Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Moms, pernah mendapati salah seorang kawan atau kerabat Anda yang mengalami glaukoma dan matanya tidak bisa melihat lagi? Glaukoma merupakan penyakit penyebab kebutaan nomor 2 di dunia dan Indonesia setelah katarak. Data WHO menyebutkan bahwa terdapat 39 juta orang yang mengalami kebutaan di dunia, dan glaukoma menyumbang sebanyak 3,2 juta orang atau sekitar 8 persen.
Glaukoma sendiri adalah penyakit mata di mana tekanan cairan dalam bola mata menjadi terlalu tinggi, sehingga dapat merusak serabut saraf mata yang membawa sinyal penglihatan dari mata ke otak. Pada prinsipnya, siapa saja dapat terkena glaukoma, bahkan bayi baru lahir sekalipun. Karena itu, penting sekali bagi kita untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan glaukoma.
Berbeda dengan katarak, kebutaan akibat glaukoma tidak dapat disembuhkan, namun dapat dicegah dengan mengontrol faktor risiko. Jadi, jika seorang penderita glaukoma kehilangan penglihatannya, hal ini tidak dapat disembuhkan kembali.
Penyebab Glaukoma
Tekanan bola mata dibentuk oleh cairan di dalam bola mata yang disebut akuos humor. Cairan ini diproduksi oleh organ di dalam mata yang disebut badan siliar. Cairan ini keluar dari dalam bola mata melalui jaringan-jaringan pada bilik mata depan yang disebut anyaman trabekulum. Nah, gangguan sistem pembentukan dan pengeluaran cairan akuis humor ini dapat menyebabkan tekanan bola mata yang tinggi.
Jenis-Jenis Glaukoma
dikutip dari JEC Eye Hospitals and Clinics, terdapat beberapa jenis glaukoma, yaitu:
1. Glaukoma primer sudut terbuka
Pada glaukoma jenis ini terjadi gangguan sistem pengeluaran akuos humor sehingga menyebabkan tekanan mata meninggi secara perlahan. Keadaan ini menyebabkan kerusakan saraf optik yang biasanya menyerang orang berusia di atas 40 tahun, namun pada sebagian kecil kasus dapat juga ditemukan pada golongan usia yang lebih muda hingga anak-anak. Glaukoma ini berkembang secara perlahan dan tidak menimbulkan keluhan, sehingga pasien mungkin tidak menyadari penglihatannya memburuk. Penglihatan tepi dan penglihatan malam hari biasanya akan terpengaruh terlebih dahulu sebelum penglihatan sentral terserang.
2. Glaukoma primer sudut tertutup akut
Jenis glaukoma ini adalah jenis yang banyak terjadi di Asia, khususnya Indonesia, biasanya menyerang usia lanjut dan paruh baya. Glaukoma jenis ini timbul seketika dengan tekanan cairan yang meningkat cepat dan drastis dalam mata, akibatnya tekanan bola mata mendadak tinggi dan menyebabkan berbagai gejala klinis, seperti rasa nyeri di mata, menurunnya tajam penglihatan, tampak pelangi atau melihat lingkaran warna-warni bila melihat lampu, sakit kepala, serta mual kadang disertai muntah. Bila timbul gejala seperti itu, segeralah periksakan diri Anda ke dokter spesialis mata, karena bila tidak diobati segera, maka akan menyebabkan kebutaan.
3. Glukoma sekunder
Jenis glaukoma ini terjadi sebagai efek samping kejadian atau komplikasi penyakit lain, seperti peradangan bola mata, katarak yang terlalu tebal, kecelakaan atau trauma, obat-obatan yang mengandung steroid, obat nyeri sendi, tumor, serta diabetes yang tidak terkontrol.
4. Glaukoma kongenital
Glaukoma ini terjadi karena sudut bilik mata depan terbentuk secara tidak normalsejak lahir. Biasanya orang tua akan melihat bayinya sebagai berikut:
⢠Bola mata lebih besar dari ukuran normal.
⢠Kornea mata terlihat tidak jernih.
⢠Mata sensitif dan keluar air mata bila melihat cahaya.
Faktor-Faktor Risiko Glaukoma
⢠Memiliki riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma.
⢠Berumur di atas 40 tahun.
⢠Memiliki tekanan bola mata tinggi.
⢠Penderita miopia (kacamata minus) dan hipermetropia (kacamata plus) yang tinggi.
⢠Pengguna obat steroid yang lama dan terus-menerus (obat tetes mata, obat inhaler asma, dan obat radang sendi).
⢠Pernah mengalami trauma pada mata.
⢠Memiliki riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi, dan migrain.
Deteksi Dini dan Pengobatan Glaukoma
Deteksi dini atau screening glaukoma adalah cara paling ampuh untuk mencegah semakin parahnya penyakit ini. Pemeriksaan untuk mendeteksi glaukoma tidak sederhana, terkadang diperlukan alat-alat diagnostik mutakhir untuk diagnosa yang akurat.
Pasien glaukoma harus kontrol secara teratur ke dokter mata selama hidupnya. Perlu ditekankan bahwa saraf mata yang sudah rusak tidak dapat diperbaiki. Penanganan yang dilakukan adalah mencoba mengontrol tekanan mata sampai pada taraf yang aman untuk kesehatan saraf optik sehingga kerusakan lapang penglihatan tidak bertambah berat.
Glaukoma dapat dikontrol dengan penggunaan obat-obatan glaukoma, baik tetes maupun oral, tindakan laser, operasi, ataupun kombinasi. (M&B/SW/Dok. Freepik)