Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Moms, Anda tentunya kenal penyakit hepatitis, kan? Anda juga pasti paham bahwa hepatitis disebabkan oleh virus yang menyerang organ hati. Hepatitis sendiri ada tiga jenis, yaitu hepatitis A, B, C. Dari ketiga jenis tersebut, hepatitis A adalah yang paling umum terjadi dan sangat besar kemungkinannya menginfeksi anak-anak.
Walaupun demikian, Si Kecil tidak berarti terbebas dan terhindar dari jenis hepatitis yang lain yang juga berbahaya, Moms. Hepatitis B, misalnya, juga bisa mengintai anak-anak. Berikut penjelasan mengenai penyakit ini, agar Moms bisa mengetahui dan mewaspadainya.
Cara Penularan Virus Hepatitis B
Jika hepatitis A menyebar melalui jalur fekal-oral, kontak langsung antar orang, atau melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi virus hepatitis, maka lain halnya dengan hepatitis B. Cara penularan hepatitis B berbeda dengan hepatitis A. Hepatitis B ditularkan melalui kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh orang yang terinfeksi virus tersebut.
Penderita anak-anak biasanya mendapatkan virus ini dari ibunya saat ia di dalam kandungan atau saat ia dilahirkan. Virus ini juga bisa ditularkan melalui pemakaian alat bersama (pisau cukur, sikat gigi, jarum suntik, atau penindik telinga). Jika alat tersebut tercemar virus, maka orang yang sehat akan tertular.
Hepatitis B pada anak-anak biasanya bersifat kronis, artinya virus akan lama berada di dalam tubuh. Jika tidak diobati dalam waktu infeksi yang panjang itu, maka virus sangat mungkin merusak organ hati.
Sebaiknya, saat hamil atau sebelum hamil, Moms memeriksakan diri untuk mengetahui apakah Anda mengidap virus hepatitis B atau tidak. Jika Anda positif mengidap virus tersebut, maka sebaiknya Si Kecil segera mendapat imunisasi untuk mencegah virus itu menyerangnya.
Gejala Hepatitis B
Seperti juga hepatitis A, jenis yang B ini tidak menimbulkan gejala yang jelas. Gejala yang terasa biasanya mirip gejala serangan flu. Rasa lelah, demam ringan, sakit kepala, kehilangan nafsu makan, nyeri perut dan mual, diare atau konstipasi, nyeri sendi dan otot, serta ruam di kulit. Pada beberapa kasus, tampak gejala kulit dan mata kekuningan serta urine berwarna seperti teh kental.
Karena itu, dokter yang menduga seseorang terkena hepatitis B akan meminta konfirmasi lewat tes darah. Mungkin diperlukan juga tes biopsi jaringan hati.
Penanganan Hepatitis B
Pada kebanyakan kasus, hepatitis B akan sembuh tanpa perlu diobati. Cukup dengan istirahat yang cukup, makan makanan bergizi, cukup minum, virus akan pergi. Dalam kondisi tertentu, ada obat-obatan dan produk herbal yang harus dihindari agar hati penderita hepatitis B tidak menjadi rusak.
Kebanyakan para penderita hepatitis B dapat hidup normal dan aktif. Hanya saja, karena virus mungkin merusak hati, maka perlu pemeriksaan rutin dari dokter untuk menjaga kondisi tubuh. Beberapa obat dapat dipakai untuk mencegah hepatitis menjadi buruk. Namun, jika seseorang sudah pernah terinfeksi dan sembuh, hepatitis B tidak akan berulang.
Meskipun demikian, semua orang bisa terhindar dari virus ini dengan imunisasi vaksin hepatitis B. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah merekomendasikan vaksin hepatitis B ini sebagai vaksinasi wajib yang diberikan pada bayi sejak lahir. Vaksin diberikan dalam tiga kali suntikan, yaitu saat lahir, kemudian di usia satu bulan, dan suntikan ketiga di usia 3-6 bulan. (M&B/SW/Dok. Freepik)