Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Penyebaran COVID-19 yang sangat cepat membuat semua orang mengambil langkah pencegahan utama, yakni menghindari kontak dengan orang lain. Tapi akhir-akhir ini penularan virus ditakutkan tak hanya dapat terjadi antar manusia, tapi juga dari hewan ke manusia.
Akibatnya, banyak orang yang mulai menelantarkan hewan peliharannya. Di Pakistan, Arab Saudi, Lebanon, bahkan Indonesia, jumlah hewan peliharaan yang ditelantarkan semakin banyak setiap harinya. Namun begitu, benarkah hewan bisa tularkan COVID-19?
Belum Ada Bukti
Sejauh ini, belum ada cukup bukti yang menyatakan bahwa hewan peliharaan dapat menularkan virus corona pada manusia. Melansir Time, William Sander selaku Assistant Professor of Preventive Medicine and Public Health di University of Illionis' College of Veterinary Medicine, menyatakan bahwa risiko penularan virus dari hewan peliharaan ke manusia sangatlah kecil, bahkan hampir nol persen. Ini didasarkan pada tidak adanya bukti tentang transmisi macam ini pernah terjadi.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), hingga saat ini belum ada hewan peliharaan yang didiagnosis memiliki virus corona. Sejauh ini, baru ada empat kasus hewan peliharaan yang positif COVID-19 di seluruh dunia, yakni seekor anjing pomeranian, seekor anjing german shepherd, dan dua ekor kucing.
Keempat hewan ini ditemukan hidup bersama manusia yang sudah didiagnosis memiliki COVID-19. Walau begitu, tak ada bukti bahwa hewan-hewan ini menularkan virus pada manusia. Malahan, para peneliti menduga bahwa hewan-hewan ini tertular virus dari pemilik mereka.
American Vetenirary Medical Association (AVMA) menyatakan bahwa masyarakat tak perlu panik akan hal ini, karena hewan bukanlah sumber infeksi virus COVID-19. Sumber penularan yang utama tetaplah ditransimisikan melalui kontak dengan sekresi tubuh penderita COVID-19, seperti air liur, dan droplet mukus pada batuk atau bersin.
Walaupun begitu, memang masih banyak hal yang belum diketahui, seperti apakah hewan peliharaan akan mengalami gejala yang sama seperti manusia. Belum diketahui juga bila hewan dapat menjadi pembawa virus yang asimtomatik, atau bila mereka mengalami gejala ringan maupun berat penyakit ini.
Selama wabah SARS-CoV tahun 2003, yakni wabah yang disebabkan oleh virus dalam keluarga yang sama dengan virus COVID-19, para peneliti menyatakan bahwa kucing dan musang dapat terinfeksi oleh virus. Tapi studi tersebut dibuat di laboratorium dan tidak terjadi alami, sehingga masih kecil kemungkinan bahwa hewan-hewan tersebut dapat menularkan virus ke manusia atau hewan lain di kondisi alami.
Maka dari itu, baik CDC maupun AVMA merekomendasikan untuk menyikapi hewan layaknya menyikapi sesama manusia. Selalu cuci tangan, baik sebelum atau sesudah melakukan kontak dengan hewan. Jaga kebersihan hewan layaknya menjaga kebersihan diri sendiri.
Bila Anda merasa sakit atau bahkan sudah didiagnosis dengan COVID-19, jauhi kontak dengan hewan peliharaan. Hindari kontak hewan peliharaan dengan orang lain, terlebih lagi dengan yang sudah terinfeksi COVID-19. Jangan lupa gunakan masker untuk hindari droplet jatuh pada hewan, atau sebaliknya.
Bisakah Virus Menempel Pada Bulu Hewan?
Penelitian menyatakan bahwa virus penyebab COVID-19 dapat tetap hidup di permukaan beberapa benda selama beberapa jam maupun hari. Tapi AVMA menyatakan bahwa kecil kemungkinannya bila virus mampu hidup di bulu hewan.
Menurut sebuah studi yang diterbitkan di New England Journal of Medicine, SARS-CoV-2 dapat hidup di plastik selama 72 jam, stainless steel selama 48 jam, cardboard selama 24 jam, dan tembaga selama 4 jam. Walau begitu, AVMA menyatakan bahwa permukaan tak berpori, seperti gagang pintu atau meja plastik, mampu mentransmisikan virus lebih baik daripada bahan atau permukaan yang berpori, seperti bulu hewan.
Bulu hewan tak hanya berpori, tapi juga berserat, sehingga masih lebih aman bermain dengan hewan dibandingkan membuka pintu. (Gabriela Agmassini/SW/Dok. Freepik)