Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Kemasukan air! Hal ini mungkin saja dialami Si Kecil ketika tengah berenang. Kemasukan air bisa menyebabkan Si Kecil tersedak atau bahkan muntah. Akan tetapi, ada kalanya efek kemasukan air tidak terlihat hingga beberapa jam kemudian.
Fenomena semacam ini dinamakan dry drowning dan secondary drowning. Dry drowning adalah gangguan pernapasan yang diakibatkan masuknya air ke saluran napas melalui mulut atau hidung.
Pada kasus dry drowning, volume air yang masuk mungkin hanya sedikit. Akan tetapi hal ini dapat menyebabkan kejang pada saluran pernapasan dan menyebabkan otot saluran napas menutup sehingga terjadi kesulitan bernapas.
Sementara itu, pada kasussecondary drowning artinya air sudah memasuki paru-paru sehingga menyebabkan inflamasi dan pembengkakan atau pulmonary edema. Akibatnya, pertukaran oksigen dan karbon dioksida di dalam paru-paru menjadi terhambat atau bahkan berhenti sama sekali.
Meski bisa juga terjadi pada orang dewasa, dry drowning dan secondary drowning paling sering dialami anak berusia 1-4 tahun. Namun kasus dry drowning serta secondary drowning hanya terjadi 1-2 persen dari total kasus tenggelam yang dialami anak kecil.
Tanda Dry Drowning
Ada beberapa gejala yang menunjukkan Si Kecil mengalami dry drowning. Moms perlu waspada jika anak mengalami hal berikut ini:
⢠Bernapas sangat cepat.
⢠Batuk-batuk yang menyebabkan kesulitan bernapas.
⢠Muntah-muntah, baik akibat inflamasi, kekurangan oksigen, atau terlalu banyak mengalami batuk.
⢠Kesulitan mengingat dan tidak dapat mengingat apa yang baru saja terjadi.
⢠Terjadi perubahan perilaku dan iritabilitas.
⢠Adanya keluhan nyeri pada bagian dada.
⢠Mengantuk atau kelelahan.
Gejala-gejala tersebut akan muncul lebih cepat apabila Si Kecil ternyata mengalami secondary drowning. Moms perlu tahu, tanda-tanda secondary drowning akan muncul hanya dalam beberapa jam saja dan biasanya lebih parah. Anda perlu melakukan pemantauan dengan seksama jika Si Kecil memperlihatkan gejala dry drowning. Jika anak tetap merasakan lelah berlebihan meski telah beristirahat, artinya ia mengalami kekurangan oksigen. Dengan begitu, Anda perlu segera membawanya ke dokter untuk mendapatkan penanganan darurat, seperti memberikan alat bantu pernapasan.
Mencegah Dry Drowning
Ada beberapa cara untuk mencegah anak mengalami dry drowning, antara lain:
1. Selalu mengawasi anak saat sedang berada di dekat air.
2. Jangan biarkan anak berenang atau bermain air sendirian.
3. Pastikan tempat berenang aman dan memiliki penjaga atau lifeguard.
4. Ajarkan perilaku aman saat berenang seperti selalu menggunakan pelampung, tidak bermain air di kolam dalam, melarang untuk menyelam tanpa pengawasan, atau meminum air dari kolam renang.
5. Pengawasan terhadap Si Kecil tidak hanya dilakukan ketika ia tengah berada di kolam renang, melainkan juga di bath tub atau ember besar karena keduanya juga memiliki risiko menyebabkan dry drowning dan secondary drowning.
6. Anak yang mengidap epilepsi lebih rentan terkena dry drowning atau secondary drowning. Oleh sebab itu, Moms perlu memberikan pengawasan khusus jika Si Kecil berada di kolam renang atau di dalambath tub. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)