BUMP TO BIRTH

Apa yang Harus Dilakukan saat ASI Tak Keluar?


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Proses persalinan berjalan lancar. Si Kecil terlahir sehat dan sempurna. Akan tetapi tetap saja ada masalah yang kerap membuat ibu baru galau. Apakah itu?

Jawabannya adalah, air susu ibu atau ASI. Tak perlu diperdebatkan lagi, ASI merupakan asupan terbaik untuk bayi Anda. Setiap ibu yang baru saja melahirkan pasti ingin maksimal memberikan air susunya kepada sang buah hati.

Sayangnya, tak semua ibu beruntung bisa langsung memberikan ASI kepada bayinya. Ada sebagian ibu yang payudaranya tidak mengeluarkan ASI meski sudah melahirkan. Kondisi ini terjadi karena beberapa faktor penyebab, antara lain:


1. Faktor Kelahiran

• Ibu stres atau mengalami persalinan traumatik karena proses persalinan yang sangat lama atau operasi caesar sehingga memengaruhi hormon stres yang berdampak pada tertundanya pengeluaran ASI.

• Penggunaan cairan intravena (cairan infus) yang banyak selama proses persalinan dapat menyebabkan payudara bengkak dan ketersediaan ASI tertunda hingga payudara kembali normal.

• Kehilangan banyak darah, yaitu lebih dari 500 ml. Biasanya terjadi karena ibu mengalami perdarahan setelah melahirkan. Kondisi ini bisa mengganggu kerja kelenjar hipofisi di otak yang mengontrol hormon laktasi.

• Plasenta yang tertahan atau apa pun yang memengaruhi fungsi plasenta dapat menunda ASI keluar.

• Obat penghilang rasa sakit yang diberikan saat proses persalinan juga dapat menunda ASI keluar.


2. Faktor Kesehatan Ibu

• Diabetes saat kehamilan atau diabetes gestasional. Insulin juga punya andil dalam memengaruhi produksi ASI dan fluktuasi besar dari insulin dapat berdampak pada cadangan ASI. Namun tidak semua ibu dengan diabetes mengalami masalah ini. Mengontrol kadar gula darah dan kadar insulin dapat membantu menjaga produksi ASI tetap stabil.

• Gestational ovarian theca lutein cysts. Kista ini berkembang saat kehamilan dan menyebabkan kadar hormon testosteron meningkat sehingga menekan produksi ASI setelah melahirkan. Penelitian menunjukkan bahwa kadar hormon testosteron menurun setelah tiga sampai empat minggu sejak kista diatasi dan akhirnya proses menyusui dapat berjalan normal.

• Kelebihan berat badan atau obesitas. Ibu yang memiliki kelebihan berat badan sebelum hamil berisiko untuk mengalami tertundanya pengeluaran ASI atau ASI keluar hanya sedikit. Hal ini berhubungan dengan produksi prolaktin yang rendah. Jika yang menyebabkan obesitas ini adalah gangguan metabolisme, seperti sindrom ovarium polikistik atau hipertiroidisme, kondisi ini juga menjadi faktor yang memengaruhi cadangan ASI.

• Pengobatan yang dilakukan ibu. Beberapa obat dapat menyebabkan produksi ASI sedikit, seperti kontrasepsi hormonal yang mengandung hormon estrogen.


3. Faktor Payudara Ibu

• Kelahiran prematur mungkin menyebabkan terhentinya pertumbuhan jaringan payudara yang memproduksi ASI pada akhir masa kehamilan sehingga mengakibatkan jaringan yang memproduksi ASI hanya sedikit saat kelahiran. Akan tetapi kondisi ini bisa diatasi dengan manajemen menyusui yang baik sehingga pertumbuhan jaringan payudara dapat berlanjut setelah melahirkan.

• Payudara belum berkembang sempurna. Hal ini bisa disebabkan karena hipoplasia atau jaringan kelenjar susu yang tidak cukup.

• Operasi atau cedera pada payudara yang menjadikan jaringan payudara hilang atau rusak, atau rusaknya saraf yang berhubungan dengan pengeluaran ASI.

• Bentuk puting payudara yang tidak biasa, seperti puting payudara datar atau masuk ke dalam.


Mengonsumsi Galactagogue

Saat ASI tak keluar, para Moms bisa berkonsultasi ke klinik laktasi. Biasanya, di klinik laktasi Anda akan diajarkan cara memijat payudara guna merangsang produksi ASI serta posisi pelekatan yang baik agar bayi bisa menyusu dengan optimal. Selain itu, sejumlah Moms juga memilih untuk mengonsumsi galactagogue atau obat pelancar ASI. Namun dr. Wiyarni Pambudi, Sp.A, IBCLC, dokter spesialis anak dan konsultan laktasi dari Brawijaya Clinic Kemang justru tidak menyarankan Anda untuk terburu-buru menggunakan obat-obatan untuk memperlancar ASI.

"Masalah ASI 'kurang' yang sering dikeluhkan para ibu baru, memiliki beragam kemungkinan penyebab. Terkadang, topik ASI kurang hanya disebabkan oleh mispersepsi dan praktik menyusui yang kurang tepat saja," kata dokter Wiyarni.

"Pemberian galactagogue (zat yang dapat meningkatkan produksi ASI) dapat dibenarkan secara medis pada kasus ibu adopsi atau induksi laktasi, relaktasi setelah menyusui terhenti, serta merangsang suplai ASI ibu dari bayi prematur. Sebelum diberikan galactagogue, dibutuhkan bantuan profesional untuk menilai riwayat lengkap. Ingat, penggunaan obat-obatan pelancar ASI akan lebih aman di bawah pantauan dokter," lanjutnya.


Bertahan Sampai Kapan?

Namun pertanyaan yang paling penting, apa yang harus Moms lakukan apabila payudara tak kunjung mengeluarkan ASI hingga beberapa hari? Perlu diketahui, cairan dalam tubuh bayi membuat ia mampu bertahan cukup lama tanpa asupan ASI setelah dilahirkan. Ada ahli yang menyebutkan, bayi mampu bertahan selama 24 jam. Akan tetapi ada juga yang berpendapat Si Kecil akan bisa melalui 2 atau 3 hari tanpa asupan ASI.

Apabila payudara Moms tak mengeluarkan ASI setelah empat hari, Anda tentu harus segera mengambil tindakan. Menggunakan donor ASI atau susu formula bisa menjadi opsi.

ASI memang pilihan terbaik. Akan tetapi saat Moms tak bisa memberikannya, artinya Anda harus mencari alternatif pengganti ASI karena Si Kecil juga membutuhkan asupan makanan dan gizi yang membantunya tumbuh dan berkembang dengan optimal. Jangan lupa Moms, pada saat bersamaan Anda juga bisa terus berupaya agar bisa memberikan ASI langsung kepada Si Kecil. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)