BABY

Bayi Anda Gemar Mengisap Jari? Ini Efeknya, Moms


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Moms, pernahkan Anda melihat Si Kecil tengah asyik mengisap jari-jari mungilnya? Sekilas, tingkah lakunya memang terlihat menggemaskan. Tapi bagaimana jika bayi Anda tak mau menghentikan kebiasaan mengisap jarinya tersebut?

Percaya atau tidak, bayi sesungguhnya sudah mulai belajar untuk mengisap jempolnya sejak masih berada dalam kandungan, tepatnya sekitar usia kehamilan pekan ke-29. Setelah lahir, bayi masih akan meneruskan kebiasaannya selama tiga bulan pertama kehidupannya.


Berbahaya atau Tidak?

Kebiasaan Si Kecil mengisap jari tentunya kerap membuat Moms dan Dads khawatir. Sah-sah saja mengingat jari-jari mungil bayi Anda tidak selalu dalam kondisi bersih. Faktor higienitas bisa memengaruhi kesehatan Si Kecil nantinya. Dari segi etika, kebiasaan mengisap jari juga kurang enak dilihat. Terlepas dari kedua hal tersebut, mengisap jari sesungguhnya tidak berbahaya. Akan tetapi jika dibiarkan, tentunya akan memiliki efek negatif pada perkembangan Si Kecil.

Moms tentunya perlu mewaspadai hal ini, khususnya jika Si Kecil adalah pengisap jempol aktif. Bagaimana cara mengetahuinya? Coba Anda tarik jari Si Kecil keluar dari mulutnya. Jika jari bisa keluar dengan lancar, maka bayi Anda termasuk pengisap jari yang pasif. Namun jika Anda membutuhkan usaha ekstra untuk mengeluarkan jari Si Kecil dan mendengar seperti suara meletup dari mulut bayi, artinya ia adalah pengisap jempol aktif. Biasanya, bayi golongan inilah yang rawan terkena dampak negatif kebiasaan mengisap jempol karena mereka cenderung melakukannya secara agresif.

Moms perlu tahu, kebanyakan bayi mengurangi intensitas mengisap jempol atau jarinya setelah berumur 2 tahun. Akan tetapi kalau Si Kecil terus melakukannya setelah berumur 4 tahun, maka mereka rawan mengalami gangguan gigi permanen.


Efek Mengisap Jari

1. Pembentukan kalus

Saat diisap, kulit jempol bayi akan terus-menerus bergesekan dengan lidah dan kondisi ini menyebabkan timbulnya tumpukan sel kulit mati (kalus) di atas jempolnya. Kondisi ini bisa menimbulkan rasa sakit karena jempol kehilangan kulit yang notabene lapisan pelindung, sehingga anak rawan mengalami memar.

2. Paronikia

Paronikia merupakan kondisi saat bakteri menginfeksi akar kuku. Di kalangan masyarakat Indonesia, masalah ini dikenal dengan istilah cantengan. Hal ini terjadi ketika tekanan isapan yang terus-menerus pada kuku menimbulkan trauma kuku minor sehingga ada celah kecil antara kuku dan kulit. Belum lagi bayi memiliki kecenderungan mengunyah jarinya selagi mengisap. Efeknya, kuku bisa terluka dan luka sekecil apa pun bisa menjadi sarang bakteri penyebab infeksi.

3. Herpetic whitlow

Penyakit ini adalah infeksi kuku dan jari yang disebabkan virus herpes. Bayi yang mengalami herpes oral tanpa sengaja bisa menyebarkan virus dari mulut ke tangan, ketika ia mengisap jempolnya. Begitu virus mengenai tangan, maka akan mudah menyerang kulit dan akar kuku sehingga menimbulkan luka lepuh yang menyakitkan.

4. Gangguan ortopedik

Mengisap jempol atau jari dalam waktu lama dapat membuat jari mengalami deformitas, pertumbuhan tulang berlebih, dan dislokasi atau tidak lurusnya sendi.

5. Masalah gigi

Gigi tidak rapi, tonggos, atau crossbite (susunan gigi atas dan bawah berbeda atau berlawanan dari normal). Hal ini bisa terjadi akibat tekanan pada jari yang terus-menerus dan gerakan mengisap yang bisa mendorong gigi Si Kecil ke arah depan.


Cara Mengatasi

Mengatasi kebiasaan mengisap jari pada Si Kecil memang tidak mudah. Namun Moms bisa mengikuti langkah-langkah berikut ini.

• Kenali penyebabnya. Jika bayi biasanya mengisap jempol karena lapar atau bosan, yuk cari tahu pemicunya. Jika karena lapar, pastikan bayi Anda makan teratur sehingga mencegahnya kelaparan. Jika ia mengisap jempol karena lelah, Moms bisa langsung mengajaknya tidur tanpa perlu mengisap jarinya. Jika karena bosan, Anda bisa langsung mengajaknya bermain.

• Alihkan perhatiannya saat gelagat untuk mengisap jempol timbul. Caranya, Moms bisa mengajaknya bermain cilukba, bercerita, atau mengajaknya berbicara.

• Peringatan halus. Metode ini dapat diberlakukan untuk anak yang sudah bisa mengerti larangan orang tuanya. Moms juga bisa menggunakan bahasa tubuh tertentu, seperti menaruh telunjuk di depan bibir untuk mengingatkannya agar tidak mengisap jarinya lagi. Jika ia menurut, jangan lupa memujinya ya Moms.

• Jangan pernah menghukum Si Kecil atau melakukan tindakan ekstrem seperti menggunakan plester atau obat pahit di jarinya. Hal ini akan membuat Si Kecil menjadi keras kepala dan kian intens mengisap jarinya. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)