Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Fisura ani adalah istilah medis berupa luka atau robekan yang terjadi pada anus. Mengutip WebMD, fisura ani merupakan sobekan kecil pada jaringan tipis dan lembap yang melapisi anus sehingga timbul rasa nyeri saat buang air besar. Kondisi ini bisa terjadi saat Anda kesulitan untuk buang air besar (BAB) hingga feses yang keluar keras atau bahkan terlalu besar.
Penyakit ini bisa dialami siapa saja, pria maupun wanita, orang tua maupun anak kecil. Dilansir dari Mayo Clinic, fisura ani dapat menyebabkan seseorang mengalami rasa sakit dan perdarahan saat BAB. Sebagian besar penderitanya bisa sembuh dengan penanganan sederhana seperti memperbanyak asupan serat, tetapi tidak jarang dibutuhkan tindakan operasi dan pengobatan untuk mengatasinya.
Gejala dan penyebab fisura ani
Ada sejumlah hal yang dirasakan seseorang saat mengalami penyakit fisura ani, yakni:
1. Rasa nyeri yang muncul saat BAB. Nyeri bahkan bisa bertahan hingga beberapa jam setelah BAB selesai.
2. Adanya bercak darah kemerahan saat BAB.
3. Anus terasa sangat gatal.
4. Kemungkinan muncul robekan di kulit sekitar anus atau benjolan kecil atau tanda kulit melepuh di sekitar anus.
5. Untuk kasus yang parah, biasanya muncul bau busuk dari pembukaan anus, yang mungkin menandakan kemungkinan infeksi.
Mengutip DocDoc, fisura ani biasanya disebabkan oleh luka atau cedera pada anus. Hal ini dapat terjadi ketika adanya kotoran besar, termasuk sembelit yang dialami. Penyakit ini juga bisa dipicu oleh diare berulang kali yang menyebabkan iritasi pada lapisan dubur atau disebabkan oleh ketegangan saat melahirkan. Fisura ani juga bisa disebabkan oleh hubungan seks anal atau efek samping dari pemeriksaan dubur.
Bagaimana seseorang bisa mengalami fisura ani? Para ahli percaya bahwa penyakit ini terjadi saat ada terlalu banyak tekanan pada otot sfingter yang mengendalikan pembukaan anus. Jika tekanan di area tersebut meningkat, maka aliran darah akan dapat berkurang dan menyebabkan ketegangan yang bisa berisiko memunculkan masalah ini.
Penyakit lain, misalnya penyakit radang usus seperti penyakit Crohn dan luka radang usus (kolitis ulseratif) serta penyakit menular seksual seperti sifilis dan herpes juga bisa menyebabkan masalah fisura ani.
Mengatasi dan mencegah fisura ani
Seperti disebutkan di atas, fisura ani umumnya tidak memerlukan penanganan dokter segera. Dalam kebanyakan kasus, terutama fisura yang bersifat tiba-tiba (akut), gejala akan menghilang dalam beberapa hari. Namun, jika gejalanya menjadi berkepanjangan (kronis) dan memburuk serta memengaruhi BAB, maka Anda perlu berkonsultasi dengan dokter secepat mungkin.
Dokter akan menanyakan gejala yang dialami serta riwayat kesehatan Anda. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan pada anus dan area di sekitarnya. Untuk memastikan diagnosis, dokter juga akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti anoskopi untuk melihat kondisi di dalam saluran anus dan kolonoskopi untuk melihat kondisi usus besar dan anus.
Pengobatan fisura ani bertujuan untuk meringankan gejala, mengatasi penyebab, dan mencegah komplikasi agar proses BAB tetap lancar. Dokter akan memberikan obat-obatan untuk meringankan gejala dan mempercepat penyembuhan. Meskipun begitu, tindakan operasi mungkin akan diperlukan jika fisura ani sudah parah dan tidak bisa diatasi dengan obat-obatan.
Karena fisura ani umumnya disebabkan oleh pergerakan feses, ada sejumlah cara yang bisa Anda lakukan untuk mencegahnya, yakni:
1. Rajin mengonsumsi sayur dan buah. Serat yang terkandung di dalam sayur dan buah akan sangat membantu memperlancar pergerakan feses di saluran cerna. Dampaknya BAB jadi lebih mudah dan Anda terhindar dari sembelit.
2. Banyak minum air putih. Memastikan kebutuhan cairan tubuh selalu tercukupi dengan minum air putih dapat membantu melancarkan pencernaan, mencegah sembelit, serta membuat feses lebih lunak dan mudah dikeluarkan.
3. Jangan menahan BAB. Bila Anda ingin BAB, sebaiknya jangan ditahan. Feses yang menumpuk terlalu lama di usus bisa menjadi lebih keras.
4. Jangan terlalu kuat mengejan. Hindari terlalu kuat mengejan saat BAB. Hal ini berbahaya karena bisa menyebabkan robekan di anus dan memunculkan risiko fisura ani.
5. Rutin berolahraga. Melakukan olahraga dan aktivitas fisik setidaknya selama 30 menit per hari bisa membantu menjaga sistem pencernaan sehingga Anda terhindar dari risiko fisura ani. (M&B/SW/Foto: Atlascompany/Freepik)