Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Hamil dan menjadi ibu membawa perubahan besar dalam kehidupan seorang wanita. Bukan hanya soal perubahan bentuk tubuh yang mungkin dialami sebagian besar wanita ketika mereka hamil dan melahirkan, tetapi setelah menjadi ibu, para wanita juga diketahui mudah mengalami perubahan suasana hati dan menjadi pelupa. Benarkah demikian, Moms?
Bukan tanpa sebab, ternyata perubahan tersebut terjadi karena adanya perubahan otak yang signifikan setelah Anda menjadi seorang ibu. Perubahan ini bukanlah suatu hal yang buruk, karena perkembangan saraf otak saat Anda menjadi ibu ini memiliki tujuan yang sangat menakjubkan. Seperti apa perubahannya? Yuk, kita simak, Moms!
1. Otak ibu mengecil dan membesar lagi
Otak ibu hamil mengalami transformasi radikal karena adanya pengaruh lonjakan hormon. Perubahan pada otak ibu pun diketahui lebih banyak terjadi selama kehamilan dan pascapersalinan dibandingkan waktu lainnya saat ia menjalani kehidupan, termasuk saat masa pubertas. Seperti dilansir laman Happiest Baby, sebagian alasannya adalah karena proses pemangkasan sinaptik, di mana otak pada dasarnya memotong fungsi ke area yang tidak lagi dibutuhkan untuk membangun area yang lebih penting.
Bagi para ibu, tampaknya lapisan luar materi abu-abu pada otak yang membantu mengontrol gerakan otot, ingatan, emosi, dan pengambilan keputusan berkurang. Beberapa peneliti berpikir inilah yang menyebabkan mengapa ibu sering mengalami perubahan suasana hati dan menjadi pelupa. Dalam sebuah penelitian, para peneliti juga melihat bahwa otak ibu secara aktif memangkas materi abu-abu tersebut untuk memberi jalan bagi koneksi sinaptik baru yang akan membantunya melindungi dan merawat bayinya.
2. Otak ibu menjadi lebih protektif
Selama kehamilan, sebagian otak ibu seperti mengatur ulang dirinya sendiri untuk mendeteksi bahaya dengan lebih baik dan dibantu dengan kepekaan tertentu terhadap ekspresi wajah marah atau takut. Para peneliti menemukan hal ini terjadi pada tahap yang terlihat sesuai dengan trimester kehamilan.
Kewaspadaan terkuat terhadap ancaman tampaknya terjadi selama trimester kedua dan ketiga, dan beberapa peneliti percaya karena otak ibu sedang membangun sinapsis baru untuk membantunya beradaptasi dengan menjadi ibu. Dengan kata lain, Moms memang ditakdirkan untuk melindungi anak-anaknya.
3. Perubahan otak menjadikan ibu lebih berempati
Sebuah penelitian menemukan bahwa semua pemangkasan sinaptik dan pembangunan saraf yang secara mendasar mengubah struktur fisik otak ibu memiliki tujuan penting lainnya, yaitu untuk membangun empati.
Para peneliti menemukan bukti kuat bahwa ibu menanggapi isyarat bayi seperti menangis, meringkuk, tidur, dan lain sebagainya, dengan peningkatan aktivitas otak yang mengatur empati, pemantauan diri, dan refleksi. Dengan kata lain, ketika seorang ibu menjalin ikatan dengan bayinya, dengan memenuhi kebutuhan mereka, bagian otaknya yang mengelola empati justru tumbuh.
4. Perubahan otak pada ibu tidak akan hilang
Meski Si Kecil sudah tidak bayi lagi, perubahan positif pada otak ibu ini tidak akan menghilang begitu saja. Beberapa penelitian menemukan bahwa bahkan setelah dua tahun pascapersalinan, para ibu tidak mendapatkan kembali materi abu-abu yang hilang selama kehamilan.
Diyakini salah satu alasan perubahan otak ibu ini bertahan adalah untuk membantu ibu menjadi sosok nenek yang luar biasa kelak. Sikap protektif, empati, dan hiper-fokus yang sama seputar merawat anak-anak yang terlihat dalam pemindaian otak ibu baru tampaknya akan membantu seorang nenek dalam membantu membesarkan generasi berikutnya nanti. (Vonda Nabilla/SW/Dok. Freepik)