Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Bayi kecil Anda memang belum bisa membicarakan perasaannya. Namun Moms tentu dapat membaca gejala apabila ia kesakitan, misalnya saat ia tengah berkemih. Nah apa yang harus Moms lakukan?
Salah satu kesulitan menjadi orang tua bagi bayi adalah Anda mungkin tidak benar-benar mengerti apa yang ingin diutarakan Si Kecil. Akan tetapi, jika Moms jeli melihat tanda-tanda dan bahasa tubuh Si Kecil, Anda tentunya akan tahu apa yang ia rasakan.
Demam dan rasa nyeri hanyalah petunjuk bahwa ada sesuatu yang salah tengah terjadi. Tapi apa yang sebenarnya membuat Si Kecil sakit? Yuk, kita cek kemungkinan Si Kecil menderita Infeksi Saluran Kemih atau ISK.
Penyebab dan Risiko
Penyakit ini ternyata berhubungan dengan kebersihan di sekitar saluran kemih. Saat bayi, kebersihan di daerah saluran kemih Si Kecil sepenuhnya tergantung pada Anda atau pengasuhnya. Dr. Bobby Setiadi Dharmawan, Sp.A, dari Divisi Nefrologi SMF Anak, RSUP Fatmawati, Jakarta Selatan, menjelaskan bayi dapat mengalami ISK karena hal-hal berikut ini:
⢠Popok atau diaper yang terlalu lama dibiarkan basah setelah bayi mengompol atau kotor karena buang air besar.
⢠Daerah kelamin tidak dibersihkan dengan sempurna saat mandi atau setiap habis buang air.
⢠Cara membilas dubur dan alat kelamin yang salah. Seharunya, daerah itu dibersihkan dengan cara penyekanya dari arah depan ke belakang, Aturan ini berlaku untuk bayi perempuan maupun laki-laki.
⢠Daya tahan tubuh yang memang masih belum sempurna sehingga tubuh tidak mampu menghalau kuman penyakit.
Menurut penelitian, bayi perempuan lebih sering mengalami ISK karena saluran kemihnya yang lebih pendek, dan jarak antara muara saluran kemih dengan lubang duburnya lebih dekat. Sedangkan bayi laki-laki mungkin saja mengalami ISK karena adanya kotoran yang terjebak di dalam kulit kulupnya.
Bayi prematur juga berisiko tinggi mengalami ISK karena imunitas tubuhnya tidak sempurna. Sementara itu, bayi yang mengonsumsi ASI lebih jarang mengalami ISK dibandingkan bayi yang tidak minum ASI. Menurut penelitian, hal itu disebabkan karena ASI mengandung Immunoglobulin A dan Lactoferrin yang dapat mencegah bakteri jahat menyerang saluran cerna serta saluran kemih.
ISK mungkin juga terjadi karena adanya kelainan organ saluran kemih. Kelainan itu antara lain tersumbatnya saluran kemih ke ginjal atau ureter (saluran dari ginjal ke kandung kemih), sumbatan di kandung kemih atau katup-katup uretra (saluran dari kandung kemih ke luar tubuh). Sumbatan itu bisa karena tumor atau batu di saluran kemih. Kondisi abnormal lainnya adalah sumbatan di lubang ujung penis (fimosis) yang gejalanya, kulit menggembung setiap Si Kecil buang air kecil.
Penyakit ini juga dapat disebabkan karena gangguan aliran air seni yang berbalik arah dari kandung kemih ke ureter (refluks vesiko ureter). Akibatnya, bakteri-bakteri tertentu yang seharusnya terbuang kembali masuk dan menginfeksi Si Kecil. Menurut dr. Bobby, masalah kelainan saluran kemih ini menjadi risiko paling berat dan berbahaya untuk Si Kecil.
Kondisi Waspada
Kebanyakan bayi mengalami demam ketika terjangkit ISK. Namun demam itu hanyalah gejala yang tidak menunjukkan suatu penyakit yang pasti. Toh, demam bisa berarti Si Kecil terserang virus flu, kena campak, atau penyakit lainnya. Bahkan menurut American Academy of Pediatric, kebanyakan bayi dan balita mengalami gejala yang tidak jelas sehingga penyakit ini terlambat ditangani. Lalu apakah tanda ISK?
⢠Demam.
⢠Terlihat kesakitan (kadang menangis keras) saat buang air kecil.
⢠Rewel.
⢠Urine berbau aneh.
⢠Urine keruh atau terlihat kemerahan karena mengandung darah.
⢠Muntah.
⢠Menolak makanan.
Teliti Lebih Lanjut
Cara ampuh untuk memastikan ISK adalah dengan memeriksa urine Si Kecil, yaitu dengan menampung air seni dengan memasang plastik penampung khusus (urine collector) yang ditempel di sekitar kemaluannya. Tentunya sebelum melakukan penampungan itu, kulit kemaluan harus dibersihkan dengan cairan khusus pembersih. Sterilisasi itu adalah untuk mencegah urine tampungan terkontaminasi kuman yang pasti ada di kulit.
Apabila dicurigai ada ISK, maka perlu dilakukan pemeriksaan biakan kuman pada air seni untuk mengetahui jenis kuman yang tumbuh dan berkembang di saluran kemih. Pembiakan ini bermanfaat agar dokter dapat memberikan antibiotika yang ampuh.
Selain cek urine, perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) guna mengetahui ada atau tidaknya kelainan organ saluran kemih, serta pemeriksaan ada atau tidaknya gangguan aliran air seni dengan pemeriksaan Voiding Cystourethrogram (VCUG). Pada bayi yang mengalami infeksi ginjal berat yang disertai demam tinggi perlu dilakukan pemeriksaan scan ginjal dengan Dimercapto Succinic Acid (DMSA) untuk mengetahui ada atau tidaknya jaringan parut ginjal akibat ISK yang dapat berdampak pada penurunan fungsi ginjal di kemudian hari.
Biasanya, ISK ditangani dengan obat antibiotik. Untuk bayi dengan gejala ISK yang berat, dr. Bobby menganjurkan agar pemberian antibiotik dilakukan melalui infus. Sedangkan yang memiliki gejala ringan, obat diberikan melalui oral (diminumkan).
Layaknya penyakit lain, ISK harus ditangani dengan serius dan tuntas. Sebab jika tidak, akan menyebabkan bakterimia atau penyebaran kuman melalui pembuluh darah yang dapat bersifat fatal. Selain itu, ada kemungkinan untuk mengalami kerusakan jaringan ginjal menjadi besar.
Cegah atau Terlambat
ISK dapat dihindari dengan upaya pencegahan berikut ini:
⢠Gantilah popok atau celana Si Kecil sesering mungkin terutama bila basah.
⢠Periksalah popok secara rutin dan gantilah setiap bayi BAK atau BAB.
⢠Bersihkan daerah kemaluan dan dubur setiap kali mandi dan setelah BAK dengan menggunakan sabun serta air bersih, dengan gerakan menjauhi kemaluan.
⢠Pada bayi/anak yang memiliki fimosis dianjurkan untuk segera dikhitan. (M&B/Wieta Rachmatia/SW)