Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Orang tua pasti senang jika nafsu makan anak sangat baik, atau bahkan tidak pernah bermasalah. Namun, ada kondisi bernama sleep-related eating disorder (biasa disingkat menjadi SRED) yang membuat Si Kecil tidak sadar makan sesuatu saat ia tengah tidur.
Menurut Mayo Clinic, sleep-related eating disorder adalah episode makan dan minum yang tidak terkontrol dan terjadi saat tidur lelap. Menyeramkan ya, Moms, terlebih jika terjadi pada anak. Untuk itu, ketahui berbagai info penting seputar SRED di bawah ini, yuk!
Apakah SRED Berbahaya?
Tentu berbahaya! Apalagi jika terjadi pada anak, karena penderitanya bisa menyakiti diri sendiri saat menyiapkan makan, atau bahkan mengonsumsi benda-benda beracun.
SRED juga berbahaya bagi kesehatan tubuh, karena mengonsumsi makanan dan minuman berlemak dan tinggi karbohidrat di tengah malam bisa meningkatkan berat badan dengan mudah. Kalau sudah begitu, ini bisa menyebabkan obesitas pada anak, Moms.
Apa Saja Gejala SRED?
SRED tergolong sebagai parasomnia, yaitu aktivitas abnormal yang terjadi saat tertidur, tidur lelap, atau baru bangun tidur. Umumnya, episode SRED terjadi di tengah malam setelah Anda tertidur lelap. Gejalanya adalah:
⢠Makan dan minum dengan cara yang tidak terkendali.
⢠Tidak sadar saat menyiapkan makanan atau saat makan.
⢠Mengonsumsi makanan yang menimbulkan alergi.
⢠Agak lupa atau tidak ingat sama sekali sudah makan saat tidur.
⢠Kurang nafsu makan di pagi hari.
⢠Mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat atau penuh lemak atau kombinasi keduanya.
⢠Kemungkinan besar mengonsumsi racun atau hal yang tidak bisa dimakan, seperti makanan beku, biji kopi, cairan pembersih, atau puntung rokok.
⢠Mengalami cedera atau luka saat menyiapkan makanan dengan cara yang berbahaya.
⢠Tidak mudah dibangunkan atau dialihkan.
⢠Mengalami dampak negatif pada kesehatan karena sering makan berat tengah malam.
Apa Penyebab SRED?
Masalah tidur ini biasanya terjadi di saat tidur fase Non-REM (rapid eye movement) di tengah malam dan sering berkaitan dengan transisi tidur Non-REM ke bangun tidur.
Mekanisme tepat mengapa seseorang mengalami SRED masih belum diketahui, namun umumnya SRED lebih sering dialami oleh mereka yang memiliki riwayat sleepwalking (berjalan saat tidur), karena kedua kondisi ini mungkin saling berkaitan.
Siapa yang Berisiko SRED?
Umumnya SRED lebih sering terjadi pada wanita, dan terjadi di usia remaja atau awal 20 tahunan. Menurut Mayo Clinic, meningkatnya risiko SRED berkaitan erat dengan:
⢠Masalah tidur lainnya, seperti obstructive sleep apnea, sleepwalking, narkolepsi, dan restless legs syndrome.
⢠Pengobatan hipnotis tidur, seperti mengonsumsi zolpidem atau obat lain seperti antidepresan dan antipsikotik.
⢠Mengalami masalah makan, seperti bulimia atau anoreksia.
⢠Mengalami gangguan kesehatan mental, seperti stres, cemas berlebih, atau depresi.
⢠Memiliki keluarga (orang tua, anak, kakak atau adik) yang mengalami SRED atau sleepwalking.
⢠Mengalami kesulitan tidur.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika anak Anda mengalami SRED atau mulai sering sleepwalking, segera berkonsultasi dengan dokter, karena SRED bisa sangat berbahaya dan mengganggu kesehatan anak. Jangan lupa, penuhi kebutuhan tidur Anda dan Si Kecil ya, Moms! (Tiffany Warrantyasri/SW/Dok. Freepik)