Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Satu hal yang selalu membahagiakan untuk saya adalah anak-anak. Mulai dari bermain saat saya menjadi anak-anak, sampai melihat anak-anak bermain ketika saya sudah hampir lupa bagaimana rasanya menjadi anak-anak. Serunya lagi, kebahagiaan yang dilakukan anak-anak sekarang berbeda dengan cara-cara saya mendapat kebahagiaan sewaktu anak-anak dulu. Kehadiran teknologi lah yang paling tegas membedakannya. Anak-anak sekarang begitu dekat dan memiliki akses yang mudah ke teknologi. Hasilnya? Sama dengan cepatnya perkembangan teknologi itu sendiri, anak-anak juga cepat dalam proses berpikir. Saya tidak menyebut mereka menjadi lebih cepat dewasa, karena buat saya anak-anak tetaplah anak-anak. Mereka hanya memiliki kemampuan berpikir yang lebih terbuka dan dalam dunia kita segala sesuatu yang terbuka sering dianggap sebagai konsumsi orang yang lebih dewasa. Iya kan? ;)
Saya mendapat kebahagiaan tersendiri dalam menikmati kecepatan proses berpikir anak-anak, di mana saya (diharuskan) belajar untuk bisa menjawab pertanyaan mereka (bukan belajar jawabannya, ya). Karena cara menjawab lah yang membuat anak-anak tetap berpikir sesuai umur mereka.
Walaupun sudah mempersiapkan diri menjawab segala pertanyaan dari anak, saya tetap terkejut mendengar pertanyaan dari pikiran terbuka mereka. Pertanyaan dari Ranu, anak pertama saya, misalnya. Semakin bertambah umur pertanyaannya juga semakin unik, mulai dari "Aku datang dari mana?", "Kenapa Papa menikah sama Mama?" sampai pertanyaan pamungkas "Bagaimana caranya Papa bikin Mama hamil?". Kecepatan berpikir anak dengan bantuan teknologi memang tidak bisa lagi dihindari. Nah, untuk mengimbanginya, biar bukan hanya pikiran mereka yang berkembang cepat tapi juga kondisi fisik mereka, saya membiarkan anak-anak saya bermain di luar rumah setiap sore. Ini sudah saya rancang bersama istri sejak awal memilih lokasi rumah. Kami menginginkan rumah yang berada pada lokasi yang bisa memberikan keamanan dan kenyamanan untuk anak bermain di luar. Jadi mereka bisa bebas bermain sepeda, bola, atau hanya sekedar kejar-kejaran.
Saya sendiripun berusaha semaksimal mungkin meluangkan waktu untuk menemani mereka bermain (apalagi Virpia, anak ke 2 saya paling senang kalau main sepeda di taman sama Papanya). Charger energi saya adalah tawa anak-anak saat bermain dengan bahagia. Karena prinsip saya adalah, biarkan anak-anak bermain, sehingga ketika dewasa mereka tidak main-main dengan hidupnya!
Memaksimalkan setiap waktu ketika tidak shooting atau menjadi MC dengan bermain bersama Ranu dan Virpia, memberikan kedekatan yang erat bersama mereka. Tapi saya tetap tidak memposisikan diri sebagai teman mereka. Untuk saya teman ya teman, orang tua ya orang tua. Mereka bisa berekspresi, bercerita dan bicara apa saja pada saya dan istri, tapi ketegasan sebagai orang tua tetap harus dijaga, karena pembeda antara kasih sayang dan ketidakpedulian ada pada ketegasan.
Bersama kasih sayang yang terbungkus dalam ketegasan inilah saya berusaha menciptakan keluarga yang membahagiakan, menyamankan, dan memberi banyak kemanfaatan. Semua itu paling saya rasakan ketika kami berkumpul di tempat tidur malam hari. Seberapa pun capeknya, saya selalu berusaha mendengar cerita atau bercerita kepada anak-anak.
Pernah suatu malam Ranu bertanya, "Pa, Tuhan baik enggak?" Mendengar pertanyaan ini saya menjawab panjang lebar tentang berbagai contoh kebaikan Tuhan. Selesai saya menjawab dan melihat ke arahnya, ternyata dia sudah lelap tertidur dengan pulas....
Sebuah malam yang menyempurnakan hari saya. Di mana kesempurnaan hari adalah pergi tidur setelah menyaksikan wajah anak dan istri terlelap dalam kedamaian.
Karena kebahagiaan itu harus mendamaikan.
@HilbramDunar
Pembawa acara TV dan Radio.
Penulis buku "Main Hati" dan "Plastic Heaven"
Motivator dan Public Speaking Trainer