Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Biasanya, saat Si Kecil bermain di luar rumah, ia menolak Anda temani. Ia juga tidak mau lagi dimandikan dan berusaha mandi sendiri. Anda merasa ia sudah besar dan mandiri. Lalu tiba-tiba ia minta digendong, minum dari botol dot, mengisap jempol, dan kembali mengompol! Wah, ada apa ini?
Kondisi ini disebut regresi atau kemunduran dalam tahapan perkembangan anak. Bentuk regresi bermacam-macam. Selain yang disebutkan di atas, anak Anda juga bisa berbicara dengan bahasa bayi (seperti "tutu" untuk meminta susu), tantrum, meminta tidur di boks bayi, dan lain-lain.
Menurut psikolog Sani Budiantini Hermawan, Psi., dari Lembaga Konsultasi Psikologi Daya Insani, hal tersebut biasa terjadi pada anak-anak. "Kemunduran dalam tahapan perkembangan ini biasa dialami anak-anak, bukan karena usia, tapi karena masalah psikologis atau peristiwa tertentu yang ia alami," katanya.
Aneh Tapi Normal
Apakah hal itu aneh? Tentu saja. Apakah hal itu normal? Ya. Regresi bisa menjadi cara Si Kecil berkomunikasi dengan Anda saat ia merasa tidak nyaman dan membutuhkan perhatian ekstra dari Anda. Namun ia belum bisa mengungkapkan kebutuhannya itu dalam kalimat.
Itu sebabnya Si Kecil memilih berperilaku seperti bayi lagi. Baginya, perilaku tersebut bisa membuat ia seolah-olah kembali ke masa bayi, saat ia merasa aman dan nyaman karena selalu dekat dengan Anda.
Penyebab Umum Regresi
Ada beberapa penyebab umum Si Kecil mengalami regresi, antara lain:
1. Kurang perhatian. Karena menganggapnya sudah bisa mandiri, perhatian Anda untuknya pun semakin berkurang. Jadi, wajar saja jika ia minta diperhatikan kembali, seperti ketika bayi.
2. Cemburu. Punya adik sebenarnya menyenangkan baginya. Tetapi, setelah mengetahui bahwa seluruh perhatian orang-orang di sekitarnya, termasuk Anda, hanya untuk adik bayi, ia akan cemburu. Ia berharap, jika ia bertingkah seperti adik bayi, perhatian orang-orang pun akan kembali padanya.
3. Ketakutan. Rasa takut biasanya terjadi saat Si Kecil mengalami perubahan besar dalam hidupnya, misalnya pindah rumah ke lingkungan baru atau mulai bersekolah. Karena belum memiliki kemampuan untuk mengatasi ketakutan tersebut, ia pun bertingkah seperti bayi, saat ia merasa aman karena selalu ada orang yang akan melindunginya.
Cara Mengatasi Regresi pada Balita
Karena sebagian besar anak mengalami hal ini, jadi Anda tidak perlu bereaksi berlebihan, Moms. Apa pun penyebabnya, sebenarnya Si Kecil hanya membutuhkan perhatian dan rasa aman. Jadi, hanya Andalah yang mampu mengatasinya. Ikuti langkah-langkah berikut ini untuk mengatasi regresi pada balita Anda.
1. Cari tahu penyebabnya
Jika Si Kecil sudah bisa bicara, Anda bisa mencari tahu secara langsung melalui obrolan ringan dengannya. Anda juga bisa menanyakannya pada teman-teman atau guru di sekolahnya. "Setelah mengetahui penyebabnya, langkah untuk mengatasi masalahnya mengikuti apa yang ia alami," ujar Sani.
2. Beri perhatian
Tidak sulit bagi Anda untuk memberinya perhatian dan waktu khusus seperti yang ia minta. Di sela-sela kesibukan Anda, cobalah ajak Si Kecil bermain atau berbelanja dan berjalan-jalan ke luar rumah. Jika Anda telah memiliki bayi lagi, bagilah perhatian antara ia dan si bayi. Libatkan ia juga dalam kegiatan mengurus adiknya, misalnya membantu Anda mengganti popok atau bermain bersama.
3. Jangan memaksa
Jangan memaksa Si Kecil untuk kembali bertingkah normal karena ia tidak akan mengikutinya. Ia merasa tidak mendapatkan keuntungan menjadi anak yang lebih besar. Jadi, biarkan saja ia bertingkah seperti bayi beberapa saat dalam sehari. Saat ia yakin bahwa Anda masih memedulikannya, meski ia sudah mandiri, ia akan kembali bertingkah normal dengan sendirinya.
4. Beri penghargaan
Kemarahan, apalagi hukuman, bukan solusi. Jika Anda memarahi Si Kecil, ia bisa bertambah stres. Kondisi ini membuat perilaku seperti bayinya bertambah parah dan bisa berlangsung lebih lama. Yang bisa Anda lakukan adalah menawarkan hadiah jika ia bisa bersikap normal, misalnya beri pujian saat ia bisa pipis di toilet atau bacakan ia dongeng favorit jika ia berhenti mengisap jempol.
5. Ingatkan
Anda boleh mengingatkan serunya menjadi anak seusianya, misalnya ia sudah bisa bersepeda, makan es krim, atau menyusun puzzle, sementara waktu bayi ia hanya bisa tidur. Dengan begitu, ia tidak akan tertarik lagi bertingkah seperti bayi yang tidak bisa melakukan banyak hal. Oh ya, jika ia sudah menjadi kakak, ingatkan pula bahwa ia bisa menolong adiknya dengan menjaganya. Jangan ragu untuk memuji tindakan baiknya. Dengan begitu, ia merasa bahwa Anda masih memerhatikannya.
Waspadai Kemunduran Motorik!
Normalnya, tingkah anak yang kembali seperti bayi ini hanya terjadi secara psikologis, bukan motorik. Jadi, waspadai jika ia mengalami gangguan perkembangan motorik, misalnya ia sebenarnya sudah pandai makan sendiri dengan sendok, tetapi kini seperti sedang belajar memegang sendok, atau ia sudah bisa berlari tetapi kini berjalan perlahan sambil berpegangan pada kursi.
Kemunduran motorik seperti itu bisa saja merupakan sinyal masalah yang serius, jadi sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter anak ya, Moms. (M&B/SW/Dok. Freepik)