BUMP TO BIRTH

Viagra Bisa Bantu Menghindari Persalinan Darurat


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Semua ibu hamil tentu menginginkan momen persalinannya berjalan lancar tanpa drama. Namun, seringkali ketika hari yang ditunggu tiba, mungkin ada saja hal-hal di luar kendali Anda yang muncul dan butuh tindakan medis lebih lanjut, contohnya persalinan caesar.

Setiap tahunnya, ribuan ibu hamil membutuhkan penanganan caesar darurat atau persalinan dengan bantuan khusus karena bayi menjadi stres selama persalinan. Tetapi, Sailesh Kumar, ahli kandungan di Mater Research Institute di University of Queensland, Australia, menemukan bahwa hal tersebut ternyata dapat dicegah dengan Viagra.

Cara Viagra Mencegah Persalinan Darurat

Melansir ABC, teorinya adalah sildenafil sitrat yang merupakan bahan aktif pada obat disfungsi ereksi tersebut dapat membantu permasalahan persalinan darurat. Selama terjadi kontraksi, aliran darah dari ibu ke janin dapat menurun hingga 60%. Bila aliran darah tak kembali normal selama kontraksi, bayi dapat menjadi stres karena tidak mendapatkan oksigen yang cukup.

Obat disfungsi ereksi seperti Viagra dapat melebarkan pembuluh darah bagian pelvis, baik pada laki-laki maupun perempuan, sehingga meningkatkan aliran darah menuju plasenta dan meningkatkan pasokan oksigen ke bayi. "Meningkatkan aliran darah mampu memperbaiki suplai oksigen dan nutrisi pada bayi, dan hal ini juga dapat menurunkan risiko bayi menjadi stres selama proses persalinan," tutur profesor Kumar.

Para peneliti melakukan uji coba pada 300 ibu dengan usia kehamilan cukup bulan, dan menemukan bahwa jumlah ibu yang membutuhkan persalinan caesar darurat dan bantuan forceps selama melahirkan menurun hingga setengahnya. Selain itu, para peneliti juga menemukan bahwa pemberian Viagra dapat memangkas waktu yang dibutuhkan saat bersalin hingga setengahnya.

"Bila kami mampu mengurangi beban masalah medis seperti ini, kami memiliki potensi untuk membuat perubahan pada hasil perinatal secara keseluruhan. Tak hanya di Australia, tapi juga di seluruh dunia," tutur profesor Kumar.

Jika Bayi Kekurangan Oksigen

Bayi yang mengalami foetal distress (gawat janin) dapat mengalami hypoxia (kekurangan oksigen), yang berkaitan dengan tingginya risiko kerusakan otak dan cerebral palsy. Selain itu, bayi juga berisiko lebih tinggi untuk masuk dalam neonatal intensive care unit (NICU). Hal ini dikarenakan aliran oksigen ke otak yang terlalu sedikit dapat menyebabkan sel-sel otaknya rusak.

Penggunaan obat mengandung sidenafil sitrat pada proses persalinan telah dilakukan terlebih dahulu pada sebuah studi di Belanda. Bedanya, dosis yang diberikan dalam studi itu lebih tinggi. Namun penelitian itu kemudian tidak dilanjutkan karena 11 bayi meninggal akibat permasalahan paru-paru.

Terkait hal ini, profesor Kumar menyatakan bahwa studi yang dilakukan oleh ia dan timnya tidak menunjukkan efek samping apa pun, baik bagi ibu maupun bayi. Walau begitu, ia belum melanjutkan uji coba selanjutnya untuk mempelajari penelitian di Belanda tersebut. (Gabriela Agmassini/SW/Dok. Freepik)