokter kandungan, karena tidak ada yang bisa memastikan apakah pendarahan tersebut normal atau tidak sampai Anda berkonsultasi dengan dokter. Pasalnya, walau tidak selalu berbahaya, jika pendarahan tersebut disebabkan suatu penyakit, maka kesehatan bumil maupun janin bisa terganggu. (M&B/SW/Foto: Gpointstudio/Freepik)