FAMILY & LIFESTYLE

Mitos dan Fakta tentang Herpes Zoster yang Perlu Diketahui


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Salah satu penyakit kulit yang cukup berbahaya dan perlu ditangani sesegera mungkin adalah herpes zoster. Ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Varicella zoster (VZV), yang juga menjadi penyebab munculnya penyakit cacar air sebagai tahap awal.

Penderita herpes zoster umumnya berusia di atas 50 tahun ke atas. Kondisi tersebut dikarenakan terjadinya imunosupresi pada tubuh atau pertambahan usia yang menua. Kekebalan tubuh penderita pun akan menurun dan tidak dapat melawan virus VZV yang menetap di sistem saraf dengan baik.

Hingga sekarang, masih ada yang memercayai mitos dari penyakit yang juga dikenal sebagai cacar ular atau cacar api ini. Padahal, fakta sesungguhnya akan sangat membantu Anda dan penderita untuk segera sembuh, dengan pengobatan yang tepat dan sesegera mungkin.

Berikut ini adalah mitos dan fakta mengenai herpes zoster yang perlu Anda ketahui, seperti dijelaskan oleh dr. Anthony Handoko, SpKK, FINSDV.

1. Mitos: Hesper zoster lebih rentan terjadi pada wanita

Menurut studi yang ada, disebutkan bahwa herpes zoster lebih rentan dialami wanita. Namun, pada kenyataannya, penyakit ini juga banyak dialami oleh pria. Bahkan, tren saat ini menunjukkan bahwa penderitanya semakin banyak di usia 45 tahun dan lebih muda dari usia tersebut.

2. Mitos: Penderita herpes zoster tidak dibolehkan mandi

Masih banyak orang yang percaya bahwa penderita cacar air ataupun herpes zoster tidak dibolehkan untuk mandi. Padahal, salah satu cara untuk mencegah terjadinya infeksi tambahan adalah dengan menjaga kebersihan kulit, yaitu dengan mandi secara rutin.

Air untuk mandi pun tidak harus menggunakan air panas, guna mencegah terjadinya iritasi dari kondisi kulit yang sudah meradang sebelumnya. Penderita bisa berendam atau mengalirkan air ke seluruh tubuh, bukan mengguyur tubuh dengan keras.

3. Mitos: Bedak tabur menjadi obat yang tepat untuk herpes zoster

Seperti disebutkan bahwa cacar api ini disebabkan oleh paparan VZV. Maka, menggunakan bedak tabur sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit ini bukanlah hal yang tepat. Bedak tabur sendiri memiliki fungsi hanya untuk mengurangi rasa gatal yang timbul. Kandungan campora dalam bedak akan memberikan sensasi dingin. Namun, jangan gunakan bedak tabur saat bintil berisi air pecah, karena dapat menyebabkan tumbuhnya jamur dan infeksi lainnya.

4. Mitos: Binahong adalah obat alami dan ampuh mengatasi herpes zoster

Banyak yang juga percaya bahwa binahong atau daun kelor dapat menyembuhkan penyakit herpes zoster. Sayangnya, obat herbal ini bukanlah antivirus yang dapat mengobati kondisi seperti cacar api atau cacar ular tersebut. Daun kelor hanya akan memberikan efek dingin dan mengeringkan luka, bukan menjadi satu-satunya sarana untuk mengobati penyakit ini.

5. Mitos: Herpes zoster yang melingkari seluruh tubuh akan menyebabkan kematian

Faktanya, infeksi herpes zoster hanya akan terjadi pada satu bagian tubuh saja. Sangat jarang kasus yang menunjukkan bahwa infeksi akan bersatu pada garis yang sama, seperti membentuk lingkaran. Jika kondisi tersebut terjadi, dr. Anthony menyebutkan bahwa tidak terjadi risiko yang serius. Hal ini justru menjadi tanda bahwa penderitanya harus diobati segera untuk mencegah terjadinya Neuralgia Pasca Herpes (NPH).

6. Mitos: Herpes zoster hanya akan terjadi sekali seumur hidup

Penyakit cacar air dapat terjadi lebih dari satu kali jika VZV kembali aktif dan menjadi herpes zoster. Begitu pula dengan infeksi herpes zoster yang bisa muncul jika imunitas sedang lemah dan virus tersebut aktif kembali. Apabila tidak diobati dengan tepat secara medis, maka risiko terjadinya Neuralgia Pasca Herpes (NPH) semakin tinggi.

Kondisi ini akan sangat mengganggu kualitas hidup, karena syaraf yang rusak akibat cacar api tidak segera diobati. Rasa sakitnya sampai tidak tertahankan, sedangkan pengobatan dapat memakan waktu lebih dari 3 bulan. Karenanya, pemberian vaksin untuk mencegah pertumbuhan VZV juga diperlukan. Vaksin ini bisa diberikan pada lansia atau orang dewasa di atas 50 tahun. (Vonia Lucky/SW/Dok. Mcgill.ca)