Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Depresi umumnya menimpa orang dewasa yang mengalami tekanan ataupun beban pikiran yang berlebih. Namun Anda mungkin tidak menduga jika depresi pun bisa saja terjadi pada anak. Ya, Moms, depresi dapat menyerang siapa saja, tidak terkecuali anak-anak usia preschool.
Yang namanya anak-anak, mereka memang terkadang memiliki mood yang bisa berubah sewaktu-waktu. Moms mungkin pernah memperhatikan jika Si Kecil tampak sedih ataupun merenung, tetapi tak lama kemudian ia ternyata sudah bisa tertawa dan bermain dengan gembira.
Namun, jika anak Anda ternyata terlihat seperti terus-menerus bersedih dan hal tersebut berdampak pada aktivitasnya, maka bisa jadi ia sedang mengalami depresi, Moms. Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh tim ilmuwan dari Washington University di St. Louis, AS, anak-anak preschool yang mengalami depresi 2,5 kali lebih besar kemungkinannya mengalami masalah itu lagi saat mereka menginjak sekolah dasar dan sekolah menengah.
"Depresi merupakan masalah kronis dan bisa berulang kali kambuh. Namun, kabar baiknya adalah jika kita lebih cepat mengidentifikasi depresi pada anak, peluang untuk mendapatkan perawatan secara efektif akan lebih besar," ujar Dr. Joan Luby, ketua tim studi yang juga pemimpin Early Emotional Development Program di Washington University, AS.
Studi ini meneliti 246 anak-anak preschool usia 3-5 tahun. Para peneliti mengevaluasi depresi dan kondisi kejiwaan anak-anak dari waktu ke waktu. Hasilnya, 74 anak didiagnosis mengalami depresi dan 6 tahun kemudian separuhnya kembali mengalami hal serupa. Sementara itu, studi juga menunjukkan anak-anak yang berpotensi mengalami depresi di usia dini adalah anak-anak dari ibu yang pernah menderita depresi pula.
Gejala Depresi pada Anak
Lantas, apa saja gejalanya jika balita mengalami depresi? Beberapa gejala pada anak yang mengalami depresi antara lain adalah Si Kecil terlihat murung, nafsu makannya berkurang, dan ia juga menjadi lebih diam daripada biasanya. Selain itu ada sejumlah tanda yang memperlihatkan anak mengalami depresi, antara lain:
⢠Mengalami kesulitan berkonsentrasi sehingga berdampak pada prestasi akademiknya yang menurun.
⢠Kehilangan minat dan ketertarikan pada aktivitas yang biasanya ia sukai.
⢠Mengalami gangguan tidur seperti kurang tidur atau justru tidur terlalu banyak. Hal ini pun bisa terjadi setiap hari.
⢠Terlihat lesu dan kurang bersemangat.
⢠Mudah tersinggung dan cenderung gampang menangis atau bahkan mengamuk.
⢠Sering mengeluh sakit perut atau sakit kepala.
⢠Enggan berinteraksi dengan orang lain dan bahkan menarik diri dari lingkungan sosial.
⢠Membuat komentar yang kritis dan sinis terhadap dirinya sendiri karena merasa pesimis, putus asa, dan bahkan merasa dirinya tidak berguna.
⢠Merasa ingin mengakhiri hidup dan punya keinginan untuk bunuh diri.
Depresi pada anak mirip dengan depresi pada orang dewasa, hanya anak mungkin lebih sulit untuk mengungkapkan perasaannya. Karena itu, penting bagi orang tua untuk mendeteksi depresi pada balita sedini mungkin. Para ahli percaya risiko anak mengalami depresi di masa depan dapat ditanggulangi jika mendapatkan dukungan penuh dari orang tua serta penanganan yang tepat.
Yang penting untuk diperhatikan, jangan pernah menganggap enteng depresi pada anak dan berpikir bahwa masalah Si Kecil akan bisa sembuh dan lenyap dengan sendirinya. Langkah yang terbaik jika Anda melihat anak menunjukkan tanda-tanda menderita depresi, segera bawa Si Kecil ke ahli psikiatri anak untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Jika ditunda, depresi bisa mengganggu kehidupan Si Kecil dan berisiko menjadi masalah besar dalam jangka panjang. (M&B/SW/Dok. Freepik)