FAMILY & LIFESTYLE

10 Tanda Orang Tua Narsistik yang Jarang Disadari


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Membanggakan keunggulan anak Anda ke orang lain? Ini mungkin hal yang wajar dilakukan para orang tua ketika anaknya mencetak prestasi yang membanggakan. Namun ketika kemandirian anak (bahkan yang sudah dewasa) dianggap sebagai ancaman, maka bisa jadi Anda termasuk ke dalam golongan orang tua narsistik lho, Moms.

Orang tua narsistik biasanya menerapkan hubungan parent-centric atau ingin perhatian berpusat pada orang tua saja. Mereka senang mengumbar kalimat seperti ini: "Anakku pintar, dia pasti akan jadi wanita sukses dan kaya raya seperti aku." Dengan kata lain, prestasi atau keunggulan anaknya hanya untuk dijadikan bahan dalam menyombongkan diri sendiri. Duh, semoga Anda bukan salah satunya ya, Moms.

Melansir Psychology Today, mari kenali tanda-tanda orang tua narsistik. Penting untuk diketahui, karena tanda-tanda ini jarang disadari, lho!

1. Memuaskan Ego Pribadi

Orang tua narsistik berusaha agar anaknya pintar, berprestasi, dan bisa dibanggakan. Sayangnya, itu bukan demi kebaikan anak, melainkan demi memuaskan ego orang tua. Ia ingin disanjung karena anaknya hebat, orang tua narsistik bahkan tidak peduli dengan dampak negatifnya pada anak.

2. Merendahkan Anak

Ketika anak berbakat, sukses, dan terlihat memiliki masa depan yang cerah, orang tua narsistik justru akan merasa terancam. Semua kehebatan anak akan dianggap sebagai ancaman bagi harga diri orang tua. Untuk itu, orang tua narsistik akan berusaha untuk merendahkan anaknya agar tidak lebih hebat dari dirinya sendiri.

3. Jarang Memuji Anak

Sehebat apa pun prestasi anak, orang tua narsistik sangat jarang mengapresiasi usaha anak karena ia tidak ingin menambah kepercayaan dirinya. Bahkan tak jarang, orang tua narsistik membandingkan anak dengan perbandingan yang tak sepadan hanya agar anak tidak sehebat orang tuanya.

4. Mengagungkan Superioritas

Orang tua narsistik akan mengajarkan anak untuk merasa lebih unggul dari orang lain, lebih hebat, dan lebih berhak untuk diagungkan dibanding siapa pun. Hal ini tentu berdampak negatif bagi perkembangan anak, karena ia bisa tumbuh menjadi sosok yang egois, sombong, dan angkuh.

5. Memaksakan Kehendak

Agar anak sesuai dengan harapan orang tua, umumnya orang tua narsistik mengatur segala detail di kehidupan anak sesuai kehendaknya. Ya, tanpa menghiraukan perasaan dan keinginan anak. Mirisnya, semua ini dilakukan demi kebaikan orang tua, atau bahkan hanya demi gengsi.

6. Marah Jika Tidak Dipatuhi

Tidak hanya suka memaksakan kehendak, orang tua narsistik juga suka marah jika arahannya tidak dipatuhi anak. Tidak ada istilah diskusi dalam memberikan aturan dan arahan untuk anak, semua sudah diatur dan orang tua akan sangat marah jika anak berusaha mengutarakan keinginan pribadinya yang berbeda.

7. Sering Menyalahkan Anak

Ketika anak tidak sesuai dengan ekspektasi orang tua atau sekali saja berbuat kesalahan, orang tua narsistik akan menyalahkan sepenuhnya ke anak tanpa bercermin pada kesalahan mereka pribadi. Anak bahkan tidak diberi kesempatan untuk menjelaskan apa yang membuatnya bersikap salah atau tidak sesuai dengan keinginan orang tua.

8. Selalu Membandingkan

Orang tua narsistik selalu membandingkan anak dengan orang lain dan cenderung selalu menganggap anak salah. Selalu ada hal yang bisa dikeluhkan dari anak, entah itu nilai, sikap, atau bahkan penampilan. Jika orang tua sering begini, anak akan tumbuh pesimistis, minder, dan tidak percaya dengan kemampuan diri sendiri.

9. Manipulatif

Orang tua narsistik sering bilang, "Mama sudah melakukan segalanya untuk kamu, dan kamu sungguh tidak tahu diuntung! Nilai kamu mencoreng nama baik keluarga!" dan kalimat lainnya yang bersifat manipulatif. Semua diucapkan untuk menyalahkan anak atas kondisi yang tidak sesuai harapan orang tua, padahal bisa saja kondisi tersebut terjadi karena kesalahan orang tua.

10. Mudah Cemburu & Posesif

Karena orang tua narsistik ingin anaknya senantiasa bergerak di bawah arahan orang tua, maka mereka umumnya mudah cemburu dan posesif ketika anak terlihat bisa mandiri tanpa orang tua. Mereka lebih senang ketika anaknya 'ketergantungan' arahan orang tua, dan tidak akan membiarkan orang lain memberi arahan pada anaknya. (Tiffany/SW/Dok. Freepik)