BABY

Fimosis pada Bayi, Ini yang Perlu Diketahui Orang Tua


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Moms, pernah mendengar istilah fimosis? Fimosis adalah kondisi di mana kulup melekat pada kepala penis dan tidak dapat ditarik kembali dari sekitar ujung penis. Kondisi ini umum terjadi pada bayi maupun anak-anak yang belum disunat.

Fimosis merupakan kondisi normal pada bayi dan anak-anak yang disebabkan kulit kepala atau kulup penis belum terlepas secara sempurna dari kepala penis. Kulup akan terlepas dengan sendirinya seiring bertambahnya usia anak.

Meskipun demikian, ada juga sejumlah kasus di mana fimosis pada bayi berlanjut hingga anak besar. Jika kondisi ini menetap hingga anak besar atau bahkan dewasa dan bisa menimbulkan masalah yang mengganggu, seperti susah buang air kecil, maka diperlukan tindakan medis untuk mengatasinya. Karena itu, yuk, kenali lebih lanjut seputar masalah ini!

Penyebab Fimosis

Fimosis pada bayi merupakan kondisi bawaan dari lahir. Umumnya pelekatan ini akan terpisah secara alami, pada usia 5-7 tahun atau saat anak memasuki usia pubertas.

Sebagian kasus tidak memerlukan perawatan khusus. Namun, Anda sebaiknya hindari menarik secara paksa pelekatan antara kulup dan kepala penis, karena hal tersebut justru malah berisiko menimbulkan luka pada kulup bayi.

Penyebab fimosis pada bayi baru lahir adalah tidak berkembangnya ruangan di antara kulup dan penis. Selain itu, fimosis juga dapat disebabkan oleh infeksi pada kulit depan penis dan trauma atau benturan. Fimosis yang dibiarkan akan memicu infeksi di bagian kepala penis, sehingga Si Kecil akan kesakitan saat buang air kecil.

Selain itu, fimosis juga bisa disebabkan oleh masalah medis. Kondisi yang bisa menyebabkan terjadinya kelainan ini adalah diabetes. Penyakit ini membuat penderitanya mudah terkena infeksi, seperti peradangan pada kepala penis atau pada kulup dan kepala penis.

Gejala Fimosis

Umumnya, fimosis tidak menimbulkan rasa nyeri atau gejala apa pun. Namun, penderita terkadang sulit membersihkan kotoran di bawah kulup penis sehingga membuat penis rentan mengalami infeksi.

Gejala yang dapat terlihat adalah ujung penis tampak menyempit, dan kulit tidak dapat ditarik ke arah pangkal penis saat dibersihkan.

Dalam kasus infeksi yang lebih parah, gejala yang muncul dapat berupa kulit penis berwarna merah, bengkak atau nyeri. Fimosis juga akan menimbulkan kesulitan dalam buang air kecil.

Tanda lainnya juga terlihat jika urine keluar tidak lancar, anak menangis setiap buang air kecil, dan ujung penis menggembung. Hal ini dapat membuat nyeri atau penis membengkak, hingga menyebabkan peradangan pada kepala penis.

Mengatasi dan Mencegah Fimosis

Sebagian besar kasus fimosis bukan merupakan masalah yang serius dan tidak membutuhkan pengobatan tertentu. Namun, jika kondisi ini menimbulkan gejala yang mengganggu kegiatan Si Kecil, segera bawa ia ke dokter.

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menilai gejala fimosis yang dialami oleh bayi, untuk memberikan penanganan yang sesuai dengan kondisi yang dialaminya. Kondisi fimosis pada bayi perlu diatasi dengan tepat. Langkah pengobatan yang bisa diberikan adalah:

• Mengoleskan krim pada ujung kulit kulup pada kepala penis selama beberapa waktu untuk membantu mengendurkan kulit.

• Melakukan sunat atau khitan. Ini dianggap sebagai pengobatan terbaik untuk fimosis. Meskipun demikian, Anda perlu konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter terkait tindakan ini.

Adapun untuk tindakan pencegahannya, Moms sebaiknya selalu membersihkan area vital Si Kecil secara teratur. Basuh perlahan penis bayi dengan air hangat setiap hari, pada waktu mandi. Hindari penggunaan bedak serta sabun yang mengandung bahan wangi yang bisa menyebabkan iritasi. (M&B/SW/Dok. Freepik)