Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Anda pasti setuju jika dikatakan bahwa bermain merupakan dunia anak-anak. Ya, bermain jadi aktivitas penting sebagai bagian dari tumbuh kembang anak. Dan Mainan yang dimainkan pun memiliki manfaat besar untuk membantu tumbuh kembang Si Kecil. Karena itu, beberapa orang tua tak segan untuk membelikan banyak mainan buat anak mereka, dengan harapan mainan tersebut bisa mendukung keterampilan, kecerdasan, dan kreativitas anak.
Namun, menurut penelitian di University of Toledo, Ohio, AS, jumlah mainan yang banyak tidak berarti akan membantu proses tumbuh kembang anak secara optimal. Para peneliti tersebut malah menemukan fakta bahwa anak akan jadi jauh lebih kreatif saat memiliki lebih sedikit mainan.
Anda juga mungkin tahu jika anak-anak yang tumbuh di pedesaan tidak memiliki banyak mainan. Mereka bahkan seringkali memanfaatkan benda-benda di sekitar untuk sarana bermain, seperti pelepah pisang, ranting pepohonan, hingga dedaunan. Keterbatasan mainan yang mereka punya justru membuat mereka jadi lebih kreatif, kan?
Nah, melansir laman Mother.ly, jumlah mainan yang sedikit ternyata bisa memberi lebih banyak manfaat pada anak. Berikut manfaat yang diperoleh Si Kecil saat ia memiliki lebih sedikit mainan, Moms.
1. Anak belajar jadi lebih kreatif
Terlalu banyak mainan akan menghalangi anak untuk mengembangkan imajinasinya sehingga ia cenderung tidak kreatif. Dua orang petugas kesehatan masyarakat di Jerman pernah melakukan percobaan pada anak-anak di sebuah TK. Mereka menyimpan semua mainan anak-anak TK tersebut selama 3 bulan. Awalnya, anak-anak merasa bosan. Namun kemudian mereka mulai menjadi kreatif. Mereka mulai menggunakan apa yang ada di sekitar mereka untuk menciptakan permainan dan menggunakan imajinasi dalam bermain.
2. Anak jadi tidak cepat bosan
Jumlah mainan yang terbatas justru membuat anak bisa lebih menghargainya. Sebaliknya, anak yang punya banyak mainan akan cepat merasa bosan dengan suatu mainan karena ia punya banyak mainan yang menunggu untuk dimainkan, sehingga rentang perhatiannya juga pendek. Jadi, dengan lebih sedikit mainan, Si Kecil akan lebih lama memainkannya dan akan lebih mengapresiasi mainan tersebut.
3. Anak akan membangun keterampilan sosial yang lebih baik
Terlalu banyak mainan membuat anak lebih fokus pada mainannya sendiri dan jadi kurang peduli pada interaksi dengan orang lain. Sebaliknya, anak dengan lebih sedikit mainan akan belajar bagaimana mengembangkan hubungan interpersonal dengan anak-anak lain dan orang dewasa.
Mereka belajar memberi dan menerima, meminjam mainan, serta memainkan mainan bersama dan bergiliran. Penelitian juga telah menghubungkan bahwa persahabatan masa kanak-kanak akan meningkatkan peluang lebih besar untuk sukses secara akademis dan sosial saat anak dewasa nanti.
4. Anak belajar merawat barang miliknya
Ketika anak punya terlalu banyak mainan, ia jadi kurang peduli pada mainannya dan tidak mau merawatnya, karena ia punya banyak mainan sebagai gantinya jika mainannya rusak. Sebaliknya, jika mainan anak sedikit, Si Kecil akan menghargai mainannya dan berusaha untuk merawatnya agar tidak cepat rusak.
5. Anak mengembangkan kecintaan pada aktivitas membaca, menulis, dan seni
Lebih sedikit mainan memungkinkan anak Anda menyukai aktivitas lain, seperti membaca, menulis, bermain musik, mewarnai, atau melukis. Kecintaan Si Kecil pada seni akan membantunya lebih menghargai keindahan, emosi, dan komunikasi di dunianya.
6. Anak jadi lebih banyak akal
Lebih sedikit mainan membuat anak jadi lebih banyak akal untuk bermain. Jumlah mainan yang terbatas bisa membuat anak berusaha memutar otak untuk memecahkan masalah bagaimana bisa bermain secara optimal dengan mainan yang ada.
7. Anak belajar untuk tidak egois
Anak dengan terlalu banyak mainan percaya ia bisa memiliki apa pun yang ia inginkan dan ia menjadi egois. Sikap ini akan menjadi perilaku yang tidak baik nantinya buat Si Kecil. Sebaliknya, anak dengan mainan sedikit akan belajar untuk rendah hati dan tidak egois, belajar berbagi mainan dengan anak lain. (M&B/SW/Dok. Freepik)