Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Kehadiran smartphone serta jenis gadget lainnya memang memudahkan banyak hal. Apalagi di masa pandemi ini, perangkat tersebut sangat membantu dalam bekerja, mencari informasi, bahkan mendukung proses belajar anak-anak.
Jika dipakai secara tepat, keberadaan gadget tentu sangat baik. Namun, jika sudah sampai pada tahap kecanduan, hati-hati karena bahkan Si Kecil pun bisa mengalami nomophobia atau no mobile phone phobia. Ini merupakan kondisi timbulnya rasa gelisah hingga takut kehilangan akses menggunakan perangkat seluler.
Banyak Dialami Anak Hingga Remaja
Disadari atau tidak, semakin banyak anak milenial yang mengalami nomophobia. Tak hanya anak remaja, bahkan balita pun sudah mampu menggunakan gadget dengan lihai dibandingkan orang tuanya. Kondisi ini pun semakin banyak dialami oleh anak-anak di Asia, termasuk di Indonesia.
Kecemasan akibat nomophobia bisa dipicu oleh beberapa hal, misalnya kehabisan baterai atau pulsa, tidak adanya jangkauan jaringan, hingga kehilangan ponsel dari genggaman tangan. Karenanya, anak-anak justru akan membawa gadget mereka, bahkan saat mandi atau sekadar buang air.
Sebuah penelitian terbaru yang juga disebutkan oleh Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menyebutkan bahwa 30 persen anak di bawah usia enam bulan sudah mengalami paparan gadget secara rutin dengan rata-rata 60 menit per hari. Semakin bertambah usianya, durasi penggunaan ponsel pun menjadi lebih panjang.
Risiko Nomophobia
Jika tidak segera diatasi, nomophobia tentu bisa mengganggu tumbuh kembang Si Kecil. Hal yang paling mudah terpengaruh kesehatannya adalah mata. Terlalu sering menatap layar gadget bisa menimbulkan mata lelah yang terasa perih dan kualitas penglihatan terasa berkurang atau memudar.
Kondisi mata yang terlalu tegang juga bisa terjadi, di mana anak akan merasa gatal dan panas pada indra penglihatannya. Kemudian, nyeri pada tulang leher pun dapat dialami Si Kecil, karena ia hanya diam sambil asyik bermain gadget. Hal tersebut membuat anak jadi kurang bergerak.
Paparan cahaya dari layar ponsel pun bisa membuat Si Kecil mengalami insomnia, sehingga ini justru akan berpengaruh pada kualitas tidurnya yang menjadi menurun. Selain itu, gadget juga berdampak pada konsentrasinya. Anak mungkin berkonsentrasi saat menggunakan ponsel, tapi ia semakin mudah terdistraksi ketika melakukan hal lain tanpa layar di depannya.
"Kecanduan gadget bisa berakibat fatal. Jika anak dibiarkan bergantung pada gadget hingga remaja, salah satu efek paling berbahaya adalah keinginan untuk bunuh diri ketika orang tua memaksa mengambil gadget mereka. Sudah banyak penelitian yang menyebutkan bahwa screen time addiction sama saja dengan cocaine addiction (ketergantungan terhadap kokain)," jelas dr. Dimple Gobind Nagrani, Sp.A.
Nomophobia juga bisa berpengaruh pada proses makan Si Kecil, karena ia justru tidak memiliki kesempatan untuk berkenalan dengan proses makan dan makanannya. Pasalnya, Si Kecil harus sadar bahwa ia menyentuh, mencium, memakan, serta merasakan makanan tersebut, dan ini semua tidak bisa didapat ketika ia kecanduan gadget.
Solusi Terbaik
Untuk mencegah kondisi psikologi nomophobia, Moms dapat mulai mengatur screen time anak saat menggunakan ponsel, misalnya setelah belajar daring, Si Kecil baru boleh memainkan gadget beberapa jam setelah belajar, dengan batas waktu 30 menit saja.
Selain pembatasan pada anak, Moms dan Dads juga harus memberikan contoh dengan tidak terlalu sering menggunakan gadget. Manfaatkan waktu luang Anda untuk berinteraksi dengan Si Kecil semaksimal mungkin, guna membantu tumbuh kembangnya optimal tanpa interupsi dari perangkat teknologi tersebut. (Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)