TOODLER

Kapan sih, Sebenarnya Balita Boleh Makan Permen?


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Manis! Karena rasanya itu, kebanyakan anak menyukai permen. Apakah Moms termasuk tipe ibu yang mengizinkan sang buah hati mengonsumsi jenis penganan yang satu ini?

Memang ada segudang alasan bagi Moms untuk melarang Si Kecil mengonsumsi permen. Merusak gigi, mengakibatkan kegemukan, membuat anak jadi hiperaktif, hingga menghilangkan nafsu makan adalah beberapa alasan mengapa banyak Moms melarang anaknya mengonsumsi permen. Belum lagi, Si Kecil berisiko tersedak saat mengonsumsi permen yang berukuran kecil.


Kapan Memperkenalkan Permen pada Balita?

Namun makan permen tidak selalu berefek negatif lho, Moms. Permen mengandung gula yang disebut sukrosa. Jika dikonsumsi, maka akan diubah tubuh secara cepat menjadi energi. Beberapa permen juga dibuat dari bahan makanan bernutrisi seperti susu, kacang, dan gula merah sehingga bisa membantu menambah asupan gizi.

Asal diatur dan dibatasi, pemberian permen bagi anak boleh-boleh saja. Akan tetapi sebenarnya kapan waktu yang tepat untuk memperkenalkan permen dengan balita Anda?

Jika Moms ingin memperkenalkan permen kepada Si Kecil, sebaiknya tunggu hingga usianya menginjak tiga tahun atau saat dia sudah memiliki koordinasi mulut yang baik. Memberikan permen kepada bayi sangat tidak disarankan karena berpotensi menimbulkan bahaya tersedak, khususnya jenis permen gula, karamel, atau jelly bean. Jenis permen semacam ini akan sulit dikunyah dan dapat menyebabkan anak tersedak saat jatuh ke tenggorokan.

Jika ingin memperkenalkan bayi dengan penganan manis, Anda bisa memberikan potongan kecil cokelat tanpa isian (kacang, kismis, dan lain sebagainya). Dengan begitu, cokelat akan meleleh dan ditelan oleh Si Kecil.


Yang Harus Diperhatikan

Saat memberikan permen kepada Si Kecil, Moms harus memerhatikan hal-hal berikut ini:

1. Beli permen yang diproduksi oleh perusahaan makanan yang terkenal hingga hampir bisa dipastikan mutunya terjamin. Maklum, saat ini banyak sekali beredar jenis permen yang terkadang tidak diketahui kebersihan dan kelayakan proses produksinya. Jangan lupa cek tanggal kedaluwarsa permen.

2. Untuk anak yang baru mengenal permen, mungkin jenis lolipop bisa dijadikan pilihan karena permen tersebut tidak benar-benar ditaruh di dalam mulut. Dengan begitu, Anda bisa meminimalisasi potensi tersedak saat anak makan permen.

3. Ajarkan anak untuk duduk dengan tenang saat mengonsumsi permen. Makan permen sambil bermain, berlari, atau bercanda, tentu saja berpotensi menyebabkan anak tersedak.

4. Jangan lupa, ajarkan juga anak untuk menyikat gigi setelah makan permen atau sebelum tidur malam. Kandungan gula yang cukup tinggi bisa menyebabkan karies dan merusak gigi.

5. Anda bisa memilih permen dengan berbahan dasar susu atau buah-buahan guna melengkapi nutrisi Si Kecil.

6. Batasi konsumsi permen anak Anda. Sesekali mengonsumsi permen tentunya tidak akan memberikan efek negatif yang signifikan bagi Si Kecil. Akan tetapi jika dibiarkan terlalu banyak mengonsumsi permen dan makanan manis lainnya, anak berisiko menderita diabetes, gigi menjadi rusak, dan jadi susah makan sehingga kekurangan gizi.


Alternatif Permen

Moms perlu tahu, selain permen masih ada beberapa alternatif penganan manis yang bisa diberikan kepada anak Anda seperti es krim atau puding yang kandungan gizinya lebih baik. Selain itu, Anda juga bisa membuat puding sendiri yang kebersihan serta kelayakan bahan bakunya pasti terjamin.

Atau sesekali, Anda juga bisa membuatkan es krim home made bagi Si Kecil, yang terbuat dari bahan-bahan seperti kacang hijau dan buah-buahan. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)