Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Makan untuk dua orang. Ya, anggapan semacam inilah yang beredar di kalangan ibu hamil. Tidak sedikit Moms yang menambah porsi makan kala mengandung dengan anggapan bahwa mereka makan untuk dua orang, yaitu sang janin dan dirinya sendiri. Terkadang mereka lupa bahwa yang terpenting adalah kualitas atau kandungan nutrisi dalam makanan atau minuman, bukannya kuantitasnya.
Terlalu banyak makan selama hamil bisa menyebabkan janin berukuran terlalu besar. Harus diingat, ukuran janin yang terlalu besar juga bisa memicu terjadinya masalah. Bayi dapat dikategorikan besar atau memiliki berat badan berlebih apabila terlahir dengan bobot mencapai lebih dari 4.000 gram. Bayi yang memiliki ukuran ini biasanya disebut dengan makrosomia.
Penyebab terjadinya bayi terlahir dengan ukuran lebih besar dari ukuran normal, antara lain:
⢠Ibu menderita diabetes gestasional.
⢠Ibu mengalami obesitas.
⢠Ibu kelebihan berat badan saat hamil.
⢠Bayi terlahir pada waktu kelahiran yang sudah sangat lewat.
Kesulitan dalam Proses Persalinan
Tantangan pertama yang harus Moms hadapi saat janin kelebihan berat badan adalah saat proses kelahirannya. Melahirkan bayi dengan berat badan normal saja tidak mudah, apalagi saat bayi memiliki berat badan berlebih.
Dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat melahirkan bayi berukuran besar. Selain itu, Anda juga menghadapi risiko terjadinya perdarahan lebih banyak dan luka perineum lebih parah selama proses persalinan. Apabila Moms memiliki bayi dengan berat badan lebih dari 4.500 gram, bayi Anda akan mengalami distosia bahu selama proses kelahiran dengan kemungkinan sebesar 1/13.
Distosia bahu merupakan kondisi di mana bahu terjebak di dalam setelah dokter berhasil menarik kepala janin. Kemungkinan hal ini terjadi akan lebih besar pada bayi dengan berat badan yang lebih besar. Situasi semacam ini memang jarang terjadi, tapi sangat serius karena dapat menyebabkan cedera parah bahkan kematian. Oleh sebab itu, diperlukan teknik khusus bagi dokter dan tenaga medis untuk mengeluarkan bayi berukuran besar dari perut Moms.
Salah satu tindakan yang kemungkinan besar diambil untuk mengeluarkan bayi berukuran besar adalah dengan cara operasi caesar. Selain itu, dokter mungkin juga perlu menginduksi persalinan lebih awal setelah usia kandungan mencapai 38 minggu.
Risiko Kesehatan Bayi Besar
Kesulitan saat persalinan membawa risiko kesehatan pada bayi. Bahu bayi yang terjebak di bawah tulang panggul ibu selama persalinan dapat menyebabkan kerusakan saraf pada bahu, lengan, dan leher bayi. Kerusakan saraf terjadi pada 2-16 persen bayi yang memiliki distosia bahu. Kondisi ini lebih mungkin terjadi jika bayi Anda berukuran sangat besar.
Di sisi lain, masalah serupa juga bisa disebabkan oleh tekanan dari kontraksi yang sangat kuat. Jika bayi Anda memiliki beberapa kerusakan saraf atau tulang leher bayi rusak karena proses persalinan, ia masih dapat pulih sepenuhnya.
Selain kerusakan saraf, kesulitan saat melahirkan bayi yang berukuran lebih dari normal juga dapat mengakibatkan bayi memerlukan bantuan pernapasan setelah persalinan dan memiliki kelainan otot-otot jantung yang lebih tebal.
Komplikasi lain yang mungkin terjadi jika bayi Anda terlalu besar, adalah sebagai berikut:
1. Kadar Gula Darah Lebih Rendah
Bayi yang didiagnosis dengan makrosomia berisiko mempunyai kadar gula darah lebih rendah daripada batas normal. Bayi besar biasanya dilahirkan dari seorang ibu yang menderita diabetes saat hamil (diabetes gestasional). Ibu dengan diabetes gestasional yang mengalami peningkatan kadar gula darah lebih mungkin untuk mempunyai bayi berukuran besar karena zat gizi utama yang mengontrol pertumbuhan bayi adalah gula.
Kelebihan gula darah dan produksi insulin dapat menyebabkan kelebihan pertumbuhan dan penyimpanan lemak sehingga membuat bayi menjadi besar. Di dalam rahim, bayi-bayi ini terbiasa dengan kadar gula darah yang tinggi. Tapi ketika mereka lahir, sumber makanan bayi ini terputus. Alhasil, bayi besar cenderung memiliki gula darah rendah dan perlu dimonitor setelah lahir.
2. Bayi Obesitas
Penelitian menunjukkan bahwa risiko obesitas meningkat karena berat badan bayi lahir juga meningkat. Bayi besar atau obesitas biasanya berasal dari ibu yang juga mengalami obesitas. Ibu obesitas memiliki risiko 2 atau 3 kali lebih tinggi mengalami diabetes gestasional ketimbang ibu yang tidak mengalami obesitas.
Oleh sebab itu, Moms yang mengalami obesitas sebaiknya menghindari kenaikan berat badan yang berlebihan selama kehamilan sebagai upaya untuk menurunkan risiko diabetes gestasional dan melahirkan bayi dengan ukuran terlalu besar.
3. Sindrom Metabolik
Jika bayi Anda didiagnosis mengalami makrosomia, ia berisiko mengembangkan sindrom metabolik selama masa kanak-kanak. Sindrom metabolik merupakan sekelompok kondisi yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah, tingginya kadar gula darah, kelebihan lemak tubuh di sekitar pinggang, atau kadar kolesterol tidak normal. Sindrom metabolik dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes.
Moms, kini Anda sudah tahu bahwa memiliki bayi terlalu besar sejak masih berada dalam kandungan juga bisa menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Oleh sebab itu, pastikan Anda tidak mengonsumsi makanan dan minuman secara berlebihan, khususnya yang mengandung kadar gula tinggi. Pantau kenaikan berat badan sehingga tidak berlebihan. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)