Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Moms, familiar dengan istilah pap smear atau vaksin HPV? Kedua hal ini memang semakin sering dibahas, terutama ditujukan untuk kaum perempuan. Pasalnya, pap smear dan vaksin HPV cukup penting untuk dilakukan secara berkala guna mencegah risiko penyakit berbahaya.
Dengan melakukan keduanya sejak awal, maka Anda bisa mendeteksi penyakit seperti infeksi permukaan kulit, hingga risiko kanker serviks sedini mungkin. Sebagai persiapan, Anda perlu mengenal lebih jauh mengenai pap smear dan vaksin HPV dari penjelasan berikut ini.
Pap Smear
Pertama, mari mengenal tindakan medis pap smear yang disarankan untuk dilakukan perempuan saat berusia 21 tahun. Ini merupakan tes dengan menggunakan alat bernama cocor bebek yang dimasukkan pada area vagina.
Dokter kandungan atau bidan dapat melakukan pemeriksaan ini. Pada saat tes, akan diambil sampel berupa lendir dari area mulut rahim untuk kemudian diperiksa di laboratorium. Proses pengecekan tidak lebih dari 10 menit dan Anda juga tidak akan mengalami rasa sakit sedikit pun.
Pemeriksaan ini dianjurkan untuk dilakukan secara berkala, terutama bagi perempuan yang sudah pernah berhubungan seks. Hasil dari tes ini akan merujuk pada kondisi kesehatan organ kewanitaan di tingkat seluler, serta upaya untuk mendeteksi risiko kanker serviks sejak dini.
Vaksin HPV
Kedua adalah pemberian vaksin HPV, yang menurut para peneliti sudah bisa diterima sejak seseorang berusia 9-12 tahun. Vaksin ini tak hanya diberikan pada anak perempuan saja, tetapi juga dilakukan pada anak laki-laki di usia tersebut.
Hal ini dilakukan untuk melindungi diri dan pasangan dari paparan virus HPV di masa depan. HPV atau human papillomavirus merupakan virus yang dapat menyebabkan infeksi di permukaan kulit serta berpotensi menjadi penyebab timbulnya kanker serviks.
Infeksi ini ditandai dengan adanya kutil di beberapa area tubuh, seperti lengan, tungkai, mulut, serta area kelamin. Penularannya melalui kontak langsung dengan kulit penderita atau melakukan hubungan seks, meski baru pertama kali dilakukan.
Yang Perlu Diperhatikan
Seperti diketahui, banyak kasus kanker serviks yang terlambat dideteksi karena kemunculannya tanpa gejala. Karenanya, perempuan dianjurkan melakukan pap smear, khususnya setelah menikah. Pasalnya perempuan lebih berisiko mengalami kanker serviks setelah menikah. Pemeriksaan ini sendiri boleh dilakukan minimal satu tahun sekali.
Hal ini berbeda dengan vaksin HPV, yang diberikan hanya 3 dosis dengan interval waktu 4 sampai 6 bulan. Apabila pemberian vaksin ini sudah dilakukan sejak muda, maka risiko terkena infeksi HPV pun semakin kecil. Namun vaksinasi ini cukup dilakukan 1 kali seumur hidup, dengan jumlah 3 dosis tersebut.
Tak kalah penting, jika Momssedang hamil, Anda tidak dianjurkan untuk melakukan pap smear ataupun menerima vaksin HPV. Sebab, hal ini dikhawatirkan bisa mengganggu perkembangan janin. Maka, tunda pemeriksaan hingga bayi lahir, karena vaksin HPV sendiri tergolong aman untuk diberikan pada ibu menyusui. (Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)