FAMILY & LIFESTYLE

Mengenal Imunoterapi sebagai Pengobatan Kanker Paru


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Dari sekian banyak jenis kanker yang ada, kanker paru merupakan jenis yang paling berbahaya. Menurut data GLOBOCAN 2018, kanker paru di Indonesia menempati peringkat pertama sebagai kanker paling mematikan yang merenggut 26.095 jiwa dari 30.023 kasus yang terdiagnosis di 2018.

Artinya, tidak kurang dari 71 orang meninggal setiap hari karena kanker paru. Bahkan, selama lima tahun terakhir, kasus kanker paru di Indonesia meningkat sebesar 10,85 persen sehingga menempatkan Indonesia pada zona serius.

Untuk membantu melawan kanker paru, para penderitanya kini memiliki pilihan terbaru untuk mencoba imunoterapi. Apa itu imunoterapi? Di pengujung Bulan Kesadaran Kanker Paru ini, mari ketahui lebih lanjut mengenai imunoterapi, langsung dari pakarnya.

Lawan Kanker Paru dengan Imunoterapi


Menurut Dr. Sita Laksmi Andarini, PhD, SpP(K), Dokter Spesialis Paru Konsultan Onkologi, saat ini pengobatan kanker paru di Indonesia telah tersedia dalam beberapa pilihan pengobatan seperti operasi, kemoterapi, terapi radiasi, dan terapi target. Namun kini ada pilihan pengobatan terbaru untuk melawan kanker paru, yaitu imunoterapi. Menurut Dr. Sita, ini adalah metode pengobatan kanker yang mengoptimalkan kemampuan imun tubuh untuk digunakan sebagai senjata dalam melawan sel kanker.

"Indonesia telah mengenal imunoterapi untuk kanker paru sejak 2016, yang cara kerjanya menstimulasi sistem imun tubuh untuk memberikan respons imunitas antitumor, sehingga meningkatkan harapan hidup pasien-pasien kanker paru stadium lanjut menjadi lebih panjang dan meningkatkan kualitas hidup pasien," jelas Dr. Sita, dalam webinar #LungTalk bersama Indonesia Peduli Kanker Paru (IPKP), Cancer Information and Support Center (CISC), dan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI).

Cara Kerja Imunoterapi

Dr. Sita menjelaskan kalau cara kerja imunoterapi jauh berbeda dengan kemoterapi. Menurutnya, kemoterapi berfungsi untuk membunuh sel kanker, sedangkan imunoterapi meningkatkan respons imunitas antitumor.

"Sistem kerja dari pengobatan imunoterapi ini adalah langsung menyasar atau menghambat pertemuan sel imun, yang kerap dimanfaatkan oleh sel kanker untuk menghindari serangan dari sistem imun atau daya tahan tubuh. Dengan begitu, sistem kekebalan pada penderita kanker akan jauh lebih aktif untuk melawan sel kanker tersebut," jelas Dr. Sita.

Berapa lama pasien harus menjalani imunoterapi? Menurut Dr. Sita, metode perlu terus dilakukan hingga pasien mengalami perkembangan penyembuhan. Selain itu, pasien akan diperiksa dan dilihat juga apakah ada efek samping yang bisa ditoleransi atau tidak. Sebuah riset yang diterbitkan University of Wollongong, Australia, pada 2019, menyatakan bahwa tingkat kelangsungan hidup keseluruhan rata-rata dari terapi imuno onkologi mencapai 30 bulan.

Jenis-jenis Imunoterapi

Ada beberapa jenis imunoterapi yang dapat membantu meningkatkan kualitas hidup pasien kanker paru. Jenis imunoterapi ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan pasien kanker ya, Moms. Menurut dr. Sita, jenis-jenis imunoterapi tersebut adalah:

1. Checkpoint Inhibitor

Ini adalah jenis imunoterapi untuk menghambat "checkpoint" sistem imun di tubuh penderita kanker paru. Pemberian obat checkpoint inhibitor ini membantu sistem imun tubuh dalam merespons sel kanker dan melemahkan sel kanker dalam menghindari serangan sistem kekebalan tubuh.

2. Vaksin

Ini adalah pemberian vaksin terapeutik untuk membunuh sel kanker. Vaksin ini juga membantu sistem imun tubuh agar lebih gencar melawan sel kanker.

3. Terapi Sel T Adoptive

Jenis imunoterapi ini mengubah salah satu jenis sel darah putih pada penderita kanker untuk dapat kembali menyerang sel kanker.

Jenis imunoterapi mana yang terbaik? Tentunya dokter akan memilihkan jenis yang paling tepat untuk pasiennya, karena kondisi setiap pasien berbeda. Dr. Sita mengingatkan kalau imunoterapi akan lebih baik jika pasien terus semangat, optimistis, dan ceria. (Tiffany/SW/Dok. Freepik)