FAMILY & LIFESTYLE

Hindari! Ini Kata-kata yang Dapat Merusak Kesehatan Mental Ibu


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Dalam berbicara dengan ibu lainnya, menyaring kalimat yang tak perlu sepertinya harus selalu dilakukan nih, Moms. Niat hati hanya ngobrol, hanya sharing, hanya komentar, tetapi jika pemilihan kata-katanya tidak tepat, maka kalimat yang Anda lontarkan bisa merusak kesehatan mental ibu lain, lho!

Hal ini disampaikan oleh Farraas Muhdiar, M.Sc, M.Psi., Psikolog, seorang psikolog dari Tiga Generasi, dalam akun Instagram @tigagenerasi. Menurutnya, komentar-komentar yang dilontarkan dengan alasan "peduli" ternyata bisa jadi menyakitkan untuk orang lain. Padahal, kesehatan mental ibu adalah kunci dari kesehatan mental keluarga. Apa saja contoh kata-kata yang dapat merusak mental seorang ibu? Simak di bawah ini ya, Moms.

"Makanya jangan kerja, kasihan tuh, anaknya."

Tanpa mengetahui perjuangan sang ibu yang bekerja tak kenal lelah, ada saja ibu lain yang menghakimi kariernya sebagai bentuk lalai dalam mengurus anak. Padahal jika ibu tersebut tidak bekerja, mungkin nasib anaknya akan lebih kasihan lagi. Terkadang ibu yang memberi komentar seperti itu tidak bertujuan menyakiti hati wanita karier, tetapi pemilihan kalimat seperti ini harusnya bisa dihindari, karena sangat merusak mental ibu bekerja.

"Ibu lain bisa, kok kamu enggak?"

Mungkin maksudnya ingin menyemangati, tetapi pesan yang diterima lebih seperti mengecilkan kemampuan. Rasanya seperti dibanding-bandingkan dengan kehebatan ibu lain. Padahal, apa yang baik untuk ibu lain, belum tentu baik untuk diterapkan ke diri dan anak sendiri, kan?

"Pantas anaknya begitu, ibunya begini, sih."

Kalimat seperti ini bertujuan untuk memojokkan cara seorang ibu merawat anaknya. Setiap anak unik, setiap anak punya caranya sendiri untuk berkembang. Jika anak tersebut dinilai "berbeda" dengan anak umumnya, hujatan netizen memang mudah sekali terlontar. Ini lebih mudah terlontar di media sosial, ketika seorang ibu posting aktivitas anaknya, yang dianggap kurang tepat oleh ibu lain.

"Anak kaya gitu, kok didiemin aja?"

Sekali lagi, tumbuh kembang setiap anak tentu tidak sama. Setiap orang tua juga punya cara dan gayanya sendiri untuk merawat anak. Terkadang rasa keingintahuan anak yang besar membuat ibu lain heboh, dan mudah sekali untuk langsung memberi label anak nakal. Padahal, Si Kecil hanya ingin mencoba banyak hal. Kalau ibu-ibu sudah lihat anak dengan label nakal, sering banget dengan ringannya menyebutkan kalimat, "Kok, ibunya diam saja lihat anaknya bandel begitu?" Padahal ini sungguh kalimat yang tidak perlu ya, Moms.

"Lebay, deh! Ibu lain enggak gitu-gitu amat."

Ketika seorang ibu sedang berbagi kekhawatiran tentang tumbuh kembang anaknya, dengan mudahnya ibu lain menyebutnya lebay (berlebihan). Pertanyaannya: Apakah berlebihan jika seorang ibu khawatir dengan tumbuh kembang anaknya? Seharusnya ibu lain justru memberi solusi, berbagai pengalaman yang menenangkan, berbagi pengetahuan, atau bahkan berbagi rekomendasi tenaga kesehatan yang bisa membantunya. Bukan menyudutkan dan memberi label "Lebay deh, Bu!"

"Bersyukur aja harusnya, masih dikasih anak."

Kalimat seperti ini juga sering banget terucap ketika ada seorang ibu yang sedang menceritakan keunikan anaknya. Ibu tersebut mungkin hanya cerita betapa aktif Si Kecil di rumah, sampai rumah berantakan. Ibu tersebut mungkin hanya menceritakan pengalaman tantrum di tempat umum. Tetapi bukannya mendapat solusi, yang ia dapat hanya kalimat tajam seperti "Bersyukur saja masih dikasih anak." Duh, kalimat ini enggak nyambung deh dengan topik yang dibicarakan. Kalau tidak bisa memberi solusi, tidak perlu mengucapkan kalimat yang tidak perlu.

"Kok, tega kaya gitu ke anak?"

Beberapa ibu sangat sensitif dengan cara ibu lain mendidik anaknya. Ada ibu yang menerapkan reward and punishment, tetapi ada ibu lain yang menganggapnya berlebihan. Setiap orang tua tentu punya caranya masing-masing dalam mendisiplinkan anak, dan itu pasti yang terbaik dan paling sesuai dengan karakter anak mereka. Maka jika cara itu tidak cocok dengan Anda, sepertinya tidak perlu menghakimi dengan kalimat, "Kok, tega kaya gitu ke anak," ya, Moms. (Tiffany/SW/Dok. Freepik)