Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Bayi kuning atau jaundice memang merupakan masalah kesehatan anak yang sangat mengkhawatirkan. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, penyakit kuning pada bayi baru lahir (atau yang dalam istilah medis disebut ikterus neonatorum) ini terjadi pada 60 persen bayi cukup bulan, dan 80 persen pada bayi kurang bulan.
Menurut IDAI, ikterus adalah pewarnaan kuning yang tampak pada sklera dan kulit, yang disebabkan oleh penumpukan bilirubin. Jika masalah ini tidak ditangani dengan cepat, maka bilirubin bisa menumpuk pada otak bayi dan menyebabkan kerusakan otak, kondisi ini disebut kernikterus.
Mari ketahui lebih lanjut mengenai kernikterus, agar Anda semakin waspada, karena deteksi dini sakit kuning pada bayi baru lahir bisa mencegah terjadinya kernikterus yang berbahaya.
Penyebab Kernikterus
Menurut IDAI, selama Si Kecil masih berada di dalam perut, maka bilirubin akan dieksresi (dikeluarkan) melalui plasenta ibu. Namun setelah Si Kecil lahir, tubuhnya harus mengeluarkan bilirubin itu sendiri, sedangkan tubuhnya memerlukan waktu adaptasi selama kurang lebih satu minggu. Itulah yang menyebabkan penumpukan bilirubin, sehingga terjadilah sakit kuning.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), jika sakit kuning semakin parah dan tidak segera ditangani, maka kondisi bayi bisa semakin parah hingga terjadi kernikterus. CDC menjelaskan kernikterus adalah jenis kerusakan otak karena tingginya kadar bilirubin di darah bayi.
Kernikterus memang jarang terjadi, karena umumnya sakit kuning mudah dikenali sehingga orang tua bisa segera mencari bantuan medis. Namun jika kernikterus terjadi, dampaknya cukup luas bagi kesehatan anak, mulai dari kehilangan pendengaran, cerebral palsy, masalah kesehatan mata dan gigi, hingga penurunan kecerdasan anak.
Gejala Kernikterus
Penyakit ini terjadi karena bayi sakit kuning dan tidak segera diberikan pertolongan, maka gejala awal dari kernikterus tentu saja adalah gejala penyakit kuning. Jika sakit kuning didiamkan terlalu lama, maka beberapa gejala kernikterus pun bisa muncul, seperti:
⢠Demam,
⢠Sekujur tubuh kaku,
⢠Otot tegang,
⢠Bayi tidak mau menyusu,
⢠Suara tangisan melengking,
⢠Lemah tak bertenaga,
⢠Kejang,
⢠Sulit bergerak,
⢠Gerakan matanya aneh.
Jika bayi Anda menunjukkan beberapa gejala di atas, maka segera temui dokter untuk mendapatkan bantuan.
Menangani Kernikterus
Langkah pertama yang akan dokter lakukan tentu saja mengecek kadar bilirubin Si Kecil, untuk mengetahui TBS atau total serum bilirubin. Jika kadar TBS ini tinggi (berdasarkan usia bayi dalam jam dan faktor risiko lainnya), maka dokter baru bisa menegakkan diagnosis ikterus atau kernikterus.
Kadar bilirubin tertinggi dalam darah anak adalah ketika usianya 3 sampai 5 hari. Maka kadar bilirubin bayi harus dicek setidaknya setiap 8 sampai 12 jam dalam 48 jam pertama kehidupannya, dan sebelum usianya 5 hari.
Jika sudah terjadi kernikterus, maka pengobatan akan fokus pada penurunan kadar bilirubin dalam darah bayi dan mencegah kerusakan otak sebaik mungkin. Pemenuhan kebutuhan ASI adalah salah satu obat terbaik untuk mengatasi kernikterus, karena ASI membantu membuang bilirubin melalui urine dan kotoran bayi.
Kemudian dokter akan memberikan perawatan fototerapi, baik fototerapi metode konvensional maupun fiberoptik. Prosesnya adalah memberi sinar ke tubuh bayi selama secara terus menerus (tetap ada jeda untuk menyusu dan ganti popok). Kadar bilirubin akan terus dipantai setiap 4-6 jam, umumnya selama 2-3 hari hingga kadar bilirubin normal. (Tiffany/SW/Dok. Freepik)