BUMP TO BIRTH

Waspada Pengapuran Plasenta, Ini Bahayanya bagi Ibu Hamil


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Masa kehamilan tentu merupakan salah satu momen terpenting bagi seorang ibu. Agar kondisi kehamilan dan janin yang Anda kandung dapat berkembang secara optimal, kesehatan Anda perlu selalu dijaga dan diperhatikan dengan baik.

Salah satu hal yang perlu diwaspadai adalah pengapuran plasenta. Walaupun disebutkan sebagai salah satu hal yang termasuk normal terjadi pada ibu hamil, pengapuran plasenta dapat menyebabkan kondisi tertentu. Ketahui ciri-ciri, bahayanya, serta cara mencegahnya di dalam penjelasan berikut ini, Moms!

Apa Itu Pengapuran Plasenta?

Melansir FirstCryParenting, pengapuran plasenta atau placental calcification adalah kondisi terjadinya proses penumpukan kalsium pada plasenta, menyebabkan plasenta mengeras secara bertahap. Kondisi ini termasuk normal bila terjadi pada akhir masa kehamilan.

Akan tetapi bila hal ini terjadi sebelum kehamilan menginjak usia 36 minggu, maka pengapuran plasenta dapat menyebabkan dan menandakan hal-hal yang berbahaya serta tidak normal. Contohnya, kehamilan dapat lebih berisiko mengalami perdarahan berat setelah melahirkan, abrupsi plasenta, bayi lahir prematur, berat lahir bayi rendah, atau nilai APGAR yang rendah. Bahkan, pada kasus terburuk bayi dapat meninggal.

Ciri-ciri Pengapuran Plasenta

Pada zaman dahulu, kondisi pengapuran plasenta hanya baru bisa diketahui setelah seorang wanitamelahirkan dan setelah plasenta keluar dari tubuh. Tapi kini kondisi ini dapat dideteksi dengan konsultasi atau kontrol kehamilan rutin, terutama melalui pemeriksaan USG. Selain itu, ada beberapa ciri yang bisa muncul pada seseorang yang memiliki pengapuran plasenta, antara lain:

• Muncul perdarahan.

• Kontraksi pada rahim.

• Adanya rasa nyeri pada perut atau punggung bagian bawah.

• Perut tidak membesar sebagaimana seharusnya.

• Pergerakan janin minim, bahkan tidak bergerak sama sekali.

Seiring berjalannya masa kehamilan, plasenta akan terus mengalami perubahan. Namun, ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan pengapuran plasenta, antara lain usia hamil yang masih muda, kehamilan pertama, kebiasaan merokok, stres, infeksi plasenta oleh bakteri, hipertensi saat hamil, paparan radiasi, serta konsumsi kalsium yang berlebihan dan dalam dosis tinggi.

Cara Mencegah Pengapuran Plasenta

Pengapuran plasenta yang tidak normal dapat menghambat dan membahayakan perkembangan janin. Selain itu, kondisi ini juga dapat meningkatkan risiko komplikasi pada ibu. Tapi tenang saja Moms, karena ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah pengapuran plasenta, yakni:

• Berhenti merokok sebelum dan selama hamil. Jika Moms tidak merokok, hindari asap rokok.

• Mengonsumsi makanan sehat seimbang untuk memperlambat proses penuaan atau pengapuran plasenta, terutama makanan yang kaya kandungan vitamin E, vitamin C, dan antioksidan.

• Menghindari kehamilan di usia dini.

• Menghindari stres.

• Mengonsumsi suplemen secukupnya atau sesuai dengan arahan dokter.

• Jaga pola hidup sehat, berolahraga teratur adalah salah satu caranya.

• Jalani konsultasi kehamilan secara rutin untuk deteksi dini. (Gabriela Agmassini/SW/Dok. Freepik)