TOODLER

Anak Positif COVID-19 dan Harus Isoman, Ini Panduan Merawatnya


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Kasus COVID-19 yang menyerang anak di Indonesia cukup tinggi. Ya, virus ini memang tidak pandang bulu saat mengincar korbannya. Meskipun telah berhati-hati, jika lengah sedikit, maka virus akan menyerang, bahkan menginfeksi anak Anda.

Jika ternyata hasil tes PCR menunjukkan bahwa anak Anda positif, jangan langsung panik, Moms. Untuk kasus positif COVID-19 pada anak, umumnya dokter akan menyarankan untuk melakukan perawatan di rumah, khususnya jika gejala pada anak masih tergolong ringan.

Meskipun begitu, menjalani isolasi mandiri atau isoman di rumah bukanlah hal yang mudah, karena selama isoman kita tidak boleh berinteraksi dengan keluarga yang sehat dan keluar rumah. Nah, tentunya ini jadi hal yang berat bagi anak yang positif COVID-19, terlebih apabila ia harus menjalani isoman sendiri karena orang tuanya negatif.

Panduan isolasi mandiri untuk anak

Mengutip Buku Diary Panduan Isolasi Mandiri Anak dengan COVID-19 dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), syarat untuk melakukan isolasi mandiri di rumah adalah sebagai berikut:

1. Tidak bergejala/asimptomatik

2. Gejala ringan (seperti batuk, pilek, demam, diare, muntah dan ruam-ruam)

3. Anak aktif, bisa makan dan minum

4. Menerapkan etika batuk (tutup mulut dan hidung dengan tisu atau dengan lengan atas bagian dalam ketika batuk)

5. Memantau gejala/keluhan

6. Pemeriksaan suhu tubuh 2 kali sehari (pagi dan malam hari)

7. Lingkungan rumah/kamar memiliki ventilasi yang baik.

Adapun alat-alat yang perlu disediakan di rumah adalah termometer untuk mengukur suhu dan oxymeter untuk mengukur saturasi oksigen dan frekuensi nadi. Selain itu, Anda juga perlu menyediakan obat-obatan seperti obat demam dan multivitamin, misalnya vitamin C, zinc, dan vitamin D.

Melansir dari Kompas.com, saat melakukan isolasi mandiri pada anak di rumah, Anda harus pisahkan kamar anak dengan anggota keluarga yang lain. Pilihlah satu orang saja untuk merawat anak. Pembatasan kontak ini bertujuan untuk meminimalisasi kemungkinan menularkan virus corona ke anggota keluarga lainnya di rumah tersebut.

Yang perlu diperhatikan, orang tua wajib memakai masker saat berada di dalam rumah yang sama dengan anak positif COVID-19, rajin mencuci tangan dan membersihkan diri, serta tidak menggunakan barang yang sama dengan anak yang positif COVID-19.

Jika memungkinkan, anak juga harus tidur dan menggunakan kamar mandi terpisah dan berbeda dari anggota keluarga yang lainnya. Jika tidak bisa, biasakan untuk membersihkan kamar mandi dan menyemprot kamar mandi dengan cairan disinfektan sesering mungkin. Selain itu, temani anak tetap di rumah dan batasi mobilitasnya di luar rumah hingga ia dinyatakan sembuh atau negatif.

Kapan harus membawa anak ke rumah sakit?

Mengutip Buku Diary Panduan Isolasi Mandiri Anak dengan COVID-19 dari IDAI, Moms harus segera membawa anak ke rumah sakit bila ada gejala:

• Anak banyak tidur

• Napas cepat

• Ada cekungan di dada, hidung kembang kempis

• Saturasi oksigen kurang dari 95%

• Mata merah, ruam, leher bengkak

• Demam lebih dari 7 hari

• Kejang

• Tidak bisa makan dan minum

• Mata cekung

• Frekuensi buang air kecil (BAK) berkurang

• Terjadi penurunan kesadaran.

Menjaga kesehatan mental anak dan diri sendiri

Pengobatan COVID-19 pada anak memang tidak mudah. Namun yang terpenting adalah terus memperhatikan setiap perubahan gejala atau perilaku anak sambil menjaga asupan nutrisinya. Moms juga harus memberikan dukungan secara psikologis pada anak agar tidak stres dan usahakan juga untuk tidak stres, sedih, atau cemas dengan kondisi anak, karena hal tersebut malah bisa mengganggu kesehatan mental Anda.

Untuk itu, Anda perlu selalu menjaga komunikasi dengan anak guna memastikan ia tidak sendiri dan rasa cemas Anda juga berkurang. Selain itu, Anda juga sebaiknya meminta bantuan tenaga medis untuk memastikan kondisi Si Kecil. Usahakan agar Moms juga tetap berkonsultasi dengan dokter yang menangani melalui telepon atau pesan singkat.

Umumnya gejala COVID-19 akan hilang dalam 14 hari. Anda dianjurkan melakukan pemeriksaan wab ulang pada anak 10-14 hari setelah gejala atau setelah swab pertama positif (bila tidak bergejala). Bila tidak bisa melakukan pemeriksaan swab, maka disarankan isolasi 10 hari + 3 hari setelah bebas gejala. Adapun untuk penderita dengan gejala berat atau pasien kronik, umumnya masa menular lebih panjang, sehingga dokter yang akan menentukan kapan selesai isolasi. (M&B/SW/Dok. Freepik)