TOODLER

Waspada, Anemia pada Anak Bisa Pengaruhi Kecerdasan Si Kecil


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Moms, kebutuhan zat besi pada anak tidak boleh disepelekan, lho. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia defisiensi besi, yang menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merupakan masalah kekurangan nutrien tersering pada anak di seluruh dunia, terutama di negara berkembang seperti Indonesia.

“Kasus anemia defisiensi besi (ADB) merupakan kasus anemia yang paling sering dijumpai pada kelompok usia anak terutama balita usia 0-5 tahun”, kata Prof. Dr. dr. Djajadiman Gatot, Sp.A (K), dari Divisi Hematologi Onkologi, Departemen Ilmu Anak FKUI/RSCM, dan Ketua Satuan Tugas Anemia Defisiensi Besi IDAI.

Penyebab anemia defisiensi besi pada anak

Anemia defisiensi besi sendiri merupakan anemia yang disebabkan oleh berkurangnya cadangan zat besi pada tubuh. Anemia defisiensi besi pada umumnya disebabkan karena faktor kekurangan gizi, penyerapan makanan yang kurang baik, cepatnya pertumbuhan bayi dan remaja, cacingan, infeksi menahun, atau penyakit yang menyebabkan penghancuran sel darah merah. Polusi yang berlebihan yang masuk ke dalam tubuh juga bisa menggerus kadar besi dalam darah.

Biasanya, tubuh penderita anemia akan menunjukkan sinyal tertentu, berupa cepat merasa lelah, kondisi badan lemah, wajah pucat, jantung berdebar-debar, dan napas lebih pendek. Pada kasus tertentu, penderita anemia juga bisa mengalami rambut rontok. Tetapi ada juga penderita yang tidak menunjukkan gejala-gejala tertentu. Bila anemia terjadi dalam jangka waktu lama, meskipun kadar hemoglobin rendah, bisa saja ia tidak menunjukkan gejala khas karena tubuh telah beradaptasi.

Anemia defisiensi besi berisiko pada kecerdasan anak

Menurut Prof. Djajadiman, masalah anemia jangan dianggap enteng. Bila kondisi ini dialami seorang anak sampai lebih dari 2 tahun, hal tersebut akan membuat kecerdasannya berkurang atau malah IQ-nya turun. “Jangan berharap IQ mereka lebih dari 100, paling tinggi 90-an. Pagi diajari, sore lupa. Karena kekurangan besi juga menghambat pembentukan zat neurotransmiter yang penting untuk pengendalian emosi dan pemusatan perhatian dalam perilaku anak” ujarnya.

Dampak kekurangan besi pada anak membuat melambatnya pertumbuhan percabangan sel otak, sehingga hubungan antarsel otak kurang kompleks dan proses informasi melambat, juga terganggunya proses pembentukan selubung sel saraf sehingga memicu gangguan penglihatan, pendengaran, dan perilaku. Terjadi pula gangguan metabolisme di pusat kendali emosi dan pusat kendali kognitif.

Kekurangan zat besi juga bisa menurunkan aktivitas enzim triptofan dan tirosin hidroksilase yang mengakibatkan gangguan produksi serotonin dan dopamin. Ini membuat anak tidak mampu mengendalikan diri dan perasaan, tidak mampu memusatkan perhatian dan mengikuti pembelajaran dengan baik, serta mengalami gangguan perilaku.

Anemia akan berbahaya kalau sudah diikuti dengan penyakit-penyakit yang lain. Karena itu, penting sekali dilakukan pemeriksaan ke laboratorium, terutama pemeriksaan darah lengkap atau pemeriksaan Panel Anemia Defisiensi. Moms dapat melakukan pemeriksaan tersebut di Prodia Children, klinik kesehatan yang hadir sebagai partner bagi setiap orang tua dalam pengelolaan kesehatan yang didedikasikan untuk memenuhi kebutuhan anak sejak usia neonatus (0-4 minggu) hingga usia remaja (18 tahun). Prodia Children dilengkapi dengan layanan dan fasilitas yang disesuaikan dengan kebutuhan anak, seperti layanan laboratorium khusus anak, vaksinasi, konsultasi dokter, hingga pemeriksaan penunjang lain seperti rontgen, EKG dan USG.

Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat menghubungi Kontak Prodia 1500 830 atau kunjungi www.prodia.co.id. (M&B/SW/Foto: Prodia)