Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Moms, tentu Anda tahu dong, bahwa hutan di Indonesia sangatlah luas. Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2019, luas lahan berhutan seluruh daratan Indonesia adalah 94,1 juta hektare, atau 2,5 kali lipat luas negara Jepang atau 3 kali lipat luas negara Filipina. Luas hutan hujan Indonesia juga menjadi yang ketiga terbesar di dunia setelah Brazil dan Kongo. Tak hanya hutan tropis, hutan Indonesia sangat bervariasi, mulai dari hutan primer sampai hutan mangrove, dengan aneka flora dan fauna yang tersebar di dalamnya.
Namun sedihnya nih Moms, banyak terjadi kasus yang "melukai" hutan-hutan di Indonesia seperti kebakaran hutan, penebangan liar besar-besaran yang akhirnya berujung pada pemanasan global, atau banjir, yang mungkin pernah atau sedang Moms alami di daerah Anda tinggal.
Nah, sekarang adalah saat yang tepat untuk lebih memahami lagi bahwa hutan juga berfungsi sebagai resapan air, Moms. Tak hanya itu, hutan yang lebat mampu meredam peningkatan emisi karbon. Memangnya berbahaya kalau emisi karbon meningkat? Jelas, Moms. Bumi yang kian hari kian panas serta perubahan iklim yang terjadi sekarang ini disebabkan oleh meningkatnya emisi karbon. Jika terus dibiarkan, tentunya tak hanya berdampak buruk bagi lingkungan hidup, tapi juga bagi manusia.
Ekosistem adalah Tubuh
Rinawati Eko, Ketua Umum Hutan Itu Indonesia (HII), mengungkapkan, "Hutan dan kita merupakan satu ekosistem besar." Ia pun mengibaratkan ekosistem itu dengan tubuh. Seandainya jari kaki kita terjepit daun pintu, rasa sakitnya bisa sampai kepala. Bagian tubuh yang lain juga seperti ikut merasakan sakitnya. "Sehingga, apa pun yang menyakiti hutan, imbasnya akan kembali kepada kita. Besaran imbasnya mungkin berbeda-beda, begitu juga dengan waktunya," lanjut Rina.
Hal ini juga dibenarkan oleh presenter Rian Ibram, "Sayang banget, kalau kita tidak menjaga hutan. Selama ini hidup kita diberi kelimpahan oleh alam. Sudah sewajarnya kita menjaga alam. Karena, menjaga alam berarti juga menjaga manusia, menjaga diri kita sendiri. Kalau banyak orang melakukan hal yang simpel secara bersama-sama, efeknya pasti akan besar," kata Rian.
Menurut penggemar olahraga mendaki gunung ini, cinta tidak hanya kepada sesama manusia, tetapi juga kepada alam, dan tentu hutan termasuk di dalamnya. Baginya, hutan lebih dari sekadar belantara pepohonan, bahkan ia juga memiliki kenangan masa kecil yang manis dengan hutan. "Dahulu di tanah Sumatra, ompung aku punya lahan di tengah hutan. Kalau mau menuju lahan itu, kami harus berjalan kaki sekitar 3 jam dari kampung ompung aku. Pulang-pergi jadi 6 jam. Aku sudah nggak aneh lagi dengan hutan, karena ketika kecil sudah keluar-masuk hutan belantara," kata Rian, yang kerap merasa sedih, ketika melihat begitu banyaknya sampah di hutan dan gunung.
Aksi Mencintai Hutan di Masa Pandemi
Pengalaman masa kecil Rian inilah yang kemudian membentuknya menjadi pribadi yang sangat sayang terhadap lingkungan hidup, termasuk kelestarian hutan. Sayangnya, ia kini tak punya banyak kesempatan untuk menjelajah hutan karena aktivitasnya di dunia hiburan yang padat.
Hal ini mungkin juga dirasakan Moms, ya. Karena pandemi ini, terpaksa Moms dan keluarga mendekam lama di rumah. Hutan pun nyaris terlupakan dan nasibnya terancam. Padahal, ada lho Moms, yang bisa kita lakukan untuk menjaga kelestarian hutan tanpa harus mengunjungi hutan. Seperti apa, ya? Ini tips dari Rian Ibram dan Rina, Moms.
1. Berkunjung Virtual ke Hutan
Siapa sih, yang tak suka jalan-jalan, apalagi ke tempat-tempat cantik yang instagrammable? Nah, hutan bisa menjadi tempat jalan-jalan Anda dan keluarga yang tak biasa. Merasakan keajaiban hutan seperti wangi pohon, gemercik air, gemerlap kunang-kunang, wah, dijamin Moms semakin ingin menjaga hutan!
Nah, karena di masa pandemi ini kita sebaiknya tidak bepergian dahulu, jalan-jalan ke hutan secara virtual bisa menjadi pilihan. Tetap seru, kok! Rina merekomendasikan untuk menonton secara online video tentang Hutan Nagari Sungai Buluh di Sumatra Barat yang sudah seperti halaman belakang bagi warga desa, di mana mereka bisa mengambil hasil hutan seperlunya untuk keperluan sehari-hari, seolah-olah belanja di hutan.
2. Belanja Cerdas Ramah Lingkungan
Tahukah Moms bahan atau pewarna dari pakaian yang Anda dan keluarga kenakan ada yang ramah lingkungan dan ada yang tidak? Nah, menggunakan pakaian berbahan linen seperti yang dilakukan Rian, adalah salah satu pilihan yang cerdas Moms. Tak hanya ramah lingkungan, pakaian dari linen bisa dipakai jauh lebih lama daripada bahan lain.
Selain itu, untuk lebih memudahkan Moms mencari barang-barang ramah lingkungan, saat ini sudah banyak lho, brand lokal ternama maupun brand dunia yang sudah menyematkan label ramah lingkungan pada produknya. Setelah membeli dan menggunakannya, jangan lupa untuk bercerita ya Moms, karena sosialisasi tentang bahan pakaian dan pewarna alami masih sangat minim.
3. Ikut Kelas Online
Nah, setelah makin mengenal hutan kita, tentunya Moms mulai tertarik akan isu hutan, dong. Berarti, saatnya bergabung dengan Kelas Suka Hutan yang digelar oleh HII (hutanitu.id)! Lewat kelas ini, dijamin Moms makin sayang pada hutan dan makin mampu menunjukkan rasa sayang itu dengan aksi nyata. Bulan Maret mendatang, ada 4 kelas yang digelar setiap weekend untuk regional Jabodetabek, Medan, Surabaya, dan Nasional. Ingin tahu lebih banyak soal kelas ini, Moms? Anda bisa mengunjungi https://indorelawan.org/p/sahabathutan.
4. Adopsi Pohon dan Hutan
Duh, perlu donasi besar, ya? Tidak juga kok, Moms. Ada begitu banyak taman nasional dan lembaga di Indonesia yang menggelar program adopsi pohon yang ramah "dompet". Donasi ini akan digunakan oleh penyelenggara untuk memelihara pohon yang Anda adopsi, sekaligus melestarikan hutan.
Dalam skala lebih besar, Moms juga bisa mengadopsi hutan. "Dengan adopsi hutan berarti kita menjaga hutan secara keseluruhan. Yang dijaga bukan hanya satu-dua atau seratus pohon, melainkan menjaga satu ekosistem hutan, termasuk satwa yang hidup di hutan, ranger-nya, juga masyarakat di sekitar hutan," kata Rian.
Oh ya Moms, dengan mengadopsi pohon maupun hutan, Anda juga akan mendapatkan sertifikat, yang tak hanya disimpan untuk diri sendiri, namun juga bisa diberikan kepada orang lain sebagai kado yang unik. Seru, ya! (Nanda Djohan/SW/Dok. HII)