TOODLER

4 Alasan Anak Berperilaku Buruk


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Saat anak memasuki usia balita, rasanya bukan hal yang aneh ya, melihat Si Kecil bertindak semaunya, susah diberi tahu, atau akan menangis bahkan melawan bila diberi tahu saat ia melakukan hal yang salah.

Siapa dari Anda yang menghadapi drama ketika Si Kecil sudah diberi tahu untuk tidak memegang barang tertentu, malah tetap ia pegang? Atau ketika disuruh untuk berbagi mainan dengan teman atau adiknya, Si Kecil justru mau menguasi semua mainannya?

Saat anak berperilaku buruk, hal ini bukan berarti Si Kecil sedang berusaha untuk menjadi anak yang jahat. Pada dasarnya, saat Si Kecil berusia balita, membuat ulah, melanggar aturan, atau berkata tidak pada segala hal merupakan hal yang normal terjadi. Perilaku atau kebiasaan buruknya itu juga bukan terjadi tanpa sebab Moms, melainkan sebagai fase dari perkembangan Si Kecil itu sendiri.

Nah sebenarnya apa sih hal-hal yang mendasari Si Kecil berperilaku buruk?

1. Rasa Ingin Tahu

Secara alami, anak-anak yang berusia balita memiliki rasa keingintahuan yang tinggi pada dunia sekitarnya. Namun tak jarang orangtua justru menafsirkannya sebagai perilaku buruk. Misalnya saat Si Kecil menjatuhkan buku-buku yang ada di rak, atau saat ia memasukan mainanya ke dalam ember berisi air. Hal yang mungkin Moms anggap sebagai kenakalannya tersebut justru sebenarnya adalah cara Si Kecil "bereksperimen" atau cara yang ia lakukan untuk tidak menganggu Anda atau orang lain di rumah.

2. Miskomunikasi

Karena keterbatasan Si Kecil untuk berkomunikasi, maka ia menggunakan trik berakting dengan berperilaku buruk sebagai cara yang dianggap lebih mudah baginya. Saat Si Kecil masih mengantuk, dan mood-nya belum 100% kembali, bisa saja ia menendang kursi di rumah sebagai caranya protes bahwa durasi tidurnya kurang. Atau justru ia melempar mainan pada temannya, karena ia tidak mau mengakhiri waktu bermainnya.

3. Belum Dewasa

Sampai memasuki usia taman kanak-kanak, Si Kecil belum bisa mengendalikan dorongan hatinya dan belum memahami konsep benar atau salah. Si Kecil terus melakukan hal yang ia mau tanpa mengerti tentang batasan, dan ia juga belum bisa mengendalikan emosi. Sehingga tak heran bila perilaku buruknya sering tak terkendali.

4. Mencoba Mandiri

Masa balita merupakan masa di mana Si Kecil ingin melakukan segala hal sendiri. Entah itu makan sendiri, mencuci tangannya sendiri, atau mengikat tali sepatunya sendiri. Ketika ada orang yang membantunya, tak jarang ia justru berperilaku agresif sebagai caranya protes karena tidak ingin dibantu. Amukan seperti berkata "aku mau melakukannya sendiri, Ma!" sering menjadi senjatanya ketika keinginannya melakukan sesuatu sendiri, tanpa tahu bahwa hal tersebut sebenarnya melebihi kemampuannya. (Vonda Nabilla/SW/Dok.Freepik)