TOODLER

Balita Bisa Introvert, Ketahui Tanda dan Cara Menghadapinya!


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Harapan agar Si Kecil dapat tumbuh sebagai anak yang riang dan supel mungkin dimiliki oleh banyak orang tua, termasuk juga Anda ya, Moms. Tapi, tak semua anak bisa bergembira dan mendapatkan energinya dari orang banyak dan sekitar, karena Si Kecil bisa tumbuh sebagai anak yang introvert dan hal ini sama sekali normal.

Menurut Dr. Marti Olsen Laney pada bukunya yang berjudul The Hidden Gifts of The Introverted Child, kita semua terlahir baik sebagai introvert atau ekstrovert, walaupun hal ini dapat berubah seiring dengan berjalannya waktu dan oleh pengalaman serta lingkungan. Tapi memang dapat menjadi tantangan tersendiri bila Si Kecil memiliki sifat introvert, terlebih lagi bila Anda adalah seorang ekstrovert. Lalu, bagaimana mengetahui bila Si Kecil introvert?

Kenali Karakter Anak

Introvert bukanlah sebuah kekurangan maupun cacat. Banyak seniman, ilmuwan, atau orang terkenal yang introvert. Penelitian menunjukkan bahwa 30-50% populasi masyarakat Amerika Serikat adalah pribadi yang introvert.

Introvert bukan termasuk gangguan kecemasan sosial atau gangguan perilaku lainnya. Tak melulu pendiam maupun pemalu, karena seorang introvert juga bisa ramah dan seru diajak bercerita. Baik ekstovert maupun introvert bisa sama-sama pemalu, tapi berbeda dengan ekstrovert yang mengambil energi dari lingkungan dan orang-orang di sekitarnya, introvert memenuhi energinya dengan orientasi ke dalam, yakni dengan menyendiri atau menghabiskan waktu dengan diri sendiri.

Berikut adalah beberapa tanda awal bila Si Kecil adalah seorang yang introvert:

1. Penasaran Tapi Waspada

Si Kecil lahir dengan rasa penasaran yang tinggi, tapi di sisi lain mereka juga terlahir sebagai seorang pengamat. Ia dapat saja termasuk introvert bila Anda melihatnya terdiam sejenak untuk mengamati dari jarak tertentu sebelum akhirnya bergabung dengan sebuah kelompok bermain.

2. Sensitif dengan Lingkungan

Anak yang introvert dapat merasa kelelahan di tempat yang ramai dan sibuk, sehingga ia bisa menangis atau meminta Anda menggendongnya. Pada tahun 2014, Jerome Kagan dan Nancy Snidman, psikolog Harvard, menemukan bahwa bayi yang sangat reaktif terhadap stimulan asing cenderung tumbuh sebagai pribadi yang pemalu. Dibandingkan dengan anak ekstrovert, anak yang introvert mudah lelah oleh stimulasi luar yang berlebihan.

3. Riang di Rumah Tapi Pendiam di Tempat Umum

Si Kecil mungkin akan menghindari kontak mata dan menjadi pendiam saat bertemu orang baru. Ia butuh waktu 'pemanasan' dengan orang baru. Tapi ketika bersama dengan orang-orang yang ia sudah kenal dan nyaman, ia dapat menjadi seseorang yang cerewet atau bertingkah lucu.

4. Gemar Bermain Sendiri

Anak yang introvert mengisi energinya dengan bersenang-senang dengan dirinya sendiri. Jadi, bila Si Kecil menghabiskan waktu berjam-jam di kamarnya untuk bermain masak-masakan atau hanya sekadar mewarnai, maka mungkin saja ia adalah introvert. Salah satu sebabnya juga, banyak anak introvert yang memiliki imajinasi yang kuat.

5. Rewel setelah Play Date

Anak introvert dapat sangat kelelahan dengan interaksi sosial yang ramai dan berkepanjangan, sehingga ia butuh waktu sendiri untuk mengisi energinya kembali. Ketika Si Kecil sedang bermain dengan teman-temannya, perhatikan reaksinya. Bila ia tampak lelah atau rewel setelah play date, bahkan walau ia menikmati waktu bermainnya, maka bisa saja Si Kecil introvert.

Rawat dengan Tepat

Bila Anda yakin Si Kecil adalah introvert, maka hal pertama yang harus Anda lakukan adalah menerimanya 100%. Anda tak perlu merasa bingung atau cemas bila Si Kecil tampak lebih menikmati waktu sendirinya. Membuatkan atau menyediakan sebuah ruang privasi bagi Si Kecil adalah hal penting agar ia memiliki fasilitas maupun kesempatan untuk 'recharge'. Ruang privasi dapat berbentuk ruangan maupun momen di mana ia bisa melakukan hal-hal yang ia suka sendiri.

Selagi Anda perlu mendorongnya untuk memiliki interaksi sosial dan aktivitas fisik yang baik, penting pula untuk mengetahui pengalaman pertumbuhan emosi terbesar Si Kecil dan memberikannya stimulasi intelektual yang terbaik.

Memberikan Si Kecil pilihan dalam berbagai aktivitasnya, termasuk kapan dan bagaimana ia mau bermain dengan teman-temannya, akan membuat Si Kecil dapat tumbuh optimal tanpa beban. (Gabriela Agmassini/SW/Dok. Freepik)