Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Moms, tahukah Anda? Hari Polio Sedunia jatuh tepat pada hari ini, 24 Oktober 2019. Kasus polio di Indonesia memang sudah jarang terjadi, tapi tak ada salahnya Anda tetap waspada.
Faktanya, pemerintah Indonesia kembali meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit polio setelah terjadi wabah di Filipina pada awal Oktober silam. Pemerintah bahkan telah menerbitkan Surat Edaran (SE) Kementerian Kesehatan No. 5R.03.04/11/2320/2019 tentang Kewaspadaan dan Respons terhadap KLB Polio VDPV Tipe 2. Selain itu, Kementerian Kesehatan juga terus meningkatkan pengawasan di pintu masuk batas lintas negara Filipina-Indonesia di Pelabuhan Bitung, Sulawasi Utara.
Mengganggu Saraf
Polio atau yang disebut juga dengan poliomyelitis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus. Perlu diketahui, virus ini dapat menyerang sistem saraf pusat dan menyebabkan kerusakan pada sistem saraf motorik.
Kondisi tersebut dapat mengakibatkan kelumpuhan pada otot, baik yang bersifat sementara maupun permanen. Pada kasus yang lebih berat, polio dapat memengaruhi kemampuan bernapas dan menelan pada penderita.
Penyakit menular ini tidak dapat disembuhkan sepenuhnya. Akan tetapi, Moms bisa mencegah polio terjadi pada anak Anda melalui vaksinasi.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), polio pada umumnya menyerang anak-anak berusia di bawah 5 tahun. Satu dari 200 infeksi menyebabkan kelumpuhan yang ireversibel atau tidak dapat kembali. Di antara mereka yang lumpuh, 5 hingga 10 persen meninggal dunia karena otot-otot pernapasan mereka tak mampu bergerak.
Tanda-tanda Polio
Polio memiliki gejala yang bervariasi. Akan tetapi terkadang beberapa orang yang sudah terinfeksi virus tidak menunjukkan tanda apa pun. Gejala yang muncul pun tergantung pada jenis polio yang diderita.
Secara garis besar, terdapat 3 jenis infeksi, yaitu nonparalatik, paralatik, serta sindrom pascapolio. Ketiganya memiliki gejala yang berbeda.
1. Nonparalitik
Biasa juga disebut polio abortif. Tanda-tanda dan gejala dari jenis nonparalitik dapat berlangsung selama 1 hingga 10 hari. Gejala yang muncul bisa menyerupai flu biasa, disertai:
⢠Demam
⢠Sakit tenggorokan
⢠Sakit kepala
⢠Mual dan muntah
⢠Tubuh kelelahan
⢠Meningitis.
2. Paralitik
Sekitar 1 persen kasus polio dapat berkembang menjadi jenis paralitik. Sesuai dengan namanya, jenis paralitik dapat menyebabkan kelumpuhan (paralysis) pada saraf tulang belakang (spinal), batang otak (bulbar), atau keduanya (bulbospinal).
Gejala awal yang muncul mungkin tak berbeda jauh dengan gejala polio nonparalitik. Namun setelah 1 minggu, gejala yang lebih parah akan timbul, yaitu:
⢠Kehilangan refleks.
⢠Nyeri dan kejang otot yang parah.
⢠Salah satu bagian tubuh terasa lemas dan tidak bertenaga.
⢠Kelumpuhan tiba-tiba, dapat bersifat sementara atau permanen.
⢠Bentuk bagian tubuh yang tidak sempurna, terutama di pinggang, pergelangan kaki, dan kaki.
3. Sindrom Pascapolio
Ada kemungkinan polio kembali meskipun Si Kecil sudah disembuhkan. Kondisi ini dapat terjadi sekitar 15 hingga 40 tahun setelah pertama kali terinfeksi virus. Tanda-tanda yang muncul, antara lain:
⢠Lemah otot dan sendi.
⢠Nyeri otot yang semakin memburuk.
⢠Lebih mudah lelah.
⢠Penyusutan otot.
⢠Kesulitan bernapas dan menelan (disfagia).
⢠Depresi.
⢠Kesulitan mengingat dan berkonsentrasi.
Vaksin Polio
Guna mencegah Si Kecil terjangkit polio, Moms perlu memberikan vaksin kepadanya. Ada dua jenis imunisasi polio yang wajib diberikan pada anak. Pertama, imunisasi polio oral atau oral polio vaccine (OPV) yang merupakan poliovirus yang sudah dilemahkan. Kedua, imunisasi polio suntik atau inactivated polio vaccine (IPV) yang menggunakan poliovirus yang sudah dinonaktifkan kemudian diberikan melalui suntikan.
Vaksin polio diberikan empat kali, yaitu saat bayi baru lahir, kemudian dilanjutkan pada bulan ke-2, 3, dan 4. Dosis penguat (booster) diberikan saat mencapai usia 18 bulan. Bayi baru lahir diberikan OPV, kemudian untuk vaksinasi polio berikutnya dapat diberikan IPV maupun OPV. Hanya saja, setiap anak setidaknya harus mendapatkan satu dosis IPV.
Anda tentu sudah mengetahui betapa berbahayanya virus polio. SoMoms, yuk bawa Si Kecil untuk mendapatkan vaksin agar tidak terjangkit penyakit ini. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)