Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Lonjakan angka penderita COVID-19 masih terus terjadi. Kenaikan pasien akibat penularan virus corona tidak hanya terjadi di kalangan orang dewasa, melainkan juga dialami oleh anak-anak.
Bahkan kabarnya virus varian baru, yaitu varian Delta, lebih mudah menyerang anak-anak. Di Jakarta, sebanyak 13,5 persen dari 9.702 kasus yang terjadi pada Sabtu (3/7) adalah anak-anak di bawah usia 18 tahun. Tepatnya sebanyak 975 kasus dialami anak berusia 6 hingga 18 tahun.
Saat ini, anak-anak tidak hanya berisiko tinggi terinfeksi virus corona. Mereka juga rentan mengalami long COVID. Sebagai catatan, long COVID merupakan istilah yang digunakan bagi pasien COVID-19 yang masih mengalami gejala meski sudah dinyatakan sembuh. Efek long COVID bisa terjadi cukup lama, mulai dari beberapa minggu hingga beberapa bulan.
Pasien yang mengalami long COVID sesungguhnya sudah tidak menularkan virus corona lagi. Meskipun begitu, mereka masih merasakan efek akibat menderita penyakit COVID-19. Gejala long COVID bisa dialami oleh siapa saja, baik pasien COVID-19 dengan gejala berat maupun mereka yang mengalami gejala ringan.
Sebuah penelitian yang dimuat diUC Davis Health mengatakan bahwa 1 dari 4 orang penyintas COVID-19 mengalami gejala long COVID cukup panjang. Penelitian ini juga mengatakan bahwa anak-anak dan remaja penyintas COVID-19 bisa merasakan hal yang serupa.
Gejala long COVID pada anak
Berikut ini adalah hal-hal yang mungkin terjadi apabila Si Kecil mengalami long COVID:
⢠Kelelahan secara terus-menerus
⢠Kesulitan untuk berkonsentrasi
⢠Napas menjadi lebih pendek
⢠Batuk
⢠Nyeri otot
⢠Perubahan suasana hati
⢠Mual
⢠Munculnya masalah pada pencernaan
⢠Pusing
⢠Munculnya ruam di kulit
⢠Depresi
⢠Demam
⢠Nyeri dada
⢠Telinga sering berdengung
⢠Kesemutan
⢠Diare.
Mengatasi long COVID
Gejala long COVID tidak boleh dipandang sebelah mata. Moms perlu memeriksakan Si Kecil ke dokter apabila ia menunjukkan tanda-tanda mengalami masalah kesehatan berkepanjangan setelah dinyatakan sembuh dari penyakit COVID-19.
Pasalnya, long COVID bisa disebabkan oleh beberapa hal, seperti:
⢠Kerusakan jaringan tubuh akibat virus corona
⢠Terganggunya respons imun
⢠Gangguan saraf
⢠Kondisi psikologis.
Jika Anda membiarkan gejala long COVID pada Si Kecil, maka bukan tak mungkin gejalanya akan bertambah parah dan semakin merusak organ tubuhnya. Di sisi lain, long COVID yang disebabkan oleh kondisi psikologis juga perlu mendapatkan penanganan khusus agar tidak memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan Si Kecil.
Last but not least, jaga kesehatan anak dengan memastikan kebutuhan nutrisi hariannya tercukupi dengan baik. Berikan Si Kecil makanan yang bergizi dan suplemen tambahan sesuai dengan anjuran dokter. Jangan lupa untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dan sebisa mungkin tetap berada di rumah saja untuk menghindari anak terinfeksi virus corona. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)