Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Moms, pasti sudah tak asing dengan bahaya anemia atau kekurangan darah. Masalah kesehatan yang satu ini memang umumnya terjadi pada orang dewasa ya, Moms. Namun ternyata, ada jenis anemia yang rentan terjadi pada bayi baru lahir, yaitu anemia hemolitik. Penyakit apa sih, ini? Apa bahayanya bagi bayi baru lahir? Untuk meningkatkan kewaspadaan para Moms, yuk ketahui penjelasan di bawah ini.
Apa Itu Anemia Hemolitik?
Mengutip Medline.gov, anemia hemolitik adalah kelainan darah pada janin atau bayi baru lahir, di mana sel darah merah mudah rusak atau tidak bertahan lama. Normalnya, sel darah merah bertahan selama 120 hari di dalam tubuh, namun pada bayi dengan anemia hemolitik sel darah merahnya hanya bertahan kurang dari waktu itu.
Dengan kata lain, sistem imun tubuh anak akan menyerang dan menghancurkan sel darah merah lebih cepat dari sumsum tulang menghasilkan sel darah merah. Akibatnya, tubuh anak kekurangan sel darah merah dan terjadilah anemia.
Penyebab Anemia Hemolitik
Selama kehamilan, sel darah merah janin bisa bercampur dengan darah ibu melalui plasenta. Anemia hemolitik terjadi ketika sistem imun tubuh ibu menganggap sel darah merah janin sebagai benda asing. Maka tubuh ibu menciptakan 'pasukan' untuk membasmi sel darah merah janin.
Anemia hemolitik ini umumnya terjadi ketika ibu dan anak memilki golongan darah yang berbeda. Perbedaan golongan darah ini dikategorikan berdasarkan antigen yang ada di permukaan sel darah. Beberapa perbedaan darah ibu dan anak yang bisa menyebabkan anemia, yaitu:
⢠A, B, AB, dan O adalah 4 jenis antigen golongan darah. Ini adalah perbedaan golongan yang paling dasar, namun tidak memberikan dampak negatif yang parah.
⢠Perbedaan rhesus juga bisa menyebabkan anemia hemolitik. Jika rhesus ibu negatif dan janin memiliki rhesus positif, maka antibodinya dan antigen rhesus bisa melewati plasenta. Hal ini bisa menyebabkan anemia berat pada bayi, padahal hal ini bisa diantisipasi.
⢠Masih ada kemungkinan lain yang menyebabkan anemia hemolitik, seperti perbedaan antigen minor yang juga bisa menimbulkan masalah berat.
Gejala
Anemia hemolitik pada bayi baru lahir bisa membasmi sel darah merah dengan sangat cepat, hingga menimbulkan gejala seperti:
⢠Edema atau bengkak di bawah permukaan kulit.
⢠Sakit kuning atau jaundice yang bisa terjadi cepat atau lambat, dan biasanya lebih parah dibanding umumnya.
⢠Pembengkakan hati atau limpa.
⢠Hydrops atau cairan keluar dari sel tubuh, yang bisa menyebabkan gagal jantung.
Walau begitu, Medline.gov menyebutkan ada juga bayi yang tidak menunjukkan gejala walau sudah didiagnosis anemia hemolitik. Namun di lain sisi, banyak bayi yang menunjukkan gejala di atas sebelum didiagnosis anemia hemolitik. Keterlambatan pemeriksaan bisa menyebabkan kematian janin atau bayi meninggal setelah lahir.
Cara Mencegah
Berita baiknya, anemia hemolitik bisa dicegah lho, Moms, terutama jika disebabkan oleh perbedaan rhesus ibu dan anak. Maka sangat penting untuk rutin kontrol kehamilan, agar dokter kandungan bisa mengantisipasi terjadinya penyakit berbahaya seperti anemia hemolitik. Dokter mungkin akan memberikan obat RhoGAM selama kehamilan yang dapat mencegah terjadi anemia hemolitik. (Tiffany/SW/Dok. Freepik)