FAMILY & LIFESTYLE

Berkenalan dengan Ikan Tilapia yang Penuh Gizi


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Moms, apakah ikan menjadi salah satu makanan favorit Anda? Bila ya, Anda harus mencoba ikan tilapia. ikan ini umumnya hidup di air tawar. Tak kalah dengan ikan-ikan lainnya, ikan ini juga mengandung gizi yang tinggi.

Menurut Dr. Ing Dase Hunaefi, STP, MfoodST, ahli teknologi pangan dari IPB, ikan tilapia mengandung protein tinggi, omega 3 dan 6, vitamin D, vitamin B12, niasin (B-3), vitamin B6, dan asam pantotenat (Vitamin B-5).

Tak sulit untuk mengolah ikan tilapia, apalagi dengan hadirnya ikan tilapia dalam bentuk fillet dan kepala ikan yaitu Naturally Better Tilapia yang resmi diluncurkan Regal Springs Indonesia, pada 14 Juni 2019 lalu, yang semakin memudahkan Anda dalam proses memasak.



Menurut Yeri Afrizon, Head of Sales and Marketing Regal Springs Indonesia, selain bisa dimasak dengan segala cara, ikan ini juga bernutrisi tinggi. "Ikan unik kami bisa diolah dengan segala cara memasak, bernutrisi, rendah lemak, rendah kalori, dan sama sekali tidak mengandung antibiotik, zat aditif, pengawet, dan bahan kimia yang meningkatkan kandungan air," ujarnya.

Budidaya ikan tilapia dari Regal Springs Indonesia yang bertanggung jawab dan berkelanjutan membuat kandungan protein pada ikan ini tinggi. "Kebanyakan ikan memiliki protein 20%, namun karena dibudidaya dengan benar, tilapia fillet ini memiliki protein 34 persen dari angka kecukupan gizi," ungkap Dr. Ing Dase Hunaefi.

Selain itu kandungan omega 3 dan 6 pada tilapia fillet ini juga seimbang, sehingga berpengaruh pada kualitas ikan. "Ada beberapa sumber protein lainnya yang justru rasio omega 6 jauh lebih tinggi dari omega 3. Sedangkan tilapia fillet ini berimbang, rasionya 0,81. Karena ketika omega 6 dan 3 rasionya lebih dari 4 itu tidak bagus," jelas Dr.Ing Dase Hunaefi.

Saat diolah, umumnya ada kandungan gizi pada ikan yang akan berkurang. Namun Dr. Ing Dase Hunaefi mengatakan pada tilapia fillet ini hanya kandungan tersier proteinnya saja yang rusak, struktur primernya tidak akan berubah.

Untuk meminimalisir gizi berkurang pada saat ikan dimasak, Moms bisa memilih cara mengolah ikan dengan dipepes dibandingkan dengan cara digoreng. Hal ini dikarenakan perbedaan suhu ketika ikan dimasak.

"Ketika dipepes suhunya sekitar 100 derajat, sedangkan penggorengan kan 180-an derajat. Lama memasak juga memengaruhi gizi dari makanan tersebut. Semakin lama dimasak akan semakin berkurang (kandungan gizinya)," terang Dr.Ing Dase Hunaefi.


Hoax Ikan Tilapia

Tidak sedikit kabar miring seperti adanya zat karsinogenik pada ikan tilapia. Padahal menurut Dr. Ing, karsinogenik ini banyak diakibatkan oleh kontaminan-kontaminan, bukan dari ikannya sendiri. Ia menjelaskan kontaminasi ini terjadi ketika cara pembudidayaan ikannya kotor, misalnya airnya kotor, atau ada sampah-sampah bertumpuk di area budidaya ikan tersebut.

Karsinogenik tidak hanya berbahaya bagi ikan, tapi juga untuk manusia yang mengonsumsi. Ketika kita secara tidak sengaja memakannya, mungkin tidak akan secara langsung menyebabkan sakit pada manusia, misalnya menyebabkan sakit perut. Efeknya justru akan dirasakan kemudian hari.

Maka Dr. Ing menyarankan saat ingin mengonsumsi ikan harus dipilih-pilih terlebih dahulu, darimana sumber ikan tersebut, telah terjadi pengawetan atau tidak, serta apakah ada proses growth hormone pada ikan.

Ikan tilapia ini pada dasarnya bisa dinikmati segala usia. Si Kecil yang sudah memulai makan makanan pendamping ASI bisa menikmati ikan ini. Pun dengan ibu hamil dan menyusui. "Ikan tilapia aman untuk ibu hamil dan menyusui, karena bisa memberikan asupan bagi ibunya sendiri dan janin yang dikandungnya sehingga pertumbuhannya sehat," kata Dr. Ing. (Vonda Nabilla/SW/Dok.Freepik, Regal Srings Indonesia)