TOODLER

Nature-Deficit Disorder, Bahayanya Anak di Rumah Terus


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Moms, seberapa sering Anda mengajak Si Kecil bermain di alam terbuka? Kita semua tentu tahu pentingnya anak bermain di alam terbuka untuk membantu tumbuh kembang mereka. Masalahnya, buat Anda yang tinggal di perkotaan, mungkin Anda dan Si Kecil akan lebih sulit menemukan alam terbuka untuk tempat anak bermain. Jika Si Kecil terus-terusan tinggal dan beraktivitas di rumah, hal tersebut bisa menimbulkan masalah bagi mereka. Ya, Si Kecil bisa berisiko mengalami nature-deficit disorder.

Apa Itu Nature-Deficit Disorder?

Jika diterjemahkan secara harfiah, nature-deficit disorder kurang lebih berarti gangguan karena kurangnya terkoneksi atau berhubungan langsung dengan alam. Namun, mengapa kurang terkoneksi langsung dengan alam dikatakan sebagai gangguan? Karena memang ada dampak negatif yang ditimbulkan saat seorang anak sangat jarang terkoneksi langsung dengan alam.

Istilah nature-deficit disorder sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Richard Louv dalam bukunya yang berjudul Last Child in the Woods: Saving Our Children From Nature-Deficit Disorder. Istilah ini digunakan oleh Louv untuk menunjukkan betapa kita, terutama anak-anak, makin lama makin tidak terkoneksi dengan alam, hanya menghabiskan sedikit waktu bermain di luar, sehingga berpotensi mengalami berbagai gangguan kesehatan karenanya.

Stephanie Wear, juru bicara dari The Nature Conservancy juga percaya bahwa nature-deficit disorder merupakan salah satu isu kesehatan publik karena efek negatif terhadap kesehatannya cukup luas seperti risiko obesitas, kanker, penyakit jantung, gangguan kecemasan dan depresi yang tinggi.

Penyebab Nature-Deficit Disorder

Dilansir dari Sociolla.com, Richard Louv menyimpulkan dari hasil risetnya bahwa nature-deficit disorder disebabkan oleh beberapa hal berikut ini:

1. Orang tua yang terlalu protektif, membuat anak lebih sering berada di dalam rumah karena orang tua khawatir akan keamanan sang anak jika ia berada di luar rumah.

2. Berkurangnya area alam terbuka di lingkungan tempat tinggal di kota-kota besar. Jika kita tinggal di pedesaan, tentu menemukan alam terbuka bukanlah masalah besar, karena di desa dengan mudah kita bisa mendapati gunung, hutan, sawah, atau pantai. Namun di perkotaan, anak-anak akan kesulitan untuk menemukan alam terbuka, sehingga hal ini bisa mengurangi kontak mereka dengan alam.

3. Perkembangan tekonologi yang semakin pesat. Dengan adanya gadget, smartphone, dan televisi, anak-anak memiliki semakin banyak alasan untuk tinggal dan bermain di dalam rumah saja. Hal ini juga menyebabkan anak-anak semakin malas untuk bermain di luar.

Mengatasi Nature-Deficit Disorder

Untuk mengatasi masalah ini sangat mudah, sering-seringlah mengajak anak Anda bermain di alam terbuka, Moms. Sebuah studi di Jepang menunjukkan bahwa berjalan-jalan di alam terbuka dapat menurunkan level hormon kortisol -yang menyebabkan peningkatan tekanan darah, stres, dan depresi- hingga 12% dan mengusir pikiran negatif.

Anda tidak harus mengajak anak liburan di alam terbuka atau daerah pedesaan, cukup dengan melakukan aktivitas fisik di luar rumah, misalnya jalan kaki atau jogging setiap pagi ke taman bermain, ajak balita menemani Anda berkebun, atau sekadar piknik kecil-kecilan di halaman rumah Anda. Selain itu, batasi juga penggunaan gadget pada anak agar ia lebih banyak bermain dan beraktivitas fisik, karena hal tersebut baik untuk tumbuh kembangnya. (M&B/SW/Dok. Freepik)