BABY

Tradisi Mengubur Ari-ari Bayi dan Makna Simbolisnya


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Saat Anda hamil, selain janin, tumbuh organ menakjubkan di dalam rahim. Organ ini adalah plasenta atau biasa dikenal dengan istilah ari-ari. Fungsinya sangat vital buat tumbuh kembang janin, yakni memberikan semua kebutuhan janin, seperti oksigen dan nutrisi, membuang kotoran janin, mengeluarkan hormon, dan melindunginya dari ancaman infeksi.

Karena perannya tersebut, masyarakat Indonesia menganggap ari-ari sebagai bagian tak terpisahkan dari bayi yang dilahirkan. Ia menjadi 'saudara' atau 'penjaga' bayi. Namun, setelah bayi lahir, ari-ari pun tidak berfungsi lagi, sehingga digunting dan dipisahkan dari tubuh bayi.

Karena itu, setelah bayi dilahirkan, biasanya akan dilakukan ritual khusus untuk menghormati jasa ari-ari, yaitu dengan menguburnya atau diistilahkan juga dengan menanam ari-ari. Biasanya yang bertugas melakukan ritual mengubur ari-ari adalah ayah sang bayi.

Proses Mengubur Ari-ari

Umumnya, setelah bayi dilahirkan, ari-ari harus segera dikubur agar tidak membusuk. Praktik ini dilakukan dengan pertimbangan kebersihan dan kesehatan serta tidak mengganggu lingkungan. Karena apabila sekadar dibuang begitu saja, maka ari-ari berisiko menjadi santapan hewan.

Meskipun begitu, pada masyarakat kita, proses mengubur ari-ari tidak bisa dilakukan sembarangan. Ada tata cara yang sebaiknya dilakukan dalam proses menguburnya, yakni:

1. Biasanya pihak keluarga yang melahirkan telah menyiapkan wadah gerabah atau kendil untuk menyimpan ari-ari. Siapkan juga kain putih untuk membungkus ari-ari, garam, asam jawa, dan jeruk nipis yang diperlukan untuk proses mengubur ari-ari.

2. Sebelum disimpan di dalam kendil dan dikubur, ari-ari harus dicuci dulu hingga bersih dari sisa darah yang masih menempel. Anda juga bisa gunakan garam kasar dan asam jawa saat mencuci ari-ari untuk mengurangi bau amis. Cuci ari-ari di air yang mengalir hingga bersih.

3. Taburkan garam kasar di atas ari-ari. Jika ari-ari mulai membusuk, tuangkan air perasan jeruk nipis untuk menghilangkan baunya.

4. Bungkus ari-ari yang sudah dicuci dengan kain putih, ikat dengan kuat, dan masukkan ke dalam wadah gerabah atau kendil yang sudah disiapkan.

5. Buat lubang yang cukup dalam di tanah, sekitar setengah meter, untuk mengubur ari-ari. Setelah itu, kubur kendil berisi ari-ari dalam lubang tersebut dan tutup lubang dengan rapat untuk menghindari hewan liar mencium aroma ari-ari dan menggali kubur ari-ari.

Karena proses penguburan ari-ari ini juga terkait dengan tradisi, maka mungkin saja bila tata cara mengubur ari-ari akan berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain. Ada juga misalnya yang memutuskan untuk tidak menggunting ari-ari, tetapi menunggu ari-ari terlepas sendiri, seperti dalam metode lotus birth.

Mitos dan Makna Mengubur Ari-ari

Ada banyak mitos dalam tradisi ritual menguburkan ari-ari dan makna yang terkandung di dalamnya. Beberapa di antaranya adalah:

1. Mengapa harus dikubur? Dipandang dari segi kebersihan dan kesehatan, bagian tubuh manusia sebaiknya memang dikubur, termasuk dalam hal ini ari-ari bayi, karena kalau tidak, dikhawatirkan mengundang bakteri penyakit akibat proses pembusukan. Membuang ari-ari sembarangan pun bisa membuatnya berisiko manjadi santapan hewan. Jadi mengubur ari-ari merupakan tindakan paling tepat.

2. Mengapa di atas kuburan ari-ari diberikan lampu penerangan? Di beberapa masyarakat, biasanya kuburan ari-ari akan diberikan penerangan selama 35 hari. Penerangan ini merupakan perlambang agar bayi selalu diberikan penerangan dalam menjalani kehidupannya di dunia.

Namun penerangan ini bisa juga bermakna pemberitahuan bahwa di rumah tersebut ada penduduk baru, yaitu sang bayi, sehingga siapa pun yang berada atau lewat dekat tempat itu sebaiknya tidak membuat kegaduhan atau suara berisik karena bisa mengganggu bayi.

Nah, semua kembali kepada kepercayaan Moms dan Dads dalam melakukan tradisi penguburan ari-ari, ya. (M&B/SW/Dok. Freepik)