BABY

Berbahaya, Waspadai Penyakit Meningitis pada Bayi Anda!



Moms, penyakit berbahaya bisa datang dari mana saja dan menyerang siapa saja, termasuk pada bayi baru lahir. Pernah dengar tentang penyakit meningitis? Salah satu penyebab bayi terserang penyakit ini adalah seringnya ia mendapat ciuman dari berbagai orang.

Ya, bayi memang lucu dan menggemaskan. Namun bukan berarti Si Kecil boleh diciumi siapa saja. Apalagi jika Anda tak tahu apakah orang yang menciumnya sehat atau sedang menderita penyakit tertentu. Jika Anda membiarkan Si Kecil dicium oleh banyak orang, hal itu sangat berisiko tinggi menularkan meningitis bakteri.

Jenis meningitis

Meningitis sendiri merupakan radang selaput otak yang disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. Menurut Dr. dr. Dwi Putro, Sp, A(K), M.Med, semakin muda usia bayi, risiko infeksi yang menyebar pada saraf pusat otaknya akan semakin tinggi.

Meningitis dibagi menjadi 2, meningitis bakterialis dan meningitis virus. Seperti namanya, meningitis bakterialis disebabkan oleh beberapa bakteri, seperti Meningococcal, Pneumococcal, Haemophilus influenzae B (HiB), Group B Streptococcal (GBS), Escherichia coli, dan Listeria.

Sedangkan meningitis virus disebabkan oleh virus yang bisa menyebar melalui udara yang tidak higienis. Dokter Dwi Putro juga mengatakan bahwa pada keadaan tertentu, jika pasien berada dalam daya tahan tubuh yang tak bagus lalu terinfeksi di bagian tubuh, seperti telinga, sinus, dan luka, infeksi dapat menyebar hingga ke selaput otak.

Penularan dapat terjadi melalui kontak langsung dengan penderita atau terpaparnya cairan tubuh penderita meningitis, melalui ludah, dahak, ingus, cairan bersin, dan cairan tenggorokan penderita. Bakteri juga dapat disebarkan melalui pertukaran udara dari pernapasan.

Gejala khas dan dampak meningitis

Menurut dr. Dwi Putro, ada 3 gejala khas yang menjadi tanda Si Kecil terkena meningitis. Ketiga gejala tersebut adalah demam, kejang, dan penurunan kesadaran. Selain 3 gejala khas tersebut, ada beberapa tanda lainnya, seperti menolak makanan dan nada menangis sangat tinggi. Tak hanya itu, bayi juga akan selalu mengantuk dan sulit untuk dibangunkan, napasnya berat, bagian tangan dan kakinya terasa dingin, serta kulitnya seperti ada noda, berwarna pucat, dan/atau kebiruan.

Karena masuk ke susunan saraf pusat otak, meningitis dapat memberikan dampak yang cukup signifikan, seperti kehilangan pendengaran baik parsial maupun total, konsentrasi berkurang, speech delay, masalah dengan koordinasi dan keseimbangan, kesulitan belajar, gangguan penglihatan, epilepsi, keterbelakangan mental, hingga cerebral palsy.

"Penyakit ini masuk ke dalam kategori medical emergency, jadi pengobatannya harus sesegera mungkin. Jika sudah terkena dan lambat ditangani, komplikasi-komplikasi tersebut akan muncul. Paling buruk, bayi bisa meninggal. Karena itu jika bayi sudah demam, kejang, dan kesadarannya berkurang, Anda harus segera membawanya ke dokter," ujar dr. Dwi Putro.

Pengobatan dan pencegahan meningitis

Jika Si Kecil terkena infeksi bakteri, dokter akan memberikan antibiotik lewat infus ke pembuluh darah di tangan. Jika sudah berat, ia akan diberikan oksigen serta cairan infus dan steroid. Fungsi dari steroid ini adalah untuk mengurangi radang pada selaput otaknya. Biasanya, Si Kecil harus dirawat inap guna pengobatan yang lebih efektif. Jika ditangani dengan baik, ia hanya perlu dirawat selama 1-2 minggu.

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, dr. Dwi Putro menegaskan bahwa lingkungan dan kondisi sekitar bayi sangatlah memengaruhi penyebab meningitis. Karena itu, hal yang dapat dilakukan Moms untuk mencegah Si Kecil terkena meningitis adalah menjaga betul kebersihan bayi. Pola hidup yang sehat dan lingkungan yang higienis dapat meminimalkan risiko meningitis. Selain itu, pemberian vaksin meningitis juga penting.

"Jika Si Kecil sakit, jangan terlalu lama dibiarkan. Selain itu, jika ia infeksi, segeralah diobati. Infeksi ini didapat dari berbagai macam hal, seperti bakteri, virus, jamur, atau parasit. Jadi Anda harus waspada. Jagalah ia dari udara yang kotor dan usahakan untuk selalu higienis," jelas dr. Dwi Putro. (M&B/SW/Dok. Freepik)