Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Moms, coba akui, pasti masing-masing dari Anda pernah berbohong, termasuk berbohong pada anak-anak Anda? Sebagai orang tua, terkadang kita terpaksa berbohong pada anak demi keselamatannya atau hal-hal yang berdampak buruk untuknya. Misalnya saat ia mau main ke taman padahal sedang hujan, atau saat ia memaksa meminta sesuatu yang tidak baik untuknya.
Ya, terkadang, Anda mungkin tidak punya pilihan lain kecuali berbohong kepada Si Kecil. Pilihan ini sengaja diambil agar ia tidak sedih, marah, atau kecewa. Bahkan ada istilah white lies alias bohong putih atau kebohongan yang dimaksudkan untuk tujuan baik.
Rasanya berbohong demi kebaikan ini memang menjadi cara termudah untuk menangani segala permintaan random anak Anda tanpa membuat kekacauan atau keributan. Moms juga bisa jadi ingin melindungi kepolosan Si Kecil yang belum cukup umur untuk mengerti topik pembicaraan tertentu dengan membohonginya.
Tetapi, Moms perlu tahu bahwa bila Anda sering berbohong pada Si Kecil, hal ini mungkin akan memberikan dampak mendalam pada masa kini dan masa depan anak saat ia beranjak dewasa nanti. Apa sih, dampaknya? Yuk, baca penjelasan lengkapnya berikut ini.
Waspadai dampaknya, Moms!
Berbohong pada anak dengan alasan demi kebaikannya tampaknya memang tidak berbahaya dan mungkin terasa tidak ada salahnya dilakukan pada saat Anda terjebak dalam situasi yang sulit. Namun, berdasarkan sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti di Singapura, diungkapkan bahwa sedikit saja Anda tidak jujur terhadap Si Kecil, maka hal tersebut dapat berdampak buruk bagi anak Anda.
Penjelasan yang Anda berikan saat berbohong pada anak mungkin bisa meyakinkan Si Kecil untuk sementara waktu, tetapi mungkin juga berdampak negatif pada anak Anda dalam jangka panjang, di mana nantinya ia lebih cenderung suka berbohong ketika dewasa dan mungkin mengalami kesulitan menghadapi tantangan psikologis dan sosial.
Seperti dilansir laman Times of India, dalam penelitian yang dilakukan pada 379 orang dewasa muda di Singapura, diketahui bahwa partisipan yang dibohongi saat masih anak-anak lebih cenderung menyembunyikan sesuatu dari orang tua mereka saat dewasa. Selain itu, mereka bahkan tumbuh menjadi anak yang lebih egois dan mengalami lebih banyak rasa bersalah dan malu.
Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa orang tua yang berbohong kepada anak mereka bisa memberikan risiko lebih besar untuk mengembangkan beberapa masalah perilaku seperti agresi, pelanggaran aturan, dan perilaku mengganggu pada anak.
Daripada berbohong, lakukan hal ini, Moms!
Dalam situasi apa pun, mengucapkan kebohongan dapat membuat Si Kecil terganggu secara emosional. Alih-alih berbohong kepada anak Anda, ketika Moms terjebak dalam situasi yang sulit, cobalah untuk menjelaskan situasinya dengan memberi Si Kecil alasan yang benar. Ketika Anda mencoba menenangkannya dengan memberikan alasan yang benar tersebut daripada berbohong, ini akan membuatnya lebih reseptif atau dapat menerima hal tersebut.
Meski saat Anda berkata jujur, anak mungkin tidak akan selalu senang dengan perkataan Anda dan menjadi sedih, bahkan bisa jadi melakukan protes, tetapi cara ini justru akan mengajari Si Kecil tentang kejujuran dan ia akan mempraktikkannya bahkan ketika ia dewasa kelak.
Jika Anda berbohong, mungkin saja akan muncul kebohongan lain di kemudian hari. Karena itu, Moms lebih baik untuk mulai mengajarkan kejujuran sejak dini. Meski sulit, ini juga bisa membuat Si Kecil lebih kuat dalam menghadapi suatu situasi yang tidak menyenangkan.
Moms bisa sampaikan kebenaran kepada anak namun tidak secara gamblang. Anda sebagai orang tua harus pandai memanfaatkan waktu yang tepat dalam menyampaikannya. Gunakan kalimat dan kosakata sehalus mungkin sehingga anak bisa menerimanya dengan baik. (Vonda Nabilla/SW/Dok. Freepik)