FAMILY & LIFESTYLE

Cedera Otak, Penyebab Utama Epilepsi


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Kasus epilepsi tidak bisa disepelekan. Epilepsi dapat terjadi pada siapa saja, tanpa batasan usia, gender, serta ras sosial dan ekonomi. Data WHO (2009) menyebutkan bahwa pengidap epilepsi di seluruh dunia diperkirakan sebanyak 50 juta orang, dengan 80 persen pengidap di antaranya ditemukan di negara berkembang. Sebagai negara berkembang yang berpenduduk sekitar 220 juta orang, diperkirakan jumlah pengidap epilepsi di Indonesia yang masih mengalami bangkitan atau membutuhkan pengobatan sekitar 1,8 juta orang.

Faktor genetika memang berperan menyebabkan epilepsi. Namun, tidak semua jenis epilepsi disebabkan oleh faktor ini. Pada anak dengan gangguan otak, riwayat perdarahan kepala, radang otak, radang selaput otak, dan sejenisnya, dapat menyebabkan kerusakan sel-sel saraf otak. Sel-sel saraf yang rusak tersebut suatu saat dapat menyebabkan timbulnya kejang pada epilepsi.

Selain itu, faktor lain yang dapat menyebabkan epilepsi adalah gangguan perkembangan otak janin selama masa kehamilan, termasuk problem persalinan. “Masalah pada kehamilan yang menyebabkan kerusakan pada otak janin bisa menyebabkan epilepsi. Namun, tidak 100 persen anak yang mengalami kerusakan otak akan mengalami epilepsi. Begitu juga dengan anak yang pernah mengalami kecelakaan dan menyebabkan trauma atau cedera kepala yang berat, juga bisa berisiko epilepsi. Namun, tidak bisa diketahui rentang waktu terbentuknya fokus epilepsi,” ungkap Dr. dr. R.A. Setyo Handryastuti, Sp.A(K). Tak ada cara khusus untuk mencegah penyakit ini. “Secara garis besar, pencegahan epilepsi dilakukan agar jangan sampai terjadi cedera otak, tak ada cara pencegahan khusus,” tambahnya.

Masyarakat yang memiliki anak pengidap epilepsi diharapkan dapat lebih mendukung anak-anaknya agar patuh terhadap pengobatan, melakukan kontrol ke dokter secara teratur, serta tetap menjalankan pola hidup sehat. (Aulia/DMO/Dok. Freedigitalphotos)